Chan merasa sedikit lega, dia tersenyum lalu keluar dari toilet dengan gaya barunya. Wajah baru, dia melihat dirinya dengan wajah orang lain. Tampan, putih, mata yang indah seperti Andra yang saat itu datang ke rumah Luna yang mengaku sebagai penggemar dan memberikan bunga. Kenyatannya pemuda yang datang hari itu adalah memang Chan yang menyamar. Perbedaannya kali ini dia tidak memakai kacamata.
"Wajah ini. Semoga saja aku bisa berinteraksi dengan wajah baru ini. Ternyata kalung ini sangat bermanfaat bagiku."
Chan berjalan sambil memperhatikan kalung yang ada di tangannya.
"Kak Chandra!"
Chan menoleh ke belakang, dia melihat Tina menyapa dengan tangan yang dia lambaikan. Dia baru keluar dari toilet setelah ganti baju olah raga. Luna ikut keluar dari toilet, dia melihat temannya itu menghampiri Chan.
"Yona."
"Hai, Kak."
Chan masih menoleh ke belakang, dia menatap Luna. Gadis itu tersenyum karena dia tidak tahu kalau pemuda yang ada di samping sahabatnya itu adalah Chan. Luna tersenyum menunjukkan wajah yang masih baru mengenal pemuda yang ada di hadapannya itu.
"Luna!"
Luna dipanggil oleh Vino, pemuda yang merupakan sahabat dekat Liam itu menghampirinya mengajak Luna pergi karena Kian memanggilnya. Yona melarang Vino untuk membawa sahabatnya itu, tetapi dia tidak bisa menahan kehendak Vino karena lunas sendiri yang menyetujui keinginan Vino untuk.
"Kamu bener?"
"Iya. Kamu tidak khawatir."
Luna pergi meninggalkan mereka berdua, Chan masih melihat kepergian Luna bersama Vino dengan perasaan tenang karena dia sangat mengenal seperti apa Liam.
"Dia tidak mungkin akan melakukan hal yang tidak baik."
Chan tidak sadar ketika berbicara seperti itu dengan kehadiran Yona.
"Maksudnya?"
Chan menoleh ke samping, dia tersenyum mencari alasan dengan apa yang baru saja dia katakan tanpa menyadari kehadiran gadis tomboy tersebut.
"Aku sangat mengenal Liam. Vino, pasti dia disuruh oleh Liam untuk mengajak Luna bertemu dengannya. Aku sudah mengingatkan dia untuk tidak menyakiti Luna. Selain itu, Yona aku mohon sama kamu untuk tidak menceritakan kepada siapapun kalau aku dan juga Luna tinggal di rumah yang sama dan sudah dianggap memiliki hubungan adik dan kakak. Sebenarnya dia tidak menyukai itu, dia kurang setuju dengan kehadiranku dalam keluarganya. Namun, kamu jangan pernah mengatakan itu kepada Luna."
"Aneh. Tapi, aku melihat dan dari cara dia berbicara menceritakan Kakak dia terlihat baik-baik saja."
"Dia anaknya sedikit dramaan. Dia itu berbeda dari cewek lainnya. Dia itu seperti serigala, tetapi berhati baik. Dia paling menyukaimu, dia sering menceritakan kamu kepadaku sebagai teman baiknya."
"Benarkah? Baiklah...."
Yona dan Chan ke kantin, selama di perjalanan mereka berbicara berdua dengan Yona yang berharap Chan menyukainya. Sejak pertemuan mereka Yona sudah menyukai Chan.
***
"Hari ini kamu harus membantu Vino dan juga Dika untuk menyiapkan dekorasi ulang tahun gue besok."
"Ulang tahun. Oh iya, besok adalah hari bertepatan di mana Kak Liam berusia 19 tahun."
Luna berbicara dalam hati, dia juga tersenyum dalam hati karena dia tidak ingin menunjukkan wajah kegembiraannya. dia ingin terlihat ada dan tidak terlalu tertarik dengan pesta ulang tahun tersebut.
"Tidak bisa. Sebenarnya hari ini aku ada tugas kelompok di rumah."
Liam mendaratkan kaki yang sebelumnya ada di atas meja ke lantai, dia melangkah mendekati Luna berdiri dengan posisi kedua tangan berada di dalam saku celana. dia menatap Luna tanpa kedip membuat gadis itu salah tingkah, dia memalingkan pandangannya lalu kembali menatap Liam dengan ekspresi yang menantang.
"Kak, aku tahu kalau Kakak sangat populer di sekolah ini bahkan semua orang pasti berharap bisa melakukan segala hal untuk kakak. Namun, aku bukan seperti mereka karena aku juga memiliki pekerjaan lain. Maaf."
Luna pergi meninggalkan Vino, Dika, dan Liam yang berada di gudang.
"Stop!"
Liam membuat Luna memberhentikan langkahnya ketika dia sudah memutar daun pintu. Liam melangkahkan kaki membuat Luna melangkah mundur hingga tubuhnya bertumpu dengan dinding. Liam mendapatkan tangan kanannya ke dinding lalu mengangkat kepala menatap kedua bola mata gadis yang ada di hadapannya itu.
"Jika lo enggak mau mengikuti apa yang gue katakan maka lo akan sesegera mungkin berangkat dari sekolah ini. Maksudnya dikeluarkan dan gue akan mengatakan kepada semua orang kalau lo itu cewek yang dengan sengaja memanfaatkan keadaan sudah mencium gue."
Vino dan Dika kaget, mereka mendekati beliau di setiap sisi dengan raut wajah yang penuh dengan tanda tanya.
"Lo serius dengan apa yang lo katakan. Lo dan cewek ini...."
Vino sengaja menggantungkan perkataannya karena masih ragu dengan apa yang dikatakan oleh Liam.
"Lo berdua perlu tahu kalau dia sengaja mengambil kesempatan mencium gue beberapa hari yang lalu. He! apa dia pikir gue bakalan suka dan jatuh cinta kepadanya. Pikir! gue nggak akan pernah suka sama cewek seperti lo."
Luna memejamkan mata, dia mencoba untuk menunaikan pikiran dan hatinya. Dia membuka mata, dia melepaskan tangan Liam dari dinding lalu dia keluar dari hidung tersebut mengabaikan perkataan pemuda itu.
Lima tidak terima, dia meraih tangan Luna dan kembali membuat gadis itu masuk ke dalam gudang. Bel sekolah berbunyi menandakan semua murid masuk ke kelas, Vino dan Dika segera ke kelas mereka dan akan membawa berita izin untuk Liam yang sudah pasti akan telat ke kelas.
"Kami pergi dulu, Bro."
Vino mendaratkan tangan di pundak Liam, dia beranjak pergi Sebelum Dika. Sahabat Liam yang bernama Dika itu melirik Luna dengan wajah datar, dia pergi dengan dingin.
"Bel sudah berbunyi dan aku harus kembali ke kelasku."
"Gue enggak peduli."
"Kakak ngapain maksa orang. Cukup ya."
Luna masih berusaha untuk pergi tetapi kali ini Liam kembali menariknya lalu tak sengaja menghempas tubuh gadis itu ke buku hingga beberapa buku terjatuh. Demi menjaga lunak agar tidak terkena oleh jatuhan duku tersebut diam menahan tangan bagi tubuh dan mereka terjatuh di lantai.
"Auw...."
Luna tubuh dari lantai, setelah rambutnya melebihi terlihat dahi yang berdarah karena terbentur ke kursi. Liam mulai panik, dia segera membawa Luna ke UKS. Dia sendiri yang mengobati luka tersebut.
"Gue enggak akan meminta maaf karena gue gak salah."
Luna merasa senang setelah mendapatkan perhatian dari Liam, dia tak menyesali apa yang baru saja terjadi tetapi dia masih berceramah menyembunyikan rasa senangnya dengan menunjukkan kekesalan.
"Sekarang terserah lo. Gue gak bakal memaksa lo untuk membantu gue."
Liam kembali menaruh kotak P3K ke dalam lemari. Dia ingin keluar dari UKS tetapi setelah sampai di pintu perkataan Luna membuat dia tersenyum ringan yang disembunyikan.
"Aku akan membantu Kakak."
Luna menerima apa yang dikatakan oleh diam setelah dia juga ingat dengan kontraknya bersama Chan.
Dia menoleh ke belakang dan menunjukkan wajah datar.
"Oke. Gue tunggu lo malam ini di rumah gue."
Liam kembali melanjutkan langkahnya keluar dari UKS.