Cassidy kembali ke hotel yang sama saat kejadian semalam. Ini sudah kali kedua Cass kembali setelah sebelumnya ia sempat berpapasan dengan wanita yang terakhir bersamanya dan ternyata dia adalah selingkuhan suami Angelica. Cass tidak menunggu lama untuk segera mencari tahu tentang Sophie Marigold.
Cass datang kembali ke kamar tempatnya meninggalkan Sophie semalam. Kamar itu telah dirapikan. Namun, Cass masih bisa mencari informasi dari manajer hotel. Cass mengaku jika wanita yang bersamanya adalah kekasihnya dan sekarang ia kehilangan wanita tersebut.
"Tidak ada barang yang ditinggalkan, Tuan Belgenza tapi manajer klub tadi melaporkan ada seorang wanita dengan ciri-ciri yang Anda ceritakan meminta tasnya kembali," ujar Manajer tersebut melaporkan pada Cass. Cass sedikit mengernyit lalu mengangguk.
"Oh, kalau begitu aku yang akan mengantarkan tasnya. Mungkin karena itu dia mengambek padaku," jawab Cass sambil tersenyum. Manajer itu lalu tersenyum dan mengangguk.
"Akan kuminta pelayan untuk mengantarkan tas itu, Tuan. Silakan tunggu di dalam!" Cass mengangguk dan masuk ke dalam kamar tadi malam. Ia berjalan masuk dan mendekati ke arah ranjang lalu berhenti menatapnya. Sekilas memori soal Sophie yang tak ia kenal terlintas lagi di benak Cass.
Sophie bukan wanita yang kurang secara fisik. Ia sangat cantik untuk ukuran rata-rata wanita Amerika. Apa karena itu suami Angelica memilih untuk tidak meninggalkannya? Meskipun begitu, Cass harus mencari tahu latar belakang Sophie sebelum menjalankan rencananya. Ia merasa harus menolong Angelica.
"Tuan, ini tasnya!" ucap seorang pelayan pria yang masuk ke dalam kamar yang tidak tertutup pintunya. Cass tersenyum dan mengangguk lalu mengambil tas tersebut.
"Terima kasih!" Cass lalu menyodorkan uang tip untuk pelayan itu sebelum ia pergi. Pelayan itu pergi dan pintu ditutup. Cass lalu duduk di sisi ranjang lalu membongkar isi tas bermerek Chanel itu. Ia sampai memperhatikan merek tas yang ternyata asli. Perkiraan Cass, Sophie bukanlah gadis yang berasal dari tingkat ekonomi yang biasa-biasa saja.
Terdapat sebuah dompet bermerek sama, lalu kunci mobil mewah, peralatan make up seperti lipstik, bedak, dan parfum, serta ponsel. Lalu buku tulis kecil yang berisi beberapa catatan dan nomor telepon.
"Huh, gadis ini hidup di jaman apa? Mengapa masih mencatat nomor ponsel penting di buku kecil seperti ini? Bukannya di ponsel ada fitur speed dial?" gerutu Cass sambil memeriksa barang-barang Sophie.
Akan tetapi, gerutuan Cass terbayar karena ia tak bisa membuka ponsel Sophie yang terkunci. Setidaknya buku catatan itu berguna. Di dalamnya terdapat beberapa nomor ponsel dan yang paling atas bernama Laura.
"Apa ini nomor ponsel Ibunya?" tanya Cass mencoba menebak-nebak. Cass berpikir lagi dan kemungkinan itu memang besar. Ia lalu mengambil ponselnya dan menghubungi nomor yang tertera.
"Halo?" terdengar suara lembut seorang wanita di seberang sana.
"Selamat sore, aku adalah pelayan dari kamar hotel Asteral Light. Aku sedang menghubungi pemilik tas Chanel hitam yang tertinggal di klub tadi malam. Apakah Anda orangnya, Nona?" ujar Cass yang berpura-pura menjadi pelayan yang menemukan tas Sophie.
"Oh, aku rasa itu adikku Sophie. Namaku Laura!" BINGO – Cass tersenyum dan mengangguk. Ternyata benar Cass menghubungi anggota keluarga Sophie yaitu kakaknya bukan ibunya, jauh lebih baik.
"Maaf, Nona. Aku ingin mengabarkan jika Adik Anda dapat mengambil barang-barangnya di hotel sekarang," lanjut Cass memancing agar Sophie keluar dan menemuinya.
"Baiklah, akan kuberitahukan. Dengan siapa dia harus bertemu?" Cass tampak berpikir sejenak dan mengarang sebuah nama.
"Jack ... aku akan menunggu Adik Anda di lobi."
"Baiklah, terima kasih!"
"Sama-sama!" Cass mematikan sambungan teleponnya dan menghela napas. Selesai hal yang pertama, Cass kini memereteli dompet Sophie. Ia memeriksa identitas dan segala informasi yang bisa ia dapatkan sebagai dasar untuknya bertindak nanti. Cass mengangguk mengerti saat membaca kartu identitas Sophie. Ia bahkan mengambil ponsel dan memfoto kartu tersebut.
"Mungkin satu saat aku harus ke rumahmu!" ucap Cass beralasan. Setelah itu, Cass membereskan kembali tas Sophie dengan memasukkan barang-barangnya. Cass pun berjalan keluar dari kamar dan bersiap menunggu Sophie di lobi.
Cass duduk dengan tenang pada sofa di lobi utama dengan sebuah tas wanita di sisinya. Ia memperhatikan setiap orang yang lewat agar Sophie tidak terlewatkan.
Setelah menunggu sekitar nyaris satu jam, seorang gadis datang dengan penampilan yang cantik, manis tapi dengan pakaian formal seperti baru saja baru pulang dari kantor. Sophie buru-buru menghampiri meja resepsionis dan bertanya tentang seorang pelayan yang menghubunginya.
"Aku dihubungi oleh seorang pelayan di hotel ini dan dia memegang tasku," lapor Sophie pada petugas resepsionis.
"Maaf Nona, siapa yang kamu maksudkan?" petugas resepsionis kembali bertanya.
"Namanya Jack ..."
"Nama belakangnya?" Sophie berpikir sejenak dan menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak tahu." Petugas itu mengangguk dan mulai memeriksakannya untuk Sophie.
"Tunggu sebentar!" Sophie pun mengangguk dan berdiri cukup cemas menoleh ke kanan kiri. Sementara dari ujung lobi, Cass memperhatikannya dengan seksama. Ia bahkan sempat menyisiri Sophie dari ujung kaki sampai rambut. Setelah beberapa saat, Cass lalu mengambil sebuah majalah yang tersedia tak jauh darinya lalu membaca.
Seorang staf datang dan menjelaskan pada Sophie bahwa tidak ada nama pelayan yang dimaksudkan oleh Sophie. Namun, Sophie bersikeras jika ia memang dihubungi oleh pria yang mengaku sebagai pelayan dan memegang tas.
"Lalu aku harus bagaimana? Tasku dan kunci mobilku ada di sana! Aku bahkan tidak bisa mengambil mobilku gara-gara hal ini!" sahut Sophie mulai kesal.
"Tapi kami tidak bisa membantu, Nona. Mungkin Anda mau melaporkan pada Polisi untuk kehilangan ..."
"Kalian sudah gila ya? Seharusnya aku lapor Polisi karena salah satu pelayan kalian telah menghubungi dan menipuku!" hardik Sophie balik memarahi staf tersebut. Sophie dengan kesal langsung pergi meninggalkan lobi dan pergi ke klub malam di hotel tersebut. Manajer klub pasti mengetahui siapa pria yang mengaku telah mengambil tasnya.
Akan tetapi, hasilnya sama saja. Manajer bahkan mengaku telah memberikannya pada manajemen hotel.
"Aku kan sudah bilang jika aku akan datang mengambil tasku kembali? Kenapa malah diberikan pada orang lain!" tukas Sophie dengan begitu kesal.
"Tapi aku sudah memberikannya pada manajemen hotel, Nona. Aku yakin barang-barangmu baik-baik saja," balas manajer klub menjelaskan.
"Kalian sangat tidak bertanggung jawab! sekarang ke mana lagi aku harus mencari barang-barangku!" sungut Sophie lagi. Ia mendengus kesal beberapa kali dan Cass tetap mengekorinya dari jauh sambil membawa tas milik Sophie.
Sophie yang sudah tidak tahu lagi harus berpikir apa lantas beranjak untuk menemui manajer. Namun sayangnya karena sedang marah serta kesal, ia malah salah berbelok dan mengarah ke lobi parkir mobil tempat kendaraannya masih berada di sana.
"Ah, kenapa aku bisa ada di sini? Ahh ... aku benci hidupku! Semua orang hanya mempermainkanku saja!" sungut Sophie mengentakkan kakinya ke lantai. Ia terengah dan masih berjalan ke arah mobil mewahnya yang telah parkir semalaman di sana.
Sesampainya ia di depan mobil itu, Sophie melipat kedua lengan di dada dan masih kesal. Sekarang bagaimana caranya ia bisa mengambil mobilnya sedangkan kuncinya masih berada di dalam tasnya yang hilang.
Tiba-tiba alarm mobilnya berbunyi dan pintu otomatis terbuka. Sophie kaget lalu berbalik pada seorang pria yang berjalan padanya usai menekan kunci alarm pada mobil Sophie.
"Hai ..."