"Hai ..." Cass menyapa dan Sophie sontak berbalik berhadapan dengannya. Sophie kaget melihat seorang pria yang tidak ia kenal menyapanya. Cass perlahan menaikkan ujung bibirnya pada Sophie sambil terus menatapnya lekat.
"Siapa kamu ..." Cass memperlihatkan tas milik Sophie yang ia pegang dari tadi. Sophie makin terkejut dan sedikit membuka mulutnya. Matanya membesar lalu keningnya mengernyit.
"Itu ..."
"Aku yang memegang tasmu, bisa kita bicara?" tanya Cass menawarkan diri. Sophie makin kaget dan bingung. Apa yang sebenarnya tengah terjadi saat ini?
"Siapa kamu?" Cass tidak mau menjawab Sophie dan malah berbalik lalu berjalan ke sisi mobil dan membuka pintunya. Ia masuk dan duduk di kursi penumpang mobil sport mewah tersebut tanpa meminta ijin dari si pemilik mobil, Sophie Marigold.
Sophie yang kebingungan pun terpaksa masuk ke mobil. Ia membuka sisi kemudi dan masuk ke dalam. Namun, Sophie tidak mengunci mobilnya. Ia harus mengantisipasi pria tampan dan mencurigakan itu.
"Siapa kamu?" Sophie memulai dengan langsung bertanya. Cass sedikit tersenyum dan memberikan tas milik Sophie.
"Aku datang untuk dua hal. Yang pertama adalah aku ingin mengembalikan tas milikmu, dan yang kedua ..." Cass berhenti seraya menyamping agar bisa bertatapan lekat dengan Sophie. Ia menatap Sophie dengan tajam dan itu sempat membuat Sophie agak sedikit merona. Mata biru Sophie menatap iris mata coklat Cass yang menggoda dan keduanya terdiam beberapa saat.
"Apa kamu tidak mengingatku?" tambah Cass melayangkan pertanyaan yang membuat Sophie mengernyitkan keningnya.
"Huh ..." Cass makin melengkungkan senyumannya dan makin menundukkan sedikit alisnya seolah tengah bertanya dengan matanya.
"Kamu benar-benar lupa ya? Kenapa kamu tidak menghubungiku? Bukankah aku sudah memberikan nomorku padamu?" ujar Cass lagi makin membuat Sophie bingung. Ia mencoba mengingat siapa pria yang ada di depannya. Rasanya ia tidak pernah punya kolega atau teman sekolah seperti pria itu sebelumnya.
"Aku rasa kamu salah orang!" sanggah Sophie kemudian.
"Tidak mungkin! Aku pasti ingat gadis yang tidur denganku!" spontan mata Sophie melotot pada Cass. Cass masih menahan seringainya lalu mengangguk.
"T-Tidak mungkin! Aku tidak mengenalmu!"
"Aku juga ... awalnya. Tapi, kita bersama semalam di kamar 365, kamu tidak lupa kan?" Sophie makin takut menatap pria yang tiba-tiba menemuinya itu. Kepalanya mencoba memutar lagi seluruh rangkaian kejadian kemarin malam. Tetapi ia tak mengingat ada pria ini di dalamnya.
"A-Aku tidak ingat dirimu. Kamu pasti mengada-ada." Cass sontak terkekeh dan sempat membuang muka sekilas ke samping kiri tapi kembali menatap Sophie.
"Tidak, untuk apa aku mengada-ada. Kita sudah tidur bersama untuk apa aku bohong?" tukas Cass makin percaya diri.
"Tidak mungkin!"
"Apa aku perlu memberikan bukti videonya padamu?" Sophie makin tercekat dan wajahnya semakin pucat. Cass menarik napas dan melepaskannya dengan tenang. Senyumannya kini sudah pudar dan berganti dengan raut serius.
"Aku punya bukti tentang hubungan kita semalam, Sophie Marigold. Itu namamu kan?" desak Cass makin serius. Sophie makin tercekat dan berusaha menelan ludah tapi tak bisa. Ia bahkan nyaris tak bisa bernapas karena tekanan saat ini.
"Tidak! Kamu tidak akan bisa mengancamku!" Cass mulai menaikkan kembali seringainya.
"Tentu bisa. Aku tahu celana dalam apa yang kamu kenakan semalam, karena aku yang membukanya."
"Kamu memperkosaku?" tuding Sophie cepat.
"Tidak ada bukti untuk itu. Aku dan kamu melakukannya atas dasar suka sama suka," jawab Cass masih dengan tenang dan penuh percaya diri. Sophie makin bergidik. Sungguh, ia tidak pernah berpikir akan mengalami hal seperti ini. Rasanya seperti mimpi.
"Aku bahkan tidak tahu siapa namamu. Bagaimana kamu bisa mengatakan jika kita saling menyukai?"
"Namaku Cassidy Belgenza. Dan kita sudah melakukannya. Mau melihat hasilnya? Aku hanya tinggal menyebarkannya saja di media sosial ..."
"Tunggu! Apa maumu?" potong Sophie yang langsung menghalangi tangan Cass yang sudah ancang-ancang akan mengeluarkan ponsel dari balik saku jasnya. Cass menyeringai dan terkekeh kecil. Sekarang ia tengah berada di atas angin dan Sophie pasti akan melakukan hal yang ia inginkan.
"Hmm ... aku akan mengatakan apa mauku, tapi tidak sekarang. Sekarang bukan saat yang tepat. Kita sedang berada di mobil." Sophie mengernyitkan keningnya.
"Apa maumu?"
"Kamu menurut padaku dan melakukan semua yang aku inginkan," jawab Cass dengan cepat. Sekarang giliran Sophie yang mendengus sinis lalu menggelengkan kepalanya pada Cass.
"Kamu kira, aku budakmu?" Cass makin menyeringai.
"Iya, sekarang iya!" cengiran sinis Sophie hilang seketika dan ia langsung menunjuk wajah Cass memperingatkannya agar tidak mengancamnya.
"Jangan macam-macam denganku, Tuan. Aku tidak mengenalmu dan kamu tidak kenal siapa aku. Aku bisa menghancurkanmu!" Cass sontak tertawa lebih besar dan ter bahak. Sophie masih memandang keheranan pada pria aneh yang pertama kali ia temui ini. Pria ini memang gila!
"Jangan tertawa!" pekik Sophie memperingatkan Cass yang masih tertawa.
"Oh, sweet!" (manisnya) Cass bergumam. Sophie masih memasang wajah kesal melihat Cass yang tak mengenalnya malah mengoloknya kini.
"Dengarkan aku, Sayang. Aku bukan pria biasa, okay? Jika kamu tidak pernah keluar rumah, aku yakin kamu pasti tidak tahu siapa aku. Tapi aku tidak ingin menyombongkan diri seperti yang baru kamu lakukan. Kamu sendiri yang akan mencari tahu tentangku nanti."
"Aku tidak penasaran denganmu!" sahut Sophie menyangkal.
"Oh ya? Kita lihat saja nanti. Simpan nomorku! Karena aku akan meneleponmu sewaktu-waktu dan mengatakan tujuanku, hhmm?" Cass makin percaya diri dan angkuh mengatur Sophie. Sophie makin kesal dan mengeraskan rahangnya.
"Kamu mengancamku?"
"Tidak. Aku ingin melakukan transaksi bisnis denganmu." Sophie tak menjawab dan masih terus memandang orang asing itu. Cass lalu merogoh paksa tas Sophie dan mengambil ponselnya.
"Buka ponselmu!" perintah Cass pada Sophie.
"Tidak!" Sophie melawan dengan menolak permintaan pertama Cass.
"Lakukan yang aku inginkan, atau kamu tidak akan menyukai konsekuensinya. Aku bisa menyebarkan video hubungan kita ke media sosial," ancam Cass lagi. Sophie terdesak dan mulai takut. Saat ini ia tak punya pilihan selain menuruti permintaan Cass. Sophie mengambil ponselnya dari tangan Cass dan menempelkan salah satu jarinya untuk membuka telepon.
Begitu ponsel itu menyala, Cass langsung merebutnya dan Sophie sampai terkejut. Ia kaget karena tindakan Cass namun tetap tak bisa berbuat apa pun. Cass lalu memasukkan nomornya pada ponsel milik Sophie lalu menghubunginya. Ponsel Cass bergetar sebagai tanda panggilan dari ponsel Sophie. Cass tersenyum puas, sekarang ia punya nomor pribadi Sophie.
"Tidak sulit kan?" sindir Cass mengembalikan ponsel Sophie kembali. Sophie menarik ponselnya sedikit menyentak karena kesal tapi Cass masih menyeringai menyebalkan.
"Setiap aku yang menghubungimu, angkatlah. Jika tidak, kamu tidak akan menyukai akibatnya," sambung Cass lagi masih dengan ancaman. Sophie tidak menjawab dan hanya memandang geram pada Cass. Cass lalu mengangguk dengan wajah seringainya membuka pintu.
"Sampai bertemu lagi ... Sophie!" Cass mengedipkan sebelah matanya dan keluar dari mobil itu dan menutup pintunya. Ia tetap berdiri di sisinya sampai Sophie menyalakan mesin dan pergi berlalu.