Kecupan itu cukup manis dan dalam diberikan Sophie untuk Cass yang berada di bawah tindihannya. Ia masih mengira jika pria yang ia cumbu adalah kekasihnya yang bernama Collin.
"Uh, maaf ..." Cass melepaskan ciuman itu darinya. Namun, Cass tertegun saat menatap mata indah gadis yang sedang salah sangka padanya. Bola mata biru terang itu seakan menarik Cass untuk tetap tinggal sementara waktu. Cass hanya diam saat gadis itu perlahan menidurkan sisi kepalanya di dada Cass dan memejamkan matanya.
"Temani aku malam ini ..." gumamnya pelan dan Cass mendengarnya. Gadis yang tidak ia kenal kini tidur di atas tubuhnya. Ada rasa kasihan yang terbersit di benak Cass kala gadis asing itu menyandarkan dirinya. Cass pun akhirnya hanya diam saja dipeluk Sophie di ranjang.
Setelah beberapa saat dan sepertinya Sophie telah tertidur, Cass pun perlahan menggeserkan posisi tubuhnya. Cass berusaha agar Sophie tidak terbangun sehingga begitu lembut, ia menggeserkan dirinya. Setelah lepas, Cass lalu memperbaiki posisi gadis itu agar ia lebih nyaman beristirahat.
"Huff, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku bahkan tidak tahu siapa namanya. Dia tidak bawa identitas apa pun!" keluh Cass berdiri di samping ranjang dan mulai kebingungan. Tangannya beberapa kali mengusap kepala dan matanya sesekali mengarah pada gadis itu lagi.
"Ah, aku tinggalkan saja uang dan nomor telepon! Iya, begitu saja!" sahutnya kala terlintas sebuah ide sebagai solusi. Cass lalu mencari kertas untuk mencatat nomor ponselnya. Ia menempelkan kertas itu pada cap lampu di sebelah ranjang. Setidaknya jika gadis itu bangun nanti maka ia akan bisa menghubungi Cass untuk meminta tolong atau semacamnya.
Cass juga meletakkan sejumlah uang tunai yang bertujuan untuk membayarkan ongkos taksi si gadis jika dia ingin pulang. Terlebih Cass melihat tidak ada tas, dompet atau semacamnya pada sang gadis.
Meskipun sempat ragu tapi Cass harus segera pergi. Ia sudah punya janji dengan temannya yang bernama Divers di klub malam hotel yang sama.
"Ah nanti saja aku pikirkan!" ucap Cass sebelum ia keluar dari kamar meninggalkan Sophie.
Cass separuh berlari ke lift dan turun ke lantai sepuluh tempat di mana ia dan Divers telah berjanji akan bertemu. Divers ternyata sudah menunggu di salah satu sudut dekat klub malam itu cukup lama.
"Maaf ..." ucap Cass sedikit terengah.
"Jangan bilang jika kamu baru saja berkencan!" sungut Divers separuh mengambek. Cass terkekeh kecil dan merangkul sebelah pundak Divers untuk segera mengajaknya masuk ke dalam klub.
Malam berlalu dan pagi pun menjelang. Sophie yang tertidur sangat nyenyak di atas ranjang yang nyaman. Perlahan ia menggeliat beberapa kali sampai akhirnya membuka matanya.
Kepalanya begitu pusing dan berputar-putar. Sophie pun mengerang akibat kepalanya yang begitu pusing.
"Oh Tuhan ..." keluh Sophie memijat kepalanya. Perlahan ia bangun dari ranjang dan matanya mencoba melihat isi kamar meskipun dengan mata memicing.
"Uh, ini di mana?" Sophie masih sangat pusing dan bingung. Dengan kesal dan sikap mengambek, Sophie membuka selimut dan yang kemudian tak sengaja ujungnya mengibaskan lampu di sebelah ranjang. Kertas yang ditempelkan oleh Cass tadi malam lalu melayang jatuh ke dekat ranjang.
Sophie yang tidak menyadari apa-apa lalu berdiri dan berjalan terhuyung sambil memegang kepalanya. Ia masuk ke dalam kamar mandi dan menarik gaunnya. Ia meraba-raba pakaian dalam hendak membukanya.
"Uh, celana dalamku ke mana?" tanya Sophie mulai kebingungan. Mata Sophie spontan terbelalak dan baru sadar jika celana dalamnya ternyata sudah hilang dan dia berada di dalam kamar hotel entah sejak kapan.
Sophie mulai panik dan langsung keluar kamar. Ia mulai berpikir yang aneh-aneh. Saat melihat sepatunya tergeletak di lantai dalam posisi seperti dilepaskan oleh seseorang lalu tak jauh di dekatnya ada barang yang paling ia cari yaitu celana dalam.
"Oh tidak!" pekik Sophie kaget. Ia berjongkok memungut celana dalamnya dan makin panik.
"Tidak mungkin! Tidak mungkin aku diperkosa! Tidak ..." ucap Sophie makin panik dengan keadaannya. Dengan polosnya, Sophie memeriksa permukaan ranjang dan tidak menemukan ada bercak darah atau bekas cairan tertentu yang mencurigakan.
"Syukurlah ... " Sophie menarik napas lega dan berdiri dari ranjang. Ia lega karena ternyata dirinya baik-baik saja. Namun ketenangan belum datang menghampirinya. Di depannya tepatnya di atas meja rias, terdapat tumpukan uang tunai. Sophie dengan cepat meraih uang itu dan terperangah.
"500 dolar?" ucap Sophie memegang lima lembar uang seratus dolar yang diletakkan di atas meja tersebut. Sebelah tangan Sophie yang lainnya memegang celana dalam dan uang di sebelahnya.
Raut wajah Sophie langsung berubah horor dan membuang uang tersebut ke lantai karena rasa kagetnya.
"Tidak mungkin! Ini tidak mungkin! Mana mungkin seseorang bisa melakukan hal seperti ini! Aku sudah tidak perawan lagi ... tolong seseorang melecehkanku!" Sophie malah meringis sembari menangis panik tentang apa yang terjadi pada dirinya.
Sophie pun makin bingung dan panik. Ia berkeliling ke seluruh kamar dan tidak ada siapa pun kecuali dirinya. Sophie mengira jika pria yang melecehkannya pasti telah pergi lebih dahulu. Ia pun memakai pakaiannya kembali lalu masuk ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
Usai lebih segar dan sadar, Sophie buru-buru memakai sepatunya dan mulai mencari tasnya.
"Ke mana tasku, kenapa tidak ada!" pekiknya makin panik. Rasanya seperti ingin menangis. Ia tidak bisa membayangkan seperti apa ayahnya akan murka jika mengetahui apa yang dilakukannya semalam.
Dalam kepanikan dan tidak menemukan tas apalagi ponsel, Sophie terpaksa memungut kembali uang 500 dolar yang sebelumnya dibuangnya. Ia keluar buru-buru dan harus mencari tasnya.
Sophie baru ingat jika ia pergi ke klub malam di hotel tersebut untuk minum-minum. Dia pun turun ke lantai sepuluh untuk kembali ke klub tersebut. Sayangnya klub sudah tutup dan tengah dibersihkan.
"Tolong, ada barangku yang tertinggal di dalam!" pinta Sophie pada penjaga yang menghalanginya. Sophie memohon dengan penampilan yang masih seksi tapi agak kusut dari semalam.
"Kalau begitu Anda harus melapor pada manajemen, Nona!" penjaga itu lalu membantu Sophie untuk menemui manajer untuk menjelaskan yang terjadi.
"Oh, jika untuk itu Anda harus menunggu tiga jam lagi setelah klub selesai di bersihkan. Jika ada barang yang tertinggal maka kami akan kembalikan," ujar manajer itu menjelaskan pada Sophie.
"Apa! Tiga jam?!" sahut Sophie memekik keras dan kaget.
"Benar, Nona. Jadi sekitar pukul dua atau tiga siang. Kami harus memeriksa dulu sebelum dikembalikan!"
"Tapi aku tidak mungkin menunggu selama itu!? Aku sudah terlambat ke kantor!" pekik Sophie masih dengan wajah begitu cemas dan panik.
"Maaf aku tidak bisa membantu, Nona. Untuk saat ini klub tidak boleh dimasuki oleh siapa pun sampai proses pembersihan selesai dilakukan!"