Chereads / Re Time / Chapter 12 - Mengistirahatkan Diri Sejenak

Chapter 12 - Mengistirahatkan Diri Sejenak

"Apa yang sedang kau lakukan di sana?"

Tris bertanya lantaran terkejut melihat Owen yang berdiri di depan telepon. Saat itu, Ia hendak meletakkan makanan Owen di meja.

"Tris, kenapa kau tidak bertemu dengannya saja?"

"Jadi kau mendengar rekamannya."

"Benar."

"Aku tentu saja ingin ke sana tapi aku takut," ucap Tris seraya menaruh makanannya di atas meja ruang keluarga.

"Yah, itu memang wajar. Aku bahkan tidak berani ke sana. Tetapi, ini aneh, dia memilih tempat yang ramai daripada tempat yang sepi. Demi menghindari kecurigaan, namun juga kecerobohan."

"Apa maksudmu?"

"Kalau dia berniat melakukan sesuatu padamu maka akan ada banyak saksi mata yang melihat."

"Lalu, kalau dia memilih tempat ramai itu artinya dia tidak sendiri?"

"Sepertinya begitu."

Owen kemudian duduk di sofa, sebelum memakan makanan yang sudah dihidangkan, Ia menyalakan televisi.

"Mia di mana?"

"Mia sudah tertidur di kursi dapur. Aku akan segera memindahkannya ke kamar atas."

Tak lama, Tris memindahkan Mia ke kamarnya. Lalu datang kembali ke ruang keluarga dengan membawakan baskom kecil berisi air hangat dan sehelai handuk.

Melihat, Owen belum memakan makannya. Lantas, Tris mulai menggunakan handuk dengan perasan air hangat untuk membasuh punggung suaminya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Owen

"Kau belum mandi. Setidaknya dengan air hangat, tubuhmu akan bersih. Ini tak masalah apalagi bagi orang sakit."

"Tapi aku tidak sakit."

"Justru itu, aku ingin mencegahnya sebelum kau mandi dengan air dingin. Bisa-bisa kau masuk angin."

"Kalau begitu terimakasih."

"Ya."

"Hari ini kau terlihat lesu. Ada apa?"

"Tidakkah seharusnya kau bertanya pada dirimu sendiri? Sejak pagi, wajahmu terlihat murung dan sekarang berubah drastis. Apakah karena telepon itu?"

"Bisa dibilang iya, bisa dibilang tidak. Nomor asing itu, apakah kau mencatatnya?"

"Ya. Aku mencatatnya dan merekam semua obrolan yang dia obrolkan padaku. Tentu saja, aku yakin kau telah memutar ulang rekaman teleponnya. Memangnya ada yang janggal?"

"Yah, mungkin. Aku masih belum tahu siapa dia karena suaranya dirubah. Lalu, apakah dia orang terdekat di sini atau bukan. Kemudian apakah selama ini dia mengintai keluarga kita? Aku belum tahu itu semua, maka dari itu aku masih berpikir."

"Jangan dipikir terlalu keras."

"Tris, tempatnya benar di mall?"

"Ya, di bagian bawah arena permainan. Karaoke."

"Sejujurnya kau ingin ke sana atau tidak?"

"Aku tidak akan ke sana jika kau memberitahuku detail kasus itu sekarang."

"Maaf, aku pun masih tidak tahu soal kasus itu, Tris. Jangan berharap kalau aku mengerti semuanya."

"Kalau begitu, aku akan ke sana."

"Akan ku temani diam-diam."

"Ngomong-ngomong, nanti dia akan menelpon lagi. Dia akan mengatakan pertemuannya pada tanggal dan waktu yang ditentukan. Saat itu, aku ingin kau mendengarnya juga."

"Baiklah, aku tidak keberatan. Tapi jika orang itu tidak mengatakan apapun, pastikan kau langsung menutup teleponnya."

Tris sedikit mengerutkan keningnya tanda tidak mengerti terhadap apa yang barusan Owen katakan padanya. Di sisi lain, Owen kepikiran sesuatu tentang kejadian yang terjadi hari ini.

Ada beberapa kata yang diucapkan namun setengahnya terdengar ambigu oleh orang lain. Owen merasa ada beberapa pembicaraan yang tidak direkam pada saat itu.

Apalagi telepon itu, pembicaraannya cukup panjang dari sebelum-sebelumnya. Sungguh kejadian yang ajaib, Owen hanya tidur dan inilah yang Ia dapatkan.

Semisal pertemuan itu akan terjadi besok, maka Owen harus menyiapkan segalanya agar mengetahui siapa orang itu.

***

Owen hari ini makan sangat lambat. Ia baru saja selesai hampir jam 7 malam.

Setelahnya pada pukul 10 malam, tepat sesuai yang dibicarakan Tris. Orang itu menelepon.

Tris segera mengangkatnya, lalu mendengarkan secara seksama dan hati-hati saat menjawabn. Owen pun berada di sisi Tris saat ini.

"Tanggal 24, mall bagian bawah, tempat karaoke. Temui aku di sana tanpa suamimu."

Yang sudah diduga-duga ternyata ada benarnya. Orang itu tak menginginkan Owen bersama Tris saat bertemu. Benar-benar merepotkan.

Telepon terputus sesaat setelah si penelepon mengatakan tempat pertemuannya pada Tris.

"Tempatnya tidak berubah. Apa yang dia rencanakan?"

"Kau berpikir kalau dia akan melakukan sesuatu padaku?"

"Orang mencurigakan yang bahkan tidak menyebutkan namanya bahkan merubah suaranya, maka mana mungkin ada orang yang percaya kalau dia hanya ingin berbicara padamu, Tris."

"Maafkan aku. Aku memang curiga pada orang ini. Tapi dia berniat membicarakan kalau tentang kasus 3 bulan lalu, Eka meninggal bukan karena ledakan melainkan tembakan. Meskipun dia sendiri yang bilang bahwa dialah pelakunya."

"Kau terlalu percaya dengan orang lain, Tris. Jangan kau lengah sedikit saja. Waktu akan terus berjalan hingga ke ujung kematian. Bahkan jika kau mengulang kehidupanmu, itu tak berarti kau akan selalu aman."

Perkataan Owen tadi, membuat Tris bertanya-tanya. Apalagi wajah serius Owen dalam menghadapi orang ini, lantas Tris berpikir yang tidak-tidak pada saat itu terjadi.

"Aku mungkin akan mati," ucapnya dengan suara lirih.

"Jangan bicara seperti itu. Aku akan melindungimu dan Mia. Tak seperti sebelumnya, kali ini mungkin aku bisa melaporkan hal ini pada polisi. Tentang tindak kejahatan yang disembunyikan oleh para aparat."

"Aku yakin ada sesuatu sehingga membuat mereka membohongi para warga sipil. Misalnya, teroris."

Owen terkejut saat mendengar pernyataan dari Tris saat itu. Kata-kata teroris yang diucapkan begitu saja, membuatnya kembali berpikir tentang pertemuan yang akan terjadi esok hari.

Entah mereka dapat melewati waktu pada tanggal 23 atau tidak. Entah mati saat ini atau besok, Owen merasa was-was.

"Kau khawatir?"

"Eh, ah, tentu saja. Lekas pergilah tidur, aku akan menutup tirai jendela dan mengunci setiap pintunya."

Owen pun bergegas melakukan sesuatu yang barusan Ia katakan. Tris berpikir heran, ada apa dengan suaminya hari ini setelah mendengarkan semua perbincangan yang ada di telepon.

"Aku tidak ingin bertanya pada Tris. Karena itu pasti akan membuatnya curiga dan panik. Apalagi memberitahukan hal-hal tragis yang mungkin akan menimpanya hari ini atau besok."

Sembari mengunci pintu usai menutup semua tirai jendela atas dan bawah. Owen mengerutkan kening, kekhawatiran, kecemasan, serta ketakutan memang masih mengalir padanya saat ini, pada malam ini.

Sehingga Ia bertekad, "Akan kupastikan tanggal 23 tidak ada tragedi lagi. Aku akan tetap terbangun sampai fajar tiba. Lalu memastikan Tris aman saat bertemu dengan si penelepon ini."

Duduk dengan menyangga kedua tangannya ke dagu, menatap layar televisi yang tidak dinyalakan. Bahkan lampu di dapur, ruang tamu dan keluarga saat ini juga sudah dimatikan.