Chereads / Re Time / Chapter 13 - Tanggal 24

Chapter 13 - Tanggal 24

Tanggal 23 akhirnya terlewati dengan aman. Sekarang, tanggal 24 Juli. Bersiap akan pertemuan dengan pelaku yang mengaku telah membunuh salah seorang petugas polisi.

Karena hari kemarin telah dilewati tanpa adanya kejadian tragis, Owen kini kegirangan. Tak biasanya Ia tersenyum, ibarat anak kecil yang mendapat mainannya. Sungguh ironi.

Pelakunya hanya mengatakan bahwa pada hari ini, di sebuah mall bagian bawah, tempat karaoke. Tidak jelas berapa waktunya, tapi Tris bilang bahwa orang itu mungkin akan datang jika dirinya telah berada di sana.

Owen hanya mengandalkan kepercayaan pada Tris seorang. Pukul 8 pagi, Mia berada di rumah tetangganya untuk bermain. Tanpa memberitahukan apa alasan kedua orang tuanya pergi tentu membuat Mia cemas, namun hanya bisa menunggu pulang nanti.

Mengendarai mobil yang biasanya Owen kendarai, menuju sebuah mall sampai pada kurang lebih dari 30 menit.

Saat sebelum Tris pergi masuk ke dalam, Owen meletakkan alat penyadap di dalam tasnya. Tris tidak mengetahui hal ini. Owen diam-diam meletakkannya agar situasi dapat dikendali saat terjadi sesuatu yang tak diinginkan.

"Aku akan pergi."

"Aku akan menyusul setelah kau masuk."

"Jangan terlalu lama."

"Tenang saja."

Tris menghela napasnya berulang kali, cemas apabila sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. Namun, karena Owen akan menyusul, maka Ia sedikit lega. Lalu Ia berjalan dengan perlahan.

"Bahkan Tris bilang kalau orang itu akan tahu saat dirinya telah sampai di sana. Itu artinya perkiraanku benar, pelakunya adalah orang dekat. Dia yang akan membunuh keluargaku. Dan seperti yang aku kira, bahwa ini ada kaitannya dengan kasus 3 bulan lalu."

Benar sekali, Owen telah mengetahui bahwa pelaku itu adalah orang terdekat mereka. Yang merencanakan akan membunuh Tris ataupun Mia. Sekaligus telah membunuh Eka dengan senjata api.

"Dan Tris, maafkan aku yang sudah menggunakan penyadap. Lagipula ini demi dirimu juga," gumam Owen

Berita yang masih tersembunyi dari para masyarakat adalah, kasus 3 bulan di mana di situ diberitakan bahwa para petugas polisi yang tengah menggerebek tkp namun justru terjadi ledakan sehingga menewaskan mereka.

Namun, sebelum ledakan itu terjadi, terdapat salah seorang petugas polisi yang tertembak mati lebih dulu. Tidak ada senjata di sana yang menjadi bukti, hanya ada satu yakni sarang peluru yang terlempar ke sekitar tkp.

"Aku akan pastikan, dia akan kulaporkan segera. Dengan begitu, kebenaran akan terkuak. Aparat kepolisian."

Ketika, Tris sudah masuk ke bagian bawah mall. Seorang pria mengenakan jas datang menghampiri Tris, Ia tetap berjalan membelakanginya sembari mengatakan sesuatu.

"Cepat masuk ke dalam sana. Dan taruh tas mu di samping. Jangan coba-coba untuk memanggil polisi, aku akan tahu saat kau memanggilnya."

"Beruntung aku tidak menyentuh ponselku semalam. Apalagi mencoba untuk menghubungi polisi," batin Tris, berkeringat dingin.

"Tenang saja, aku lah yang akan menelepon polisi dengan ponselku sendiri," ucap Owen yang masih berada di dalam mobil setelah mendengar perkataannya secara samar-samar.

"Tapi aku berniat untuk menangkap basah dirimu. Lagipula, ponselku aku matikan dengan sengaja. Siapa yang tahu jika dia bisa melacaknya, bukan?" imbuh Owen, yang bergegas keluar dari mobil.

Owen menggunakan earphone untuk mendengar setiap ucapan mereka dari alat itu, tentu saja Ia meninggalkan ponselnya dalam keadaan mati di dalam mobil.

Ia melangkah masuk ke dalam mall, suasana di sana sungguh ramai. Owen tidak tahu apakah orang itu mengenakan pakaian biasa atau lainnya. Sepertinya Ia sengaja tidak tahu sebab, akan terlalu mencurigakan jika dirinya melirik-lirik ke sana kemari.

"Tunggu di sini sampai orang itu datang," ucap pria berjas pada Tris yang sudah duduk di tempat karaoke.

Tak lama setelah itu, pria dengan memakai jaket berhoddie datang. Wajahnya bahkan tak terlihat karena perban, sama seperti pria berjas yang mengenakan kacamata dan topi hitam untuk menutupi wajahnya.

Tetapi, entah di kedua kakinya, tangan maupun wajahnya, terdapat perban. Menurut Tris itu aneh, kenapa orang yang baru saja datang ini memakai perban di mana-mana? Apakah dia mempunyai banyak luka hingga seperti itu?

"Kenapa melihat-lihat?"

"Eh?" Tris terkejut ketika orang itu bertanya tanpa suara yang dibuat-buat. Dan suara itu sama sekali berbeda dengan apa yang Tris rasakan ketika berbincang pada orang itu di telepon.

"Walaupun menggunakan perubah suara, apakah ini orang yang sama? Ataukah orang yang tadi? Dan entah mengapa terasa familiar," pikir Tris dalam benaknya, keheranan.

"Hei!"

"Ah, maaf. Aku hanya heran dengan pria sepertimu."

"Wanita pasti akan merasa jijik jika aku membukanya. Tidak, bahkan dia juga sama saja!"

"Siapa 'dia' yang kau maksud?"

"Kenapa kau bicara begitu. Kenapa aku harus memberitahumu kalau kau sebentar lagi akan mati, Nyonya."

"Eh, apa?"

Dengan reflek, Tris beranjak dari tempat duduknya. Terkejut sekaligus takut. Bersamaan dengan hal itu, Owen yang mendengarnya pun segera merebut ponsel orang asing yang kebetulan berada di sampingnya saat ini.

"Pinjam sebentar!"

"Hei!

Karena desakan di antara para pengunjung, membuat Owen tak bisa bergerak. Ia menghubungi Tris lewat ponsel itu.

"Tris! Cepat keluar sekarang!" teriak Owen, meskipun saat ini Tris tak dapat menggapai ponselnya.

Ponsel milik Tris masih bergetar, sebelum orang itu merebutnya, Tris bergegas membawa tasnya keluar dengan bersamaan mencari ponselnya saat itu juga.

"Kau takut ya, Nyonya?"

Pria itu kini tersenyum sinis, meraih lengan Tris dan mencengkramannya kuat.

Ketika, tombol menerima ponsel itu ditekan. Merasa panggilannya diterima, Owen segera berteriak dan meminta Tris untuk segera pergi dari sana.

Namun, Tris diam tak bergerak saat pria itu merebut ponselnya seraya menatapnya.

"Tenang Nyonya. Aku bahkan tak ingin membunuhmu di saat-saat seperti ini. Tapi karena kalian adalah keluarga yang hina, 3 bulan lalu pun pasti akan kalian lupakan."

"Apa? Bukankah kau sebelumnya kau hanya ingin bicara padaku soal kasus 3 bulan? Eka mati karena mu, bukan!?"

Karena ruangan karaoke itu kedap suara, jadi tak seorang pun yang dapat mendengar pembicaraan mereka.

"Hah? Membunuh Eka? Bukankah itu kalian! Kalian yang telah membuatnya mati, dia tertipu oleh kalian semua. Termasuk Hacker itu!"

"Apa katamu!? Kau lah yang membunuhnya!"

Lantas, pria asing dengan perban di sekujur tubuhnya dengan sengaja menjatuhkan tas beserta ponsel milik Tris. Lalu menendangnya hingga ke terlempar ke sudut ruangan. Saat itu, Owen kehilangan kontak sepenuhnya, baik dari alat penyadap maupun ponselnya.

"Bukan! Semua ini salah suamimu! Suamimu lah yang seharusnya menanggung beban dan dosanya karena telah merenggut nyawa anaknya sendiri!"

Pria itu berteriak dan semakin kuat mencengkram lengan Tris. Emosi yang diluapkan, bahkan Tris tahu bahwa itu bukan dibuat-buat. Tapi siapa? Siapa pelaku sebenarnya?

"Tris!"

Hingga detik-detik kejadian tragis itu kembali terjadi. Usai perkelahian di antara mereka. Pria itu melempar sesuatu benda, dan karaoke pun meledak hingga tercerai berai.

Membuat semua pengunjung berteriak histeris dan berlarian keluar.