Chereads / Re Time / Chapter 14 - Kebahagiaan yang Tertunda

Chapter 14 - Kebahagiaan yang Tertunda

Bagian bawah mall, wahana permainan. Tempat karaoke yang hanya sebatas kotak kecil, meledak hancur hingga berkeping-keping.

Pemadam kebakaran, polisi lalu ambulan datang secara bergantian. Semua itu, Owen yang memanggilnya. Namun ini terjadi tiba-tiba.

Usai memadamkan api yang kian membara di bawah sana, perawat datang dengan polisi, mereka menemukan seseorang yang terluka.

Sesaat sebelumnya, salah satu petugas polisi memergoki seorang pria berhoddie yang terlihat melukai wanita itu.

Yang tidak lain adalah Tris, pergelangan tangannya tersayat, darah keluar secara perlahan. Dalam kondisi tidak sadar, beruntung dirinya masih bernapas.

"Dia bersandar pada tangga darurat. Sedikit jauh dari titik ledakan. Segera bawa dan amankan, dan aku akan mengejarnya."

Semua dibagi rata perintah. Alasan mereka bertindak begitu tegas adalah karena Owen mengubungi polisi dengan keluhan adanya teroris. Lalu, seseorang akan terluka.

"Aneh, siapa yang tadi melapor?"

"Entahlah. Tapi ini benar-benar ledakan yang di sengaja oleh pelaku. Bahkan si pelapor menghungi damkar tepat waktu. Ini pasti kebetulan."

Tentu saja sedikit aneh, bagaimana dia bisa tahu hal itu akan terjadi? Mungkin, mereka akan berpikir sebelumnya mereka mendapatkan ancaman?

"Hei, ini sama seperti sebelumnya. Apakah yang melapor teman kalian sendiri?" tanya salah satu petugas damkar pada polisi.

"Teman? Jangan bilang ini kasus yang sama. Ledakan berantai?"

"Maaf! Tris! Adakah seorang wanita di dalam? Yang terluka? Hei! Permisi!"

Dari kejauhan, Owen berusaha untuk memanggil para polisi atau siapapun di sana yang di dalam.

"Ada apa?"

"Istri saya ada di dalam, pak!"

"Apakah kau yang melaporkan kejadian ini. Sebutkan nama, usia dan pekerjaanmu sekarang."

"Istri saya!"

"Tidak apa. Istrimu sudah aman bersama dengan mereka," katanya seraya menunjuk ambulan.

Ketika Owen hendak pergi untuk menghampiri Tris, polisi itu menahannya untuk sementara.

"Sebutkan."

"Baik. Owen Geraldo, usia saya 45 tahun. Pekerjaan saya hanya sebagai pegawai kantor."

"Oh, aku pikir kau salah seorang polisi di wilayah dekat sini. Tapi ternyata bukan. Lalu? Apakah alasanmu melapor?"

"Pak, ini bukan ledakan yang terjadi secara tidak sengaja, bukan? Tempo hari, ada seseorang yang menelpon dan dia meminta untuk bertemu dengan Istriku."

"Tapi bagaimana kau tahu kalau itu akan terjadi ledakan? Bahkan kau tahu bahwa Istrimu pasti terluka."

"Tolong jangan bilang yang tidak-tidak, pak. Saya sudah sebutkan nama, usia lalu pekerjaan kan? Karena itu saya ingin segera pergi ke sana."

"Tidak. Aku perlu menginterogasi dirimu, pak. Siapa yang tahu kalau kau adalah pelaku dibalik ini semua," kata Polisi yang asal menuduh Owen begitu saja.

"Pastikan Istri saya aman. Maka saya akan turuti semua perkataan anda," ucap Owen dengan wajah serius.

"Oh? Baiklah."

Tidak lama setelah itu, salah satu petugas pun memastikan keadaan Istri Owen. Di perjalanan menuju rumah sakit, Tris dipastikan sudah aman jika sudah ditangani oleh perawat. Hanya menunggu kapan Tris akan pulih.

"Ada pria mencurigakan yang sebelumnya mendekati Istrimu. Apakah itu temanmu?"

"Aku rasa, tidak ada orang lain yang tahu soal ini."

"Kalau begitu, dia mungkin adalah pelaku yang meledakkan salah satu tempat di bagian bahwa mall. Lalu, apa alasanmu mengubungi kami?"

"Tentu saja, itu karena telepon dari orang asing yang meminta Istri saya untuk bertemu dengannya. Karena itu saya curiga."

"Kenapa sebelum pertemuan ini, kau tidak menghubungi kami?"

"Ah, itu."

"Sudah kuduga kau pasti pelakunya."

"Pak, tolong jangan buat orang ini ketakutan. Dia yang melapornya dan bagaimana mungkin dia yang melakukan hal ini semua? Ini pasti karena firasat suami terhadap Istrinya." Bawahan mereka berbicara.

"Hah, firasat katanya. Yang terpenting, ini kejadian yang sama. Kasus yang sama seperti kemarin. Dan kau, Pak Owen?"

"Ya?"

"Satu pertanyaan lagi, maka kau akan bebas. Apa kau pernah melihat orang mencurigakan yang akhir-akhir ini menguntitmu?"

"Tidak. Sama sekali tidak. Saya mengulang waktu dan eh, maksud saya adalah saya tidak terlalu mengingat kejadian kemarin lusa."

"Oh, kalau begitu kau mengingat semuanya pada hari kemarin?"

"Ya, tentu saja. Seseorang menelepon telepon rumah kami. Kalau tidak salah pada pukul 9 pagi lalu 10 malam. Dia selalu mengatakan 'Ayo kita bertemu' selalu saja begitu, setelah Istri saya menanggapi dan berkata 'Baiklah' dia baru mengatakan tempat dan waktu pertemuannya. Saya tidak berkata apa-apa lagi selain ini. Saya benar-benar tidak tahu."

"Berita tentang ledakan berantai yang polisi selalu menjadi targetnya. Aku yakin ini sudah tersebar luas, dan adakah salah satu anggota keluargamu yang menjadi polisi saat ini?"

"Bapak tadi sendiri bilang bahwa hanya satu pertanyaan. Kenapa menjadi banyak? Saya jadi pusing nih," keluh Owen

"Hei! Sudah jawab saja!" teriak polisi itu, suaranya yang tegas dan galak. Membuat Owen terdiam sesaat.

"Memang ada,"–Owen sedikit menundukkan kepalanya namun lirikannya tetap pada Inspektur polisi–"tapi 3 bulan yang lalu dia sudah meninggal."

Sontak, Ia terkejut. Terlihat Ia berkeringat dingin sejak mendengar kalimat terakhir Owen sebelumnya. Bahkan tidak hanya Inspektur seorang, bawahan yang mendengarnya pun juga terkejut

"Tidak kusangka. Hanya dengan bersikap polos dan menyebutkan 3 bulan yang lalu saja aku berhasil memancing mereka. Tapi dengan ini aku yakin, bahwa kasus itu terjadi karena ulah polisi sendiri," pikir Owen dalam benaknya.

Inspektur Polisi, yang bertanggung jawab akan kasus baru-baru ini di wilayahnya. Dia pun menenangkan Owen dengan menepukkan pundaknya.

Sambil berkata, "Maaf membuatmu teringat akan hal buruk itu, Pak Owen. Lalu terimakasih atas kerja samanya."

"Eh? Tapi bagaimana dengan pria yang sebelumnya mendekati Tris?"

"Maafkan kami. Dia lolos dari pandangan kami. Dia hilang tepat di depan mataku. Tapi aku sudah tahu kalau dia adalah pria dengan tinggi badan yang standar. Yah, hanya dengan ini pun masih sulit untuk diidentifikasi. Lain kali jika kau mendapatkan sesuatu, jangan lupa laporkan pada kami ya."

"Baik, pak. Terimakasih."

"Dan satu hal lain. Lain kali jangan bertindak seenaknya sendiri. Kau mengerti Pak Owen?"

"Baik. Saya tidak akan mengulanginya."

"Maaf sebelumnya. Bisakah kau sebutkan nama anggota keluargamu yang sudah tidak ada itu? Pak Owen?"

"Argh!! Sakit! Jantung saya kumat lagi. Uh,"

Owen merasa tak masalah jika dibanjiri pertanyaan namun berbeda lagi kalau tentang keluarganya ataupun dirinya sendiri secara detail.

"Pak! Hei, kau! Cepat panggil ambulan kemari!"

"Siap, pak!"

Hal yang Ia lakukan saat ini adalah demi menghindari pertanyaan lebih, meski pada akhirnya Owen akan ketahuan jika dirinya berbohong. Itupun kalau mereka para aparat menyelidiki.

Hal ini bergantung apakah Ia akan mengulangi waktu atau tidak. Tetapi, anggota keluarganya yakni Tris sudah selamat. Entah bagaimana dengan yang di rumah.

***

Mia, satu-satunya anak mereka yang masih berada di rumah tetangga. Tidak lama setelah bermain namun dengan hati setengah-setengah, Ia pun memutuskan untuk kembali ke rumah.

"Ini membosankan."

Mia hanya menatap depan rumahnya dengan penuh kecemasan setiap waktu. Dan tanpa disadari, seseorang diam-diam mendekat dari belakangnya.