Chereads / Re Time / Chapter 9 - Tris Istri Tercinta

Chapter 9 - Tris Istri Tercinta

"Tris, apakah ada seseorang yang memiliki dendam terhadapmu? Apakah kau bosan denganku? Ataukah kau selingkuh di belakangku? Atau mungkin ada orang yang sedang mengancam dirimu akhir-akhir ini?"

Tiba-tiba, Owen berkata hal itu pada Istrinya sendiri. Kecurigaan dan hal-hal lainnya yang berujung negatif. Tris pasti marah saat ini juga.

"Kenapa kau bertanya begitu?"

Pukul 09.45 Tris sedang membaca buku namun terhenti karena beberapa pertanyaan dari Owen padanya.

"Jawablah saja."

"Aku rasa banyak orang yang membenciku karena mereka pikir aku ini lacur untukmu."

Sesaat, mereka berdua terdiam. Keheningan yang terasa kuat, sekaligus ketegangan. Tidak adanya Mia mungkin itu hal baik tapi keadaan rumah justru rasanya semakin buruk.

"Lacur?"

"Ya."

"Siapa yang bilang begitu padamu?"

"Teman kita dulu saat masih bersekolah. Dia berkata bahwa aku telah merebut pacarnya, padahal jelas saja bahwa aku sudah menjadi Istri sah mu."

"Oh, rupanya begitu. Aku yakin itu dia. Lalu? Apakah dia memiliki siasat tertentu padamu?"

"Maksudmu apa?"

"Tentu saja maksudku adalah, orang itu akan berencana melakukan sesuatu padamu atau tidak?"

"Tidak. Dia bukan orang yang akan berani melangkahkan kaki ke tempat yang tidak bisa Ia datangi. Kenapa?"

"Tidak. Tidak apa-apa. Aku hanya sekedar bertanya saja. Misal dia datang dan mengatakan sesuatu yang buruk padamu bahkan sampai mengancam. Beritahu aku secepatnya," ucap Owen sembari melirik Istrinya.

"Selain itu. Kenapa kau menuduhku selingkuh?"

"Tidak, tolong abaikan perkataanku sebelumnya. Aku pun percaya dengan Istriku sendiri. Mana mungkin kau akan selingkuh," kata Owen

"Kalaupun aku selingkuh. Kau akan melakukan apa terhadapku?"

"Tahun ini banyak kasus ledakan berantai secara acak. Tidak, beritanya, target mereka adalah anggota kepolisian. Aku khawatir jika salah satu dari mereka ada dekat di antara kita dan menargetkan kita karena Eka adalah polisi." Owen mengubah topik pembicaraan.

"Kau bukanlah polisi. Lalu untuk apa mengurusi hal yang tidak berhubungan denganmu?"

"Kasus 3 bulan lalu."

Tris terkejut hingga menjatuhkan bukunya. Ia berdiri dari kursi, menghampiri Owen yang telah mengungkit masa lalu.

"Aku pikir kau sudah melupakannya. Ada apa tiba-tiba?"

"Duduklah jika ingin bicara. Tak semua orang dapat bertahan dari kasus itu. Benar?"

"3 bulan lalu, putramu gugur saat bertugas. Memang benar, harusnya itu hanya sebatas mengonsumsi obat-obatan terlarang tapi berujung ledakan dan menewaskan anggota polisi. Dan kau tidak ada di rumah saat itu. Sekarang, apakah ini waktunya kau bisa bicara ke mana perginya dirimu saat itu?"

Setelah duduk, Tris bertanya dengan wajah serius. Bahkan hingga keningnya berkerut.

"Aku ada di dekat mereka."

"Untuk apa? Kau hanyalah pegawai kantor. Itu bukan urusanmu."

"Aku hanya khawatir pada anakku. Tapi sebelumnya aku minta maaf. Meskipun kita tidak dicurigai, tapi kau justru mencurigaiku karena berhubungan dengan Eka. Sebagai seorang Ibu, aku tahu kau sangat khawatir sama sepertiku. Tapi berhak apa kau mencurigaiku dan tanpa bukti?"

Owen membalas tatapannya.

"Setelah itu terjadi. Kau pulang dengan tubuhmu yang penuh dengan abu. Pakaianmu robek di bagian tertentu, dengan wajah murung. Pulang tanpa mengatakan salam atau apapun itu. Tidak seperti biasanya."

"Hanya itu?"

"Tidak. Ada satu hal lagi. Kau pernah mengatakan sesuatu sebelum polisi mengabari kita. 'Anggota kepolisian yang berada di bawah pengawasan Inspektur Bahrim. Eka Geraldo telah tiada. Mohon sisipkan data ini pada berkas yang sama. Aku yakin, teroris yang melakukannya.' Apakah kau ingat?"

Owen mengalihkan pandangannya, lantaran sebelumnya Ia benar-benar tidak ingat apapun. Namun setelah Tris yang mengatakan, Owen baru mengingatnya.

"Apa kau ingin berdalih? Sejak saat itu, kau tidak pernah berbicara padaku. Kau hanya bekerja dan bekerja saja. Tapi minggu ini, kau sedikit berbeda apalagi hari ini. Wajahmu terlihat hidup kembali."

"Aku pikir itu karena kasusnya akan ditutup sebentar lagi. Mengingat kalau ketiga pelaku itu yang menyangkal perbuatannya."

"Dari mana kau tahu ... Oh, apakah kau tahu itu dari kenalanmu?" tanya Tris curiga.

Owen berdiri, Ia mungkin akan pergi setelah ini. Lalu, Tris pun berdiri dan sekali lagi menghadapinya.

"Kenapa kau selalu ikut campur yang bukan urusanmu? Aku sungguh senang karena kau telah kembali, meskipun sebelumnya kau pun sudah lepas dari pekerjaan seorang programmer. Dan hanya pekerja biasa, aku tidak ingin ...,"

"Tris, kau adalah Istriku yang baik dan juga cantik. Tidak hanya pandai memasak, memomong anak bahkan kau selalu peduli dan memperhatikan keluargamu. Persis seperti Eka. Dan ada banyak hal yang ingin kuceritakan tapi tidak bisa."

Owen, sebagai kepala keluarga Ia mengerti akan kekhawatiran Istrinya karena perilaku Owen sendiri.

"Aku mungkin telah mengigau."

Dibalik perkataannya, Owen masih bimbang apakah tak apa jika Ia mengatakan sebenarnya. Yang terjadi pada saat ini juga.

"Kau tahu lebih dulu kalau Eka meninggal. Karena itu aku tahu kau berada di sana saat ledakan itu terjadi. Tetapi setidaknya aku bersyukur karena kau masih hidup saat ini. Jadi tolonglah, jangan pergi mengurusi hal yang bukan menjadi urusanmu."

Tris menitihkan air mata, menangis tanpa suara. Ia menutup wajahnya, duduk berjongkok dan berharap Owen tak melihat wajah buruknya.

"Tanggal 23. Pukul 1 lewat 5 menit dini hari. 0xxxxxxxx. Ledakan berantai. Kasus 3 bulan lalu. Seseorang yang dekat dengan kita mengincar keluarga kecilku. Tidak akan kubiarkan kejadian hari ini menjadi permanen."

Setelah mengatakan hal barusan, Owen pergi keluar rumah tanpa sedikitpun melirik ke arah Tris. Tris pun tahu kalau langkah kaki Owen menuju ke arah pintu, menandakan Ia akan pergi. Firasat yang Tris rasakan saat inilah, yang membuat Tris mengatakan pada Owen untuk tidak pergi.

"Aku pergi tidak lama setelah itu. Tapi ledakan itu terjadi seolah Ia berada di sana sejak awal. Jika dihitung mungkin sekitar 5-10 menit. Pelaku itu mungkin itu tinggal di dekat sini."

Dari perjalanan waktu, tentu Owen akan tahu cepat atau lambat tentang kejadian itu terjadi. Walaupun masih belum tahu, kenapa dia mengingat keluarga Owen.

Ada secarik kertas yang ditinggalkan oleh Owen untuknya. Tris menghapus air matanya lalu membaca isi kertas itu dengan cermat.

"Aku telah mengalami pengulangan waktu. Kalimat yang terakhir aku ucapkan padamu adalah buktinya. Tetapi, sebelum itu terjadi, mungkin akan ada telepon dari nomor yang telah kusebutkan. Dan pastikan jangan mengangkatnya sebelum aku pulang. Begitulah yang dia katakan padaku? Tapi kenapa kasus 3 bulan lalu? Lalu pengulangan waktu? Di tanggal 23 ini. Ini masih tidak masuk akal."

Tentu saja Tris akan menanggapinya begitu.

Di balik kertasnya juga terdapat tulisan yang mengatakan.

'Maaf telah membuatmu menangis. Bahkan aku tidak bisa menghiburmu karena takut kau akan mengamuk.'

"Padahal aku ingin dipeluk. Sikapnya ternyata masih dingin," ucap Tris yang kecewa.