Maaf klo msh ada typo and happy reading
Allana POV
Kriiingg...!!!
Bunyi bel tanda pelajaran usai. Aku menghela nafas lega. Hari ini sungguh sangat melelahkan.
"Kamu akan kemana sepulang sekolah ini Allana?" tanya Erica sahabatku.
"Aku tidak tahu. Bagaimana kita ke kota dan ke toko buku di persimpangan?" saranku.
"Toko buku tuan Bultner?" tanya Erica memastikan. Aku mengangguk bersemangat. Aku sangat menyukai buku. Aku selalu meluangkan waktuku ke toko buku itu saat aku ke kota. Aku tinggal di kota kecil bernama Riverville. Kota ini di keliling oleh sungai dan hutan yang luas.
"Jadi.. Apa kau setuju?" tanyaku memastikan. Aku berdiri dari tempat dudukku, memakai ranselku dan berjalan beriringan dengan Erica.
"Tapi bukankah kamu sering ke sana? Bagaimana dengan toko burger yang baru? Aku dengar burger dan kentang disana sangat lezat, berbeda dari tempat lain."
"Uhmm.. Baiklah, tapi setelah itu kita ke toko buku, oke? Please... Ada yang ingin aku beli."
"Aahh baiklah, baiklah. Kamu dan bukumu itu. Susah sekali di pisahkan." omel Erica. Dia menggelengkan kepalanya. Aku memeluk Erica senang.
"Kamu memang teman yang terbaik!!" pekikku.
"Hai." seseorang memeluk kami berdua dari belakang. Dia Hope, sahabatku satu lagi. Di pelajaran terakhir kami berbeda kelas.
"Hai Hope." sapaku. "Kamu mau ikut kami?"
"Kalian akan kemana?"
"Ke kota." jawabku dan Erica bersamaan.
"Benarkah?!" pekik Hope girang. "Ke tempat burger baru itu?!"
"Lihatlah All, bahkan Hope saja ingin ke tempat burger baru itu, kamu malah ingin ke toko buku."
"Ke toko buku? Lagi?? Ahh All apa kamu tidak bosan?"
"Tentu tidak." jawabku santai. Kulihat Erica dan Hope hanya bisa menggelengkan kepala mereka.
Aku nerd? Tidak. Kutu buku? Yaa! Itu aku. Aku menyukai buku sedari kecil, tapi aku tidak berpenampilan seperti kutu buku. Penampilanku seperti remaja normal lainnya. Seperti hari ini, aku mengenakan jeans biru tuaku dengan baju putih polos di tutupi cardigan biru tua. Rambutku coklat terang dan panjang. Aku beriris mata hazel lembut. Ahh ya, umurku tujuh belas tahun. Aku baru berulang tahun minggu lalu. Tahun ini keluargaku merayakan ulang tahunku lengkap. Biasa kakak laki-lakiku, Derek, tidak pernah ada. Tapi dia selalu mengirimkan hadiah untukku setiap tahun. Derek berkerja di luar kota. Dan kakak perempuanku, Alice. Dia kulia di kota New York. Dia jarang pulang. Tapi minggu lalu saat aku berulang tahun, Derek dan Alice ada di rumah dan ikut merayakannya. Aku tidak terlalu dekat dengan Alice semenjak dia sibuk kuliah.
Mobil Erica melaju kencang menuju kota. Kami bertiga bernyanyi seperti sedang melakukan kontes bernyanyi. Hope paling senang melakukan itu. Dia akan bernyanyi paling keras dari kami. Meskipun suaranya lumayan bagus, tapi tetap saja memekakkan telinga, huft.
Kami bertiga menuju rumah makan baru di kota. Disana di sajikan beberapa burger yang lezat. Aku mencobanya dan wow, pantas saja banyak orang menyukai tempat ini bahkan selalu ramai. Kami saja harus mengantri sekitar tiga puluh menit baru bisa masuk.
Kami pergi ke toko buku langgananku, toko buku milik tuan Bultner. Tuan Bultner bertampang seram dan galak tapi sebenarnya dia sangat baik dan ramah. Berkali-kali aku di di beri diskon saat membeli buku. Tapi dia selalu berkata aneh padaku setiap aku membeli buku disana. Dia selalu berkata, "Kamu akan menjadi warrior yang hebat."
Itu katanya. Aku bingung setiap kali dia mengatakan itu. Warrior? Warrior apa? Aneh sekali.
Aku keluar dari toko buku. Erica dan Hope sudah berada di mobil. Aku masuk ke dalam mobil.
"Jadi... Apa tuan Bultner mengatakan hal yang sama padamu?" tanya Hope.
"Yup, dia mengatakannya." jawabku.
"Sebenarnya ada apa dengan dia? Warrior apa? Memangnya akan ada perang? Apa jangan-jangan di terkena dimensia atau..."
"Husshh jangan sembarangan." tegurku. "Tidak baik berprasangka buruk seperti itu Hope."
"Well baiklah, baiklah. Aku salah. Tapi dia memang aneh." kata Hope.
"Aku setuju dengan Hope. Dia memang aneh." gumam Erica. Kami masih di dalam mobil Erica yang masih terpakir di pinggir jalan.
"Ahh apa kalian sudah mendengar kabar baru?" kata Hope. Hope paling cepat mendapatkan kabar berita terbaru. Ayahnya adalah seorang sherif di kota. Bahkan kakak tertuanya Nathan, seorang deputy.
"Kabar apa?"
"Aku mendengar ayahku berkata pada Nathan, mereka menemukan beberapa mayat di hutan."
"Ma-mayat? Di hutan? Hutan dekat rumah kita?" tanya Erica. Wajah Erica terlihat terkejut, begitu pula denganku.
"Iya! Ada lima mayat yang di temukan. Wahh luar biasa!"
"Mengerikan sekali." gumamku.
"Tubuh mereka terkoyak dan ada yang lehernya hampir putus."
"Apa?!" pekikku dan Erica bersamaan.
"Apa kamu serius?" tanya Erica tidak percaya.
"Apa aku pernah berbohong soal pembunuhan?" tanya Hope yang kurasa sedikit kesal. Aku dan Erica menggeleng. "Aku tidak sedang bercanda. Dan aku dengar lagi, semua karena binatang buas."
"Aku tidak tahu dihutan kita ada binatang buas." gumama Erica.
"Aku juga tidak tahu." tambahku. Ya, hutan di kotaku tidak pernah terlihat adanya binatang buas selama bertahun-tahun lamanya.
"Mungkin mereka berimigrasi?" tebak Hope.
"Ke hutan kita?" tanyaku. Hope menganggukkan kepalanya. "Apa itu mungkin? Maksudku, hutan kita sering di masuki manusia."
"Aku tidak tahu, mungkin saja." jawab Hope. "Tapi benar-benar mengerikan."
Tok tok tok
Suara ketukan di kaca pintu mobil mengagetkan kami bertiga. Kami memekik keras karena terkejut. Kami menoleh ke jendela dan sudah ada tuan Bultner disana. Aku menurunkan kaca mobilnya.
"Ya, tuan?" tanyaku.
"Ini, bukumu tertinggal di toko." sahut tuan Bultner sambil menyerahkan bingkisan berisikan buku yang kubeli. Aku menerima bingkisan itu.
"Terima kasih tuan Bultner. Maaf merepotkan." sahutku.
"Tidak apa-apa warrior, aku senang membantu." sahut tuan Bultner lalu berlalu.
"Dia masih saja memanggilmu dengan sebutan warrior." kata Erica.
"Biar saja. Ayo kita pulang. Sudah sore." sahutku. Erica mulai menjalankan mobilnya pulang.
Tak berapa lama kami sampai di dekat rumahku.
"Tidak usah di antar sampai rumah. Sampai ujung jalan saja." kataku.
"Apa kamu yakin?" tanya Erica.
"Tentu. Hanya tinggal berjalan sedikit."
"Baiklah."
Erica menghentikan mobilnya di ujung jalan menuju rumahku. Aku melambaikan tanganku pada Erica dan Hope saat aku sudah turun dari mobil. Rumahku agak masuk ke dalam. Jalanan masuknya tidak lebar jadi agak sedikit merepotkan jika mobil Erica masuk. Lagi pula aku tidak ingin merepotkan temanku. Aku berjalan menuju rumah. Sesekali menghela nafas panjang. Hari-hari melelahkan. Tiba-tiba aku teringat perkataan Hope tentang ditemukannya beberapa mayat di hutan. Aku bergidik ngeri.
Aku memutar knop pintu dan masuk ke dalam rumah
"Bu, aku pulang." sahutku saat sudah berada di dalam rumah. Tidak ada sahutan.
Biasa ibuku selalu menyambutku tapi kali ini tidak ada siapapun. Aku mencari keseluruh rumah, tapi tidak menemukan siapapun. Tidak ada orang di rumah tapi pintu rumah tidak terkunci. Ini aneh.
Aku terus saja menemukan hal aneh pada keluargaku. Kakakku Derek, cuti bekerja. Sudah beberapa hari dia ada dirumah. Itu aneh bagiku karena jika dia mengambil cuti dia selalu liburan bersama teman atau kekasihnya. Tapi kali ini dia dirumah saja sepanjang hari liburnya. Kakak perempuanku Alice juga begitu. Dia seharusnya kuliah di new york tapi entah kenapa dia disini. Aku bertanya apa dia sedang libur kuliah, Alice selalu berkata dia hanya ingin pulang dan berkumpul bersama. Seorang Alice yang tidak terlalu dekat dengan keluarga tiba-tiba ingin kumpul bersama? Aneh.
Ayah, ibu dan kedua kakakku selalu berbicara setelah aku tidur. Pernah aku terbangun di tengah malam untuk mengambil air minum dan aku melihat mereka berbicara begitu serius di ruang keluarga. Saat mereka melihatku mereka terdiam. Mereka menghentikan pembicaraan mereka. Aneh kan? Aku yakin ada sesuatu yang mereka sembunyikan dariku.
Aku minum segelas air didapur sambil menatap halaman belakang rumah. Dibelakang rumah ada halaman yang cukup luas. Dulu aku sering bermain di sana sewaktu kecil. Tiba-tiba ada sesuatu yang menyita perhatianku. Aku menyipitkan kedua mataku. Sesuatu berwarna merah tua ada di tanah. Aku segera mendatanginya. Sebuah syal. Itu adalah syal favorit ibuku. Kenapa ada disini? Di belakang rumahku adalah hutan. Aku agak takut untuk masuk ke hutan itu. Bukan karena cerita Hope yang membuatku takut tapi entah kenapa hutan itu yang membuatku takut. Aku melihat sesuatu lagi tak jauh dari aku berdiri. Aku mendatanginya. Sebuah kemeja berwarna biru muda. Kemeja Derek? Aku mencium bau parfumnya dan benar, itu adalah kemeja Derek. Aku mengenali parfum itu dan aku sempat melihat Derek mengenakan kemeja ini tadi pagi. Syal ibu dan kemeja Derek? Ini semakin aneh. Aku memutuskan untuk masuk ke dalam hutan. Karena kedua barang tadi mengarahkanku ke hutan. Aku masuk lebih dalam dan menemukan sepasang sepatu yang aku yakini sebagai sepatu Derek. Sepatu kulit berwarna coklat dan mahal. Sepatu favorit Derek. Aku semakin bingung.
Tiba-tiba aku mendengar suara. Dari kejauhan aku melihat Derek disana. Dia berlari menyusuri hutan dengan bertelanjang dada. Aku memutuskan untuk mengikuti Derek. Aku penasaran ada apa sebenarnya. Aku berhati-hati agar tidak ketahuan tapi mencoba untuk cepat agar tidak kehilangan jejak Derek. Derek tiba-tiba berhenti. Dia tampak menatap sesuatu. Aku tidak bisa melihat apa yang di tatapnya. Aku berjalan mendekat untuk mencari tahu. Tapi tak lama aku melihat sesuatu yang tidak bisa aku percayai. Derek berubah menjadi... serigala? Serigala yang cukup, tidak, tidak, sangat besar. Astaga ini gila!! Derek adalah serigala itu, serigala itu adalah Derek? Jika Derek berubah menjadi serigala berarti dia adalah... Manusia serigala?! Aku sangat syok. Aku kira manusia serigala hanya mitos, tapi aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Manusia berubah menjadi serigala dan parahnya manusia itu adalah kakakku sendiri!
Aku berjalan mundur perlahan menjauhi Derek tapi tiba-tiba aku mendengar geraman di belakangku. Aku menoleh dan sudah ada dua serigala besar, sama besarnya dengan serigala Derek. Aku terdiam, tidak bisa bergerak. Kakiku lemas membuatku terjatuh di tanah. Aku teringat perkataan temanku tentang mayat yang ditemukan di hutan karena binatang buas. Jika binatang buas itu adalah serigala besar ini, Aku pasti akan mati sekarang. Aku menutup mataku. Aku bersiap jika mereka akan melukaiku atau bahkan memakanku.
"Allana..." seseorang memanggil namaku. Aku masih belum membuka mataku.
"Allana.." panggilnya lagi. Aku mengenali suara itu. Suara itu sangat familiar. Aku membuka mataku dan terkejut.
"I-ibu?" kataku. Aku melihat ayahku, Derek dan Alice berdiri di dekatku.
"Allana.. Sayang..."
"Ibu, ada apa ini? A-Allana melihat serigala tadi bu, serigala yang besar!! Dan Derek..." aku menunjuk Derek. "Dia berubah menjadi serigala bu!!"
"Ibu tahu sayang, maafkan ibu."
"Maaf kenapa bu?"
"Karena ibu tidak memberitahukan hal ini padamu, tapi sudah waktunya kamu mengetahuinya."
"A-apa maksud ibu? Hal apa?" tanyaku bingung. Ayah maju dan menatapku lekat.
"Bahwa keluarga kita mempunyai rahasia besar." kata ayahku lembut.
"Ra-rahasia be-besar?"
"Rahasia yang sudah kami simpan sejak lama dan sekarang, saatnya kamu mengetahuinya juga Allana." kata ayahku dengan nada yang masih sama. Aku hanya diam menatap ayahku.
"Allana... keluarga kita adalah keluarga manusia serigala, kamu adalah seorang manusia serigala." kata ayahku lagi. Kali ini membuatku sangat terkejut.
"Tap-tapi.. Itu tidak mungkin. Itu hanya mitos!! Manusia serigala tidak nyata!!" pekikku.
"Tidak sayang. Manusia serigala bukanlah mitos, mereka nyata. Seperti keluarga kita. Kita adalah manusia serigala. Begitu juga kamu."
"Tap-tapi..." aku begitu pucat dan bingung.
"Tenang saja adikku, aku akan mengajarimu." kata Derek dengan seringai khasnya.
Aku? Manusia serigala? Oh tuhan ini benar-benar gila.
****
Tadariez