Chereads / Warrior (shewolf) / Chapter 6 - Chapter 5 : Mom?! Hell no!

Chapter 6 - Chapter 5 : Mom?! Hell no!

Maaf klo masih ada typo berterbangan...

Happy reading...

"Ke-kenapa.. kalian.. diam saja?"

"Bagaimana ini? Dia telah melihat semuanya!!" Jenny terlihat panik.

"Kita bunuh saja."

"Kau gila Joe! Kita di larang untuk membunuh manusia."

"Tapi dia telah melihat siapa sebenarnya kita! Dia akan mengadukan kita pada manusia lain!"

"Aku tak masalah soal itu." Ardhan mulai berbicara. "Aku sudah muak harus terus bersembunyi dari para manusia itu. Kita lebih kuat dari mereka, kenapa kita yang harus bersembunyi? Kita bisa membunuh mereka semua jika kita mau."

"Kau sudah gila."

"Lalu bagaimana ini? Derek! Apa kamu punya ide?"

Derek merubah dirinya lalu berjalan mendekati Hope yang bergerak sedikit untuk menjauhi Derek.

"Maafkan aku Hope."

BUKK!!

Derek memukul kepala Hope, membuat Hope pingsan.

"Astaga Derek, kau sudah gila!" pekik Alice.

"Aku kira beta satu ini menjunjung tinggi peraturan manusia biasa dan supranatural, tapi lihatlah dia, memukul manusia itu seenaknya." Joe ikut berkomentar. Bahkan Allana yang masih berwujud serigala menggeram marah pada Derek.

"Maaf.. Ini harus aku lakukan. Alice, bawa dia ke klinik untuk di obati."

"Jika kamu ingin dia di obati, kenapa kamu memukulnya?"

"Sudahlah bawa saja. Bawa dia ke klinik pack kita."

"Tapi dia manusia."

"Aku tahu. Bilang pada dokter Smith aku yang menyuruhnya untuk merawat gadis itu. Dia akan merawatnya di tempat khusus."

"Baiklah. Ayo angkat dia."

"Kalian semua pergilah. Biar aku yang akan mengurus Allana."

Satu persatu mulai pergi dari hutan itu. Kini hanya tinggal Allana dan Derek.

"Temanmu akan baik-baik saja. Dia akan dirawat oleh dokter yang profesional, kamu jangan khawatir. Lalu sekarang, apa kamu bisa berubah kembali?"

'Aku tidak yakin'

Allana menundukkan kepalanya. Derek tidak bisa mendengar suara Allana saat dia berwujud manusia tapi dia tahu dari ekspresi Allana.

"Ayo kita belajar untuk merubah dirimu lagi menjadi manusia kembali." Derek menatap Allana dalam diam. "apa benar kamu warrior itu adikku? Warrior yang di ramalkan itu, yang bahkan membuat ibu ketakutan.'

"Ggrrr..."

Suara geraman Allana menyadarkan lamunan Derek.

"Aahh maaf.. Baik, ayo kita lakukan. Pertama, tenangkan dirimu. Tarik nafasmu perlahan, buat dirimu setenang mungkin. Lalu perintahkan tubuhmu untuk berubah menjadi manusia. Allana, tubuhmu adalah milikmu, hanya kamu yang bisa menguasai tubuhmu."

Allana mencoba melakukan semua yang di katakan Derek. Tapi Allana terus menemukan kesulitan.

"Ayo Allana, kamu pasti bisa."

Allana menutup matanya, menghirup udara yang masih terasa segar, menenangkan dirinya. Kata-kata Derek terus mengiang di telinganya, "perintahkan tubuhmu untuk berubah, kau yang mmenguasai tubuhmu, bukan sebaliknya".

Allana mencoba memerintahkan tubuhnya berubah. Secara perlahan dan pasti, tubuhnya mulai kembali ke wujud manusia. Allana membuka matanya dan menatap Derek yang tersenyum.

"Wah wah... Lihatlah yang sudah bisa berubah menjadi serigala. Ini.. Kenakan pakaian ini."

Derek menyerahkan pakaian pada Allana. Allana yang tersadar dia tidak mengenakan pakaian apapun lalu segera berlari ke balik pohon dan mengenakan pakaian itu.

"Bagaimana dengan Hope?" tanya Allana yang masih berada di balik pohon.

"Dia akan baik-baik saja, kurasa. Dia akan ditangani dengan baik."

"Aku ingin mengunjunginya."

"Nanti saja Allana. Kamu bisa mengunjunginya nanti."

"Tapi pasti dia terkejut dengan apa yang terjadi."

"Tentu dan kurasa dia akan syok selama beberapa hari."

"Benarkah? Gawat..."

"Tenanglah... Semua akan baik-baik saja."

"Bagaimana kakak bisa berkata seperti itu. Dia akan syok dan trauma."

Allana keluar dari balik pohon.

"Baju itu cocok untukmu."

"Baju siapa ini?"

"Uhm... Alice?"

"Benarkah? Tidak seperti gaya Alice."

"Ahh sudahlah, tidak masalah itu baju siapa. Ayo kita pergi, kita bertemu ayah dan ibu."

"Tapi aku ingin bertemu dengan Hope."

"Itu bisa menunggu Allana, lagipula aku yakin mereka masih di perjalanan."

"Diperjalanan? Bukankah mereka sudah pergi sedari tadi? Lagi pula rumah sakit tidak jauh dari sini."

"Mereka tidak membawa mereka ke rumah sakit di kota ini. Mereka membawanya ke klinik pack."

"Pack?"

"Iya, pack. Packku, ayah, ibu dan Alice. Segera akan menjadi packmu juga."

"Seperti apa pack itu?"

"Aku jelaskan sambil berjalan. Ayolah."

Allana menurut dan berjalan beriringan menuju ke mobil Derek.

"Pack adalah tempat berkumpulnya para manusia serigala. Tapi mereka tidak hanya berkumpul, mereka juga tinggal di pack itu."

"Maksud kakak.. Seperti kota? Kota kita ini?"

"Ya seperti kota ini. Tapi sebuah pack memiliki wilayah yang berbeda-beda. Hanya ada tiga pack yang merupakan pack terbesar. Mereka bisa di katakan pack terbesar karena wilayah mereka yang sangat luas dan mereka memiliki pasukan yang sangat banyak."

"Sepertinya aku pernah baca di buku dan ahhh!! Film!! Uhm.. Uhm.. Twilight! Benar. Di film itu ada manusia serigala dan tak kukira ternyata serigalanya memang sebesar itu. Lalu.. Apa mereka sama seperti di film itu? Maksudku... Semuanya."

"Hahaha.... Akan kakak jelaskan pelan-pelan Allana. Sepertinya kamu mulai tertarik."

"Uhm.. Aku hanya..."

"Tidak apa-apa. Kita akan belajar perlahan agar kamu paham."

Derek membelai rambut Allana lembut. Mereka masih berjalan menuju mobil Derek berada. Dari kejauhan, tampak tiga orang sedang menatap mereka.

"Sudah pasti itu dia?"

"Sudah. Laporkan pada Luna."

"Baik gamma."

Salah satu mereka bertiga pergi.

"Jadi ramalan itu memang benar."

"Tentu saja Leysha. Tapi kita beruntung bisa bekerja sama dengan penyihir itu."

"Ya, aku rasa penyihir itu bukan penyihir biasa."

"Tentu saja. Lihatlah, penyihir itu benar. Warrior itu ada disini."

"Lalu apa yang akan kita lakukan selanjutnya Gyria?"

"Terus awasi sampai perintah Luna selanjutnya. Jangan sampai lepas. Seperti kata Luna, hanya warrior itu yang bisa bantu kita balas dendam dan mengembalikan pack kita."

Leysha mengangguk. Mereka berdua kembali menatap Allana dan Derek.

****

Pack moon Zykort

"Alpha...!! Alpha...!!"

Suara teriakkan panggilan dari satu orang yang bertubuh kurus dan agak pendek. Panggilan itu terdengar di seluruh rumah bahkan sampai ke tempat pelatihan para gamma dan warrior.

"Alphaa....!!!" pria itu berteriak lebih keras dari sebelumnya.

"Astaga George!! Hentikan teriakanmu! Kau membuatku gila dan menyakiti telingaku!" pekik seorang wanita paruh baya yang mulai kesal dengan teriakan George. George segera menghentikan langkah dan teriakkannya.

"Maaf nyonya." George menundukkan kepalanya.

"Cari dia dengan teliti tanpa bersuara, kamu mengerti? Jika kau berteriak lagi, akan aku potong alat kelaminmu, biar kamu tidak akan mendapatkan mate seumur hidupmu!" wanita bernama Agatha itu meninggikan suaranya sambil berkacak pinggang dan melotot marah pada George.

"Ba-baik nyo-nya.." sahut George tampak ketakutan lalu kembali mencari alpha mereka.

Dari kejauhan tampak satu orang menatap mereka dengan memegangi perut dan mulutnya, menahan tawanya agar tidak lepas dan membuatnya ketahuan. Ted berjalan menuju hutan di dekat rumah tadi sambil masih tertawa terbahak. Dia bersandar di batang pohon yang cukup besar dan rimbun. Dia bahkan kesulitan menghentikan tertawanya.

"Sepertinya kamu mulai gila." sahut seseorang dari atas pohon.

"Hahahaha... Benar-benar lucu. Seharusnya kamu lihat ekspresi wajah George tadi. Bwahahahahaha..." tawa Ted kembali pecah.

"Memangnya ada apa dengannya?"

"Haha.. Kau.. Tau.. Dia.. Bwahahhah..."

"Huft.. berhentilah tertawa! Kamu sudah seperi serigala gila."

Ted mencoba mengendalikan dirinya dan meredakan tawanya. Dia juga menghapus air matanya yang mengalir karena tertawa.

"Apa kamu tidak mendengar George memanggilmu?" tanya Ted dengan tawanya yang tinggal sedikit.

"Tentu saja aku mendengarnya, aku rasa satu kota mendengarnya."

"Lalu apa kau tau apa yang di katakan bibi Agatha pada George?"

"Uhm..entahlah.. Apa?"

"Dia.. Dia akan... Bwahahaha... Dia bilang akan memotong alat kelaminnya George jika dia tidak berhenti berteriak." tawa Ted kembali pecah.

"Astaga.. Semakin ekstrim saja bibi itu."

"Karena itu Renald, keluarlah dan temui bibimu. Jika tidak... Dia juga akan memotong alat kelaminmu."

"Sangat tidak lucu. Huft bibi itu, selalu saja mengancam."

"Tapi seru juga. Hanya saja sayang sekali kamu tidak melihat raut wajah George yang pucat.. Hahahah.. Lucu sekali." Ted memegangi perutnya.

"Berhentilah tertawa."

"Baiklah, baiklah... Aku berhenti." Ted mengusap air matanya yang keluar karena tertawa geli. "Turunlah, kita harus pergi memeriksa perbatasan. Bukankah itu idemu?"

"Iya, iya aku turun. Cerewet sekali."

"Kenapa kamu sangat suka sekali di atas sana?"

"Disini ini." Renald menepuk pohon yang dia duduki. "Adalah tempatku yang paling nyaman di dunia ini."

"Ahhh... Kalau begitu, menikah saja dengan pohon ini."

"Dengan senang hati."

"Dasar alpha gila."

Bukk!!

Renald mendarat sempurna di tanah.

"Baru kali ini ada beta yang sikapnya sangat kurang ajar pada alphanya sendiri."

"Ohh ayolah alpha, kita seumuran! Lagipula bukannya kamu sendiri yang minta aku panggil dengan sebutan nama kecuali di depan anggota pack?"

"Baiklah terserah kamu saja. Ayo kita patroli sebelum bibi menemukan kita."

Renald berubah menjadi serigala lalu segera berlari ke perbatasan. Ted juga berubah dan mengikuti Renald berlari ke perbatasan. Renald berlari sangat cepat. Dia sampai ke perbatasan juga sangat cepat. Luas dari pack Zykort tidak seluas pack Lykort hanya sebatas luas pack alpha Sebastian. Wilayah Zykort sering di masuki oleh Rogue karena mereka tidak hanya termasuk kota kecil disana tapi hawanya yang dingin dan wilayah yang nyaman sangat di sukai oleh sebagian besar manusia serigala.

Semua prajurit menunduk saat Renald sampai di perbatasan.

'Bagaimana? Apa ada masalah?'

'Tidak ada alpha. Rogue masih belum memasuki wilayah kita.'

'Apa ada tanda dari pamanku?'

'Tidak ada alpha, semua baik-baik saja. Bahkan pergerakan sedikitpun dari rogue belum ada.'

'Apa? Tunggu dulu, itu aneh. Jika tidak ada pergerakan sama sekali itu aneh.'

'Kamu benar Ted, ada yang aneh. Panggil pasukan lain dan juga para gamma, katakan pada mereka untuk menyusul aku meneluri perbatasan.'

'Baik alpha.'

'Ted, ayo kita telusuri perbatasan'

'Baik.'

Renald dan Ted berlari menelusuri perbatasan. Mereka sambil berusaha mencium bau asing atau dari para rogue. Sudah setengah wilayah mereka telusuri tapi masih tidak di temukan tanda-tanda para rogue atau penyusup lainnya.

Renald tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia merasakan sesuatu.

'Ted!'

Ted berhenti berlari setelah mendengar panggilan Renald.

'Sebelah sini!' Renald kembali berlari dengan cepat ke arah yang lain.

'Ap- hei tunggu aku!! Renald!"

Renald tidak mendengar, dia terus berlari mengikuti instingnya. Bahkan larinya semakin cepat, meninggalkan Ted di belakang.

'Oh tidak, aku kehilangannya.'

Ted menggeram marah. Dia kehilangan Renald seketika. Ted kesulitan jika Renald menggunakan kekuatan alphanya, terlebih Renald salah satu alpha yang spesial.

'Renald! Alpha?!'

Tetap tidak ada jawaban dari Renald.

'Alpha!!''

'Disini!'

Renald menyahut. Ted langsung berlari ke arah suara Renald.

'Di mana?!'

'Di sini Ted.. Ikuti suaraku.'

Ted kembali berlari. Tak lama dia mendapati Renald sudah berlumuran tanah basah dan tanah di sekitarnya sudah berhamburan.

'Beritahukan aku jika kamu ingin menggunakan kekuatan alphamu. Kau tahu aku tidak bisa- Astaga Renald... Apa-apaan ini?'

Ted memandangi semua tanah basah yang telah di obrak abrik oleh Renald. Renald masih terus menggali sesuatu.

'Ren, apa yang kau-'

'Ada sesuatu disini.'

'Sesuatu?' Ted mengendus, mencari bau. 'Sesuatu apa?'

'Tubuh manusia.'

'Apa? Tubuh?' Ted mencoba mencium bau lagi. 'Aku tidak bisa mencium apapun. Bau tubuh manusia ataupun mayat binatang sekalipun!'

'Karena tertutupi.'

'Tertutupi? Oleh apa?!'

'Aku tidak tahu. Bantu aku.'

Renald menarik sesuatu dari dalam tanah. Sebuah tangan, sementara Ted mencoba menyingkirkan tanah-tanah di sekitarnya. Tubuh itu terkubur sangat dalam.

'Astaga... Benar-benar seseorang disini. Tapi siapa dia?'

'Aku tidak tahu. Dari baunya.. Dia penyihir.'

'Penyi- apa? Diwilayah kita? Bukankah wilayah kita sudah menjadi tempat terlarang bagi penyihir. Tidak ada penyihir yang bisa masuk atau keluar.'

'Aku tidak tahu Ted, aku juga bingung.'

Tak lama datang beberapa serigala lain mendekat pada mereka.

'Si-siapa itu alpha?' tanya Scott, seorang gamma.

'Aku tidak tahu dan akan kita selidiki. Bawa tubuhnya ke klinik dan jangan sampai satu serigala lainpun tahu, termasuk bibi, kalian mengerti?'

'Baik alpha.'

Para serigala mulai memindahkan tubuh mayat itu.

'Maaf alpha tapi nyonya Agatha memanggil anda.'

'Ahh benar Ren, maksudku alpha. Kita harus bersekolah.'

'Huft hampir saja lupa. Ayo pergi Ted.'

Renald dan Ted berlari beriringan menuju rumah. Sementara yang lain masih berusaha memindahkan tubuh mayat itu

"Bagaimana ada mayat disini dan kita tidak mengetahuinya?" tanya salah satu gamma.

"Entahlah, Drew. Aku juga tidak tahu."

"Apa yang menemukan ini alpha?"

"Sepertinya begitu. Karena kita semua tidak bisa menemukan mayat itu." Zaola ikut berkomentar.

"Benar, sepertinya alpha menggunakan kekuatan itu lagi."

"Sepertinya.."

"Oh ayolah, berhenti berkomentar. Ayo kita pindahkan mayat ini. Dia sudah mulai berbau tidak enak."

"Ah benar. Ayo..."

Sementara itu....

"Untung saja kita tidak bertemu bibi, jika tidak..."

"Akan terkena pidato panjang lebar tentang menjadi alpha dan beta yang sudah aku dengar sejak usiaku lima tahun."

"Yup dan itu sungguh sangat menyebalkan. Bibimu sungguh menyebalkan."

Renald menatap tajam Ted. Ted menyadari itu.

"A-ahh bukan itu maksudku...."

Ted memang bersikap biasa saja pada Renald, meskipun itu permintaan Renald. Tapi Ted tahu benar peringai sahabatnya satu ini. Dingin dan pemarah. Yup, setidaknya itu yang diketahui Ted tentang Renald. Ted bertemu Renald saat mereka berusia delapan tahun. Ted masuk ke dalam pack Zykort bersama ayah, ibu dan adiknya. Dari awal mereka bertemu, Renald memang bersikap pemarah dan dingin bahkan sangat tertutup pada Ted, tapi Renald mulai terbuka sedikit demi sedikit, terlebih tentang masa lalu keluarga Renald yang kelam. Tidak ada satupun manusia serigala yang tidak mengetahui peristiwa kelam itu. Ted tidak berani bertanya pada Renald karena takut menyinggungnya tapi akhirnya Renald sendiri yang bercerita tentang peristiwa itu.

Mereka sampai di sekolah Aligre Senior High School, sebuah sekolah swasta di Kanada. Sekolah itu cukup terkenal di kota Vicold. Kota kecil di Kanada bagian barat laut. Di kota itu sangat dingin. Tapi Ted dan Renald tentu tidak kedinginan karena suhu tubuh manusia serigala mereka yang hangat. Tapi tentu saja mereka tetap mengenakan Jaket musim dingin mereka setiap ke kota Vicold agar para manusia biasa tidak curiga.

Kota Vicold masih termasuk wilayah Zykort tapi di kota Vicold adalah wilayah yang bebas di masuki oleh siapapun baik manusia biasa maupun makhluk supranatural. Mereka hanya harus mematuhi aturan yamg ditetapkan. Renald juga tidak mengharuskan kota itu di pimpin keluarganya. Meskipun keluarganya kaya dan terhormat, Renald menyerahkan kepemimpinan pada yang mampu dan bertanggung jawab. Hanya saja tentu, bagi mereka yang manusia biasa, tentu tidak tahu tahu soal manusia serigala. Bahkan banyak yang tidak tahu soal siapa keluarga Renald sebenarnya. Yang mereka tahu Renald adalah anak yatim piatu.

Renald dan Ted masuk ke perkarangan sekolah memakai sepeda mereka. Renald mampu untuk menggunakan mobil tapi dia tidak suka menggunakannya. Dia lebih suka menggunakan sepedanya. Renald langsung melangkahkan kakinya ke kelas. Bisik-bisik kekaguman mulai terdengar di telinganya. Tapi bagi Renald itu bukan bisikan karena dengan telinga manusia serigalanya dia bisa mendengar jelas kata-kata para murid. Renald mengeluarkan headsetnya dari tas dan memasangnya ditelinganya lalu berjalan santai kembali. Ted ikut berjalan di belakangnya.

"Hei Ted!"

Ted menoleh dan melihat satu orang berlari ke arahnya. Ted terlihat tidak perduli lalu kembali berjalan.

"Hei, apa kalian tahu kita kedatangan guru baru?"

"Apa aku harus tahu?" jawab Ted malas.

"Ohh ayolah Ted, aku dengar kali ini berbeda."

"Aku tidak tertarik."

Kevin mengendus kesal lalu beralih pada Renald tapi langkahnya terhenti. Dia baru sadar. Ted mungkin dingin tapi Renald lebih parah lagi dari pada Ted. Kevin menggelengkan kepalanya.

"Tidak, tidak. Aku sudah begitu stres dengan sikap dingin kamu Ted, aku tidak mau menjadi gila menghadapi si Serigala kutub itu."

Ted tersenyum geli. Memang belum ada yang bisa mendekati Renald, baik laki-laki maupun perempuan. Renald terkenal dingin, angkuh dan tatapan tajamnya yang seakan bisa merobek siapapun yang menatapnya. Semua orang menjauhinya. Bahkan para pembuat onar sekolah. Karena selain dia dingin, Renald juga pandai bela diri. Dia pernah menghajar seluruh anggota pembuat onar yang berjumlah lima belas orang sendirian karena mereka ingin membullynya. Bahkan Ted tidak ikut membantu. Renald bisa menghajar mereka semua tanpa luka sedikitpun. Jadi, Renald menjadi orang paling disegani. Renald bukan orang yang jahat, kejam atau apapun. Dia hanya tidak suka di usik.

"Kali ini gurunya super hot." lanjut Kevin pada Ted lagi.

"Perempuan?"

"Yup, dari Eropa. Rambut pirangnya dan tubuhnya yang...." Kevin mulai membayangkan.

"Kamu sudah melihatnya?"

"Aku melihatnya tadi saat guru itu masuk."

"Dari mana kamu tahu itu guru baru itu?"

"Tentu aku tahu, aku kan--"

Bukk!!

Kevin menabrak punggung Renald yang tiba-tiba berhenti. Kevin menggosok dahinya yang sakit.

"Apa punggungmu terbuat dari batu? Kenapa hanya menabrak sedikit tapi terasa sakit sekali?! Lagi pula, kenapa kamu berhenti tiba-tiba?"

Renald masih terdiam di tempatnya, tidak menjawab pertanyaan Kevin.

"Hei, aku tanya kenapa kau--"

Kevin ikut terdiam dan mengikuti pandangan yang di lihat Renald.

"Itu dia! Itu guru baru itu!!" sahut Kevin setengah memekik.

"Apa? Guru baru?"

"Iya, kita kedatangan guru baru dan guru itu adalah wanita cantik itu."

"You got to be kidding me.." hanya itu yang bisa di ucapkan Ted. Ted juga ikut menatap wanita cantik itu.

Renald masih diam menatap dingin pada wanita itu. Wanita itu mengenakan celana panjang kain berwarna hitam dan baju kemeja sutra krem muda di masukan ke dalam celana. Rambut wanita itu sebahu berwarna pirang muda dan tinggi semampai. Wanita itu menatap Renald juga. Dia sedikit terkejut lalu tersenyum kecil.

"Kenapa dia ada di kota ini?" tanya Ted tapi Renald tidak menjawab.

"Memangnya siapa dia? Apa kalian kenal?" Kevin mulai kebingungan.

"Ayo kita pergi Ted." kata Renald lalu beranjak pergi.

"Apa kamu akan pergi begitu saja?" kata wanita itu membuat langkah Renald terhenti. "Apa kamu tidak ingin menyapaku Renald?"

"Mereka saling mengenal?" bisik Kevin pada Ted, tapi Ted diam saja.

Renald berjalan kembali menjauhi wanita itu.

"Aku senang kamu masih hidup dan sehat, anakku."

"Anak?!" pekik kecil Kevin.

"Jangan memanggilku seperti itu." sahut Renald tanpa menoleh. Renald kembali berjalan.

"Aku tahu kamu membenciku Renald, bahkan tidak ingin melihatku lagi. Tapi aku akan menggunakan kesempatan ini untuk memperbaiki semuanya. Karena aku tetap ibumu."

"Ibu?!" pekik Kevin bahkan itu membuat semua orang menatap mereka.

"Ibu..? Berani sekali dia.."

****

Tadariez