Chereads / Warrior (shewolf) / Chapter 5 - Chapter 4 : Yup! I am a Werewolf

Chapter 5 - Chapter 4 : Yup! I am a Werewolf

Maaf klo masih ada yg typo and happy reading..

"Kamu yakin kamu tidak mengenalnya? Tapi dia tidak berhenti menatapmu." bisik Erica saat di kantin.

"Aku tidak mengenalnya dan berhentilah menatapnya." ucap Allana.

"Tapi aku setuju dengan Erica. Dia terlihat aneh. Apa mungkin dia menyukaimu.. Kamu tahu, maksud aku... Sebagai wanita." bisik Marco.

Pletak!

"Kau ini. Bicara sembarangan." omel Erica. Marco mengelus kepalanya yang sakit.

"Tapi aku kan--"

"Oke, oke.. Hentikan." Allana menengahi. Allana menatap anak baru bernama Gyria itu. Ya, dia menyadari ada yang aneh dengannya. Selain pandangannya yang tak pernah lepas dari Allana, Allana juga merasa ada yang aneh pada Gyria. Entah apa itu.

****

Bel terakhir berbunyi. Allana keluar kelas langsung menuju lokernya. Dia memasukkan beberapa buku kedalamnya.

"Hai.. Allana, benarkan?" sapa Gyria. Allana menatap Gyria dengan tatapan heran sejenak lalu dengan cepat menyadarkan diri.

"Uhm y-ya begitulah.."

"Aku Gyria." Gyria mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Allana. Allana hanya menatap tangan Gyria tanpa menyambutnya. Entah kenapa dia tidak ingin menyambut tangan Gyria.

"Aku tahu siapa kamu. Kita sekelas tadi." ucap Allana dan langsung beranjak pergi. Gyria mengikutinya. Allana yang menyadari itu menghentikan langkahnya. "Bisakah kamu berhenti mengikutiku?"

"Aku juga menuju ke luar." sahut Gyria santai lalu berjalan melewati Allana yang masih diam tidak mengerti menatap Gyria yang berjalan menjauh.

"Aku kira kamu tidak mengenalnya Al." kata Hope yang sudah berdiri sejajar dengan Allana. Allana tersentak kaget.

"Kamu mengagetkanku." Allana mengelus dadanya. "Aku memang tidak mengenalnya."

"Tapi aku merasa ada yang aneh dengannya. Entah apa itu. Bagaimana menurutmu Allana?" Allana tidak menjawab pertanyaan Hope. Hope menoleh pada Allana. "Hei? Kamu mendengarku?"

"Ya, tentu Hope. Tapi aku harus pergi sekarang."

"Kita bisa pulang bersama Al."

"Aku tahu tapi kakakku sudah menjemputku." Allana menunjuk sosok kakaknya dengan dagunya. Hope mengikuti arah pandangan Allana lalu membulatkan matanya.

"Whoaa.. Kakakmu semakin tampan dan... Hot." Hope menggigit jari telunjuknya sambil terpesona dan tersenyum kecil menatap Derek.

"Berhentilah menatapnya seperti itu. Dia sudah punya tunangan, apa kamu lupa?"

"Huft iya. Aku selalu melupakan itu. Tapi tumben sekali mereka menjemputmu plus si ratu galak itu ikut juga."

"Entahlah. Aku juga tidak mengerti."

Allana masih berdiri terdiam di tempatnya bersama hope.

"Kenapa aku harus ikut menjemputnya?! Menyebalkan sekali." Alice melipat kedua tangannya didepan dadanya. Dia merasa kesal karena ikut menjemput Allana.

"Sudahlah Alice. Dia adik kita."

"Oh ya tentu dan itu merupakan ketidakberuntungan dalam hidupku."

"Sudahlah Alice. Apa kamu tidak lelah terus mengusiknya?"

"Aku yang mengusiknya? Dia yang mengusikku!"

"Ahh baiklah... Aku sedang tidak ingin bertengkar denganmu."

Derek turun dari mobilnya dan memanggil Allana yang masih mematung bersama Hope. Allana pamit pada Hope lalu segera berjalan cepat menuju Derek.

"Hai lil sist, bagaimana sekolahmu hari ini?" sapa Derek dengan senyuman manis yang mengembang di wajahnya.

"Uhm begitulah." jawab Allana enggan. Dia masih bingung dengan kehadiran kedua kakaknya.

"Ayo, masuklah ke mobil."

Tanpa ragu, Allana masuk ke mobil. Di dalam dia sudah melihat raut wajah Alice yang cemberut. Derek ikut masuk ke dalam mobil.

"Baiklah ladies... Ayo kita jalan."

Derek mulai menjalankan mobilnya. Sepanjang perjalanan baik Allana maupun Alice hanya terdiam. Hanya Derek sesekali bernyanyi kecil. Mobil itu melewati hutan. Ya, kota itu memang di kelilingi hutan. Tapi Allana semakin bingung, karena mobil Derek justru berbelok memasuki jalan setapak ke hutan dan tak lama berhenti.

"Ayo keluar." kata Derek. Derek dan Alice langsung keluar dari mobil, hanya Allana yang masih terdiam di tempatnya. "Hei, Allana! Ayolah keluar!"

"Lihatlah dia. Sepertinya dia sedang mengerami telurnya." Alice tersenyum sinis.

"Oh ayolah Al, tidak akan apa-apa. Aku akan menjagamu." pinta Derek. Allana menghela nafas kasar. Dia membuka pintu mobil dan turun.

"Ayo kita masuk lebih dalam." ajak Derek.

"Tunggu, untuk apa kita masuk ke dalam hutan?"

"Oh lihatlah anak bayi itu. Dia ketakutan sekarang." ejek Alice.

"Alice.."

"Apa? Selamat membujuknya, aku pergi lebih dulu." kata Alice dan langsung pergi masuk ke dalam hutan.

"Allana... Tidak akan ada apa-apa. Ada aku disini menjagamu." bujuk Derek. Allana menggeleng cepat.

"Ti-tidak.. Aku tidak mau." tolak Allana.

"Allana..."

"Untuk apa kita kesana!" Allana mulai panik. Derek mendatanginya dan memegang lengan Allana lembut.

"Allana... Tidak akan terjadi apapun. Aku berjanji. Aku akan melindungimu. Aku tahu setelah semua identitas keluarga yang telah kami sembunyikan, kamu akan sulit mempercayai kami. Tapi Allana, kami tetap keluargamu. Aku tidak memintamu untuk percaya seluruhnya tapi setidaknya untuk saat ini."

Allana terlihat ragu. Derek menghela nafasnya dan berjalan kebelakang Allana lalu mendorong pelan tubuh Allana.

"Ayolah.. Tidak akan terjadi apapun."

"Tap-tapi... Tapi..."

Allana terlihat enggan tapi dia tidak punya pilihan lagi selain mengikuti keinginan kakaknya. Kaki Allana telah memasuki hutan lebih dalam. Hawa dihutan itu terasa dingin. Mungkin karena musim hujan, pikirnya. Allana menggigil. Tapi dia melihat Derek yang terlihat santai. Bahkan Derek telah melepas jaket kulitnya yang berwarna hitam dan kini hanya memakai kaos tanpa lengan. Terlihat otot-otot keras Derek. Sekarang dia mengerti kenapa Hope begitu tergila-gila pada Derek. Derek tidak hanya super tampan tapi dia memiliki tubuh yang luar biasa bagus. Allana dan Derek sampai di sungai. Dari kejauhan sudah terlihat Alice berdiri di pinggir sungai.

"Bagaimana Alice? Apa semua baik-baik saja?" tanya Derek.

"Sepertinya. Tidak ada tanda-tanda Rogue."

"Baguslah."

"Uhm.. Untuk apa kita kemari?" tanya Allana.

"Kita akan melatih kepekaanmu."

"Apa?"

"Aku ingin tahu apa kepekaanmu sebagai manusia serigala sudah muncul."

"Apa? Ti-tidak.. Aku bukan manusia serigala."

"Lihatlah? Benarkan?! Dia itu masih belum bisa terima siapa dirinya! Percuma kita membantunya." keluh Alice.

"Allana... Kami hanya akan.."

"Tidak..!! Aku tidak mau!!"

"Allana..."

Allana membalikkan tubuhnya dan segera pergi. Alice yang melihat itu merubah dirinya lalu berlari dan berdiri tepat di depan Allana. Allana terkejut melihat serigala Alice dengan bulu coklatnya. Alice menggeram keras dan kasar. Allana terdiam di tempatnya. Suara geraman Alice semakin keras. Alice bersiap untuk menerjang Allana.

"Alice, hentikan." kata Derek. Tapi Alice masih menggeram. Allana mundur perlahan. Ya, dia merasa takut pada kakak perempuannya sendiri. Bahkan dia tidak yakin apa dia masih akan menganggapnya kakak setelah dia mengetahui semuanya. Semakin Allana mundur semakin keras geraman Alice. Derek berdiri di antara keduanya.

"Alice! Aku bilang hentikan! Kita disini untuk mengajarinya, bukan untuk menyakitinya."

Alice menatap Derek sejenak lalu kembali menatap Allana. Alice kembali menggeram. Allana semakin cepat berjalan mundur lalu berbalik dan lari.

"Allana!!" Derek memanggil tapi Allana tidak mendengarkannya. "Damn it Alice!! Kau mengacaukan segalanya!!"

Terlihat Alice menyeringai kecil lalu berlari mengejar Allana. Derek ikut berlari tapi masih dalam wujud manusianya. Dia jauh lebih lambat dari Alice yang sudah berubah menjadi serigala. Allana masuk kedalam hutan, berusaha menjauh dari kedua kakaknya.

"Aaakkkhhh!!!" Allana menjerit dan terduduk. Pasalnya sudah ada Alice di depannya dengan menggeram kasar padanya, memperlihatkan gigi-giginya yang tajam.

'Kamu tidak akan kemana-kemana adik kecil. Kamu hanya manusia lemah!'

Alice tiba-tiba melolong keras dan panjang. Bahkan lolongannya sampai ke telinga Derek.

"Sial kau Alice!!" geram Derek. Derek mengerti arti lolongan Alice. Alice memanggil teman-teman manusia serigalanya. Dia akan menyulitkan Allana. Derek berlari semakin cepat dan berubah menjadi serigala, mencari Allana dengan baunya. Sementara teman-teman Allana sudah berada disana. Ada lima serigala besar mengelilingi Allana dengan geraman kasar mereka.

"Ka-kalian m-mau apa?" Allana terlihat ketakutan.

'Apa yang akan kita lakukan padanya Alice?'

'Bersenang-senang tentu. Anak manja ini perlu di beri sedikit pelajaran berharga dalam hidupnya.'

'Kau yakin? Dia adikkmu.'

'Aku tidak perduli. Mempunyai adik yang tidak tahu siapa dirinya dan bahkan tidak bisa berubah menjadi serigala itu sungguh sangat memalukan. Dia mempermalukan keluargaku. Bersenang-senanglah dengannya. Aku tidak perduli.'

'Baiklah, dengan senang hati.'

'Ardhan, kau tahu ada Derek disini. Jangan gegabah.'

'Aku tidak takut Mel, biar saja si beta sombong itu disini. Aku masih bisa menghadapinya.'

'Kau keras kepala.'

'Tenang saja Ard, aku akan membantumu jika beta itu menyerang.'

'Dasar kalian berdua bodoh.'

'Hei, hei.. Apa tidak salah memanggil kami bodoh?'

'Hentikan! Apa kalian akan terus berdebat? Lakukan saja apa yang aku pinta.'

'Iya, iya baiklah, kau seperti tuan putri saja.'

'Ayo kita bersenang-senang!'

Serigala berbulu hitam dan putih itu berjalan maju.

"Ma-mau apa kau?!" pekik Allana. Dia mencoba untuk mundur tapi di belakangnya sudah ada serigala besar yang lain. Allana bingung dan panik.

'Hentikan!'

Derek sudah sampai disana. Dia menggeram marah.

'Oh halo Derek. Senang bisa bertemu denganmu disini.'

'Ardhan.'

'Wahh wahh kau masih mengingat namaku. Itu sangat... Menyentuh.'

'Lepaskan adikku'

'Hei aku bahkan belum berbuat apapun padanya.'

'Aku tidak perduli. Alice, hentikan semua ini.'

'Ohh kau terlalu kaku kakakku, tenanglah. Tidak akan terjadi apapun padanya. Dia hanya butuh sedikit.. Uhm.. Pengalaman? Untuk membiasakan dirinya.'

'Tidak seperti ini caranya.'

'Bla bla bla... Kau sama saja dengan ayah dan ibu. Terlalu memanjakannya.'

'Kami tidak terlalu memanjakannya. Semua butuh proses Alice, dan bukan seperti ini caranya.'

'Ya, ya, ya terserah saja. Kita lakukan dengan caraku.'

'Alice.. Aku peringatkan-'

'Apa? Apa yang akan kau lakukan hah?! Aku juga adikmu Derek! Apa kamu akan menghukumku karena aku memberi Allana sedikit pelajaran?'

'Jika itu keterlaluan, ya, aku akan menghukummu. Dia belum berubah bahkan semua indra manusia serigalanya masih tidak berfungsi yang berarti dia masih manusia biasa dan kau tahu kita dilarang menyakiti manusia biasa.'

Alice menatap kedua temannya, Ardhan dan Joe, lalu mengangguk. Ardhan dan Joe berlari dan menyerang Derek. Mereka berdua berusaha menahan tubuh Derek. Sementara Howie menarik tubuh Allana pergi di ikuti Mel, Jenny dan Alice. Allana berteriak keras. Derek mendengar itu dan ingin membantu tapi dia tertahan.

'Kau tidak akan kemana-kemana Derek. Biarkan saja mereka bersenang-senang.'

Derek menggeram lalu menerjang Ardhan.

Sementara itu..

Allana terus meronta tapi tidak terjadi apapun. Howie melempar kasar tubuh Allana. Tubuh Allana menghantam batang pohon. Allana meringis kesakitan.

'Oh lihatlah dia.. Sepertinya dia kesakitan. Kasihan sekali.' ejek Jenny.

"M-ma-mau ap-pa ka-lian?"

'Howie, bantulah Ardhan dan Joe menghalangi kakakku. Biar aku, Mel dan Jenny yang menyelesaikan ini.'

Howie menurut. Dia beranjak pergi. Serigala Alice, Mel dan Jenny mendekat pada Allana.

'Apa yang akan kita lakukan padanya?'

'Apa maksudmu Mel? Tentu saja bersenang-senang. Benarkan Alice.'

Alice hanya menggeram pelan. Dia berjalan maju dan semakin dekat dengan Allana yang masih menyandarkan tubuhnya pada batang pohon. Tubuhnya terasa sakit.

"Hentikan!!!!" pekik seseorang. Orang itu sudah berdiri di antara Allana dan Alice. Dia membawa sebatang pohon yang ujungnya sudah runcing.

"H-Hope?"

"Kamu baik-baik saja Allana? Tenang saja Allana aku akan bantu usir mereka."

"Ti-tidak Hope, kamu tidak akan bisa..."

"Jangan berani mendekat atau kalian akan aku lukai."

Hope mengibas-ngibaskan kayu yang di bawanya. Alice hanya menatap jengah. Alice menggeram keras lalu menghempas Hope dengan kepalanya.

"Tidaaakk...!! Hope... Alice, jangan sakiti dia, dia hanya ingin membantuku."

Alice tetap berjalan menuju Hope yang masih meringis kesakitan. Tubuhnya terluka. Hope menyadari kedatangan Alice dan panik. Dia mencari-cari keberadaan batang kayu panjang yang tadi dia pegang.

"Aku mohon Alice.. Jangan sakiti dia.." pinta Allana. Allana berjalan tertatih menuju Hope. Tapi serigala Jenny dengan cepat menghalangi Allana. "Pinggir."

Jenny tidak bergerak dari tempatnya. Hanya menggeram kasar. Terdengar teriakan dari Hope. Allana panik.

"Pinggir... Aku mohon." Allana memelas tapi Jenny tidak perduli. Allana kesal, teriakan Hope semakin keras. "Aku bilang menyingkir!"

Jenny justru bersiap lalu seketika menerjang Allana. Jenny sudah berada di atas tubuh Allana. Air liurnya berjatuhan di tubuh Allana.

"Sudah cukup, aku tidak tahan lagi. Menyingkirlah dariku!!!"

Allana mendorong kuat tubuh serigala Jenny hingga terhempas jauh. Allana langsung bangkit. Mel dan Alice terkejut. Bola mata Allana sudah berubah. Deru nafas Allana cepat dan tidak teratur. Kuku-kuku Allana mulai memanjang. Alice, Mel dan Jenny terkejut menatap Allana, bahkan Hope juga.

"A-Allana?" panggil Hope tertatih. Luka Hope cukup parah dan terbaring tapi dia masih bisa melihat perubahan Allana meski agak samar.

Allana tersadar. Dia menatap kuku-kukunya yang panjang.

"A-ada apa ini? Apa... Apa yang terjadi denganku?!" pekik Allana.

Krak!!

Tiba-tiba tulang tubuhnya berbunyi. Tulangnya memanjang, melebar dari normalnya. Sedikit demi sedikit tubuh Allana berubah bentuk.

"Aakkkhhh!!! Tolong aku..!! Alice? Aku mohon... AAAKKKKKHHHHH!!!!!"

Suara teriakan Allana sampai ke telinga Derek. Derek yang masih berada di bawah sementara tubuhnya di tahan oleh Ardhan dan Joe, mulai berontak. Derek menendang tubuh Joe, lalu berbalik kasar dan bangkit lalu menghempas Ardhan dengan kepalanya dan langsung berlari menuju Allana.

Derek menerobos semak dan sampai di tempat Allana berada.

'Itu... Allana?' tanya Derek. Alice tidak menjawab. 'Jawab Alice.'

'Kau bisa melihatnya sendiri.'

Derek mendekat pada serigala Allana. Bulunya yang putih bersih dan tubuhnya yang tegap proposional.

'Aneh sekali.'

'Apa maksudmu Alice'

'Lihatlah dia. Dia tidak seperti baru berubah menjadi serigala. Tubuhnya yang proposional dan tegak, bahkan dia tidak kehilangan keseimbangan seperti yang baru bisa berubah lainnya. Satu lagi, lihatlah matanya! Matanya berwarna putih!! Baru kali ini aku melihat manusia serigala mempunyai bola mata seperti itu.'

'Sepertinya aku pernah tahu bola mata putih itu, tapi... Aku lupa.'

'Dia aneh.'

'Dia tidak aneh.'

'Dia aneh! Lihat saja dia--'

Alice terdiam. Dia melihat Allana tiba-tiba bergerak. Allana yang masih terkejut dengan wujudnya mencoba melangkah dan membiasakan diri. Tetapi..

Brakk!!

Dia terjatuh kesamping dan mengenai batang pohon yang langsung ambruk seketika.

"Aku tarik kata-kataku tentang dia tidak kehilangan keseimbangan." kata Alice yang telah berubah menjadi manusia.

"Pakai bajumu, biar aku yang berbicara dengan Allana." pinta Derek yang juga sudah berubah menjadi manusia. "Allana kamu mendengarku?"

Allana mencoba bangkit tapi dia kesulitan, terlebih dia harus menyesuaikan dengan empat kaki yang dia miliki.

"Allana.. Bangkit perlahan. Jangan terburu-buru. Lihatlah, kamu sudah memiliki empat kaki yang berarti kamu harus menyesuaikan diri dengan empat kaki itu. Gerakkan kaki belakangmu perlahan. Bersiap untuk menumpu."

Allana yang mendengar Derek mencoba mengikuti perintah Derek. Dia menggerakkan kaki belakangnya. Tapi entah kenapa kaki depannya selalu mengikuti.

"Allana, perlahan dan konsentrasi. Kaki belakangmu. Kamu bisa Allana."

Allana menghela nafas kasar lalu mencoba untuk berkonsentrasi. Dia menekuk sedikit kaki belakangnya.

"Bagus. Sekarang, tekuk kaki depanmu ke depan lalu angkat tubuhmu secara perlahan. Kaki depanmu akan membantu mengangkat tubuhmu."

Allana kembali mengikuti perkataan Derek. Baru setengah tubuhnya terangkat, dia jatuh lagi.

"Perlahan Allana... Perlahan.."

Allana menarik nafasnya lagi, mencoba untuk konsentrasi lagi. Allana mengikuti arahan Derek secara perlahan dan berhasil! Tubuhnya sudah berdiri tegak lagi. Dia mencoba melangkah tapi tubuhnya mulai oleng kembali. Belum jatuh ke tanah, Derek sudah berubah lagi menjadi serigala dan menahan tubuh Allana dengan tubuhnya.

'Perlahan saja adikku. Kamu akan terbiasa nantinya.'

'Ini.. Benar-benar aku? Aku.. Serigala.'

'Kamu manusia serigala seutuhnya sekarang lil sist. Selamat!'

'Tap-tapi aku.. Aku..'

"Whoaaaa... Itu dia? Adikknya Alice? Si Allana itu?" sahut Ardhan yang sudah bergabung.

"Tentu saja si Allana itu." kata Jenny tidak suka.

"Tapi ada apa dengan bola matanya? Kenapa berwarna putih? Apa dia buta?"

"Dia tidak buta." sahut Mel.

"Lalu.. Kenapa putih?"

"Dia kan anak aneh. Mau jadi apapun dia, manusia atau serigalapun dia tetap anak aneh. Menyebalkan sekali dia harus menjadi adikku."

"Dia tidak aneh." sahut Mel. Mel berjalan mendekat pada Allana.

"Whoo Mel, jangan terlalu dekat. Dia belum bisa mengontrol tubuhnya."

"Joe benar Mel, jauhi anak aneh itu. Ayo kita pergi saja."

"Dia tidak aneh." tegas Mel lagi.

"Ada apa denganmu? Jelas-jelas dia aneh."

"Dia tidak aneh. Lihatlah bulu putih yang sangat bersih itu."

"Lalu? Bukannya itu normal?"

"Jarang sekali ada bulu sebersih itu di kalangan manusia serigala. Biasa bulu putih itu selalu ada campurannya walau sedikit. Tapi dia... Dia benar-benar bersih. Bahkan raja Lycanthrope itu bulu putihnya bercampur. Ada sedikit bulu berwarna hitam."

"Karena itu Mel, dia itu aneh!!" kata Alice tidak sabaran. Dia merasa bosan dengan hal-hal tentang Allana.

"Dia tidak aneh. Dia.. Spesial."

"Apa maksudmu?"

"Ibumu... Dia dari pack Crysort, iya kan? Pack yang punah itu?"

"Aarrrgghh.. Lalu apa hubungannya?! Katakan saja! Jangan setengah-setengah."

"Aku... Aku hanya takut.. Jika ramalan itu terjadi."

"Ramalan? Kau sudah gila."

"Ramalan tentang keturunan dari pack Crysort yang akan menjadi penjaga kuil moon godness. Dia juga menjadi warrior terhebat. Memiliki kemampuan bertarung layaknya alpha dan beta."

"Aku sudah pernah mendengarnya dari ibu. Lalu apa hubungannya dengan anak aneh ini?"

"Dia adalah warrior itu."

"Whooaaa kau benar-benar sudah gila Mel. Tidak mungkin anak manja dan aneh ini!" pekik Alice tidak percaya. Allana menggeram perlahan. "Apa?! Jangan seenaknya menggeram padaku!!"

"Ibuku juga berasal dari pack Crysort."

"Benarkah? Kamu tidak pernah cerita tentang itu. Kamu selalu tidak mau cerita tentang ibumu." keluh Jenny.

"Dia sudah tiada, untuk apa dia cerita tentang ibunya? Itu membuatnya sedih."

"Tapi kan Howie..."

"Lalu? Kenapa dengan ibumu yang berasal dari pack Crysort?"

"Ibuku pernah mengatakan tentang ramalan itu dan juga tanda-tanda orang yang menjadi warrior itu. Salah satunya adalah bola matanya, berwarna putih dan bulunya yang bersih, tidak ada campuran. Tidak seperti manusia serigala lainnya. Seperti dia, Allana..."

"Jadi maksudmu.. Dia warrior itu? Kau gila!! Dia hanya anak aneh! Bahkan aku yakin dia tidak akan bisa berubah menjadi manusia kembali."

"Tapi tandanya sudah jelas Alice.. Dia-"

"Cukup! Aku tidak mau dengar lagi!! Aku pergi."

"Alice.."

"Uhuk.. Uhuk.." terdengar suara batuk seseorang, menghentikan langkah Alice. Mereka semua menoleh ke arah suara, Hope. Mereka lupa jika masih ada Hope disana.

"Si.. Uhuk uhuk.. Si-siapa ka-lian... seb-sebenar-nya.."

Hope yang lemah menatap kesemua orang dengan tatapan bingung dan takut.

"Astaga, aku benar-benar lupa tentangnya.."

****

Tadariez