Chereads / Isekai Dungeon / Chapter 42 - Panggilan Pertolongan

Chapter 42 - Panggilan Pertolongan

Di gedung penginapan, Tirta beristirahat merebahkan dirinya di kursi sofa tamu. Matanya terpejam, ia merebahkan tubuhnya tanpa penjagaan sedikitpun sembari menarik selimut yang diberikan oleh Neil. 

 

"Bangunkan aku jika sudah dua jam, lalu kalian jangan kemana-mana," ucapnya lirih dengan nada yang cukup pelan dan rendah. 

 

"Tirta, tapi ... Ah, dia sudah tidur." 

 

Neil yang sebenarnya ingin mengatakan sesuatu yang lain, namun sepertinya keinginannya itu tertahan. Disamping ia tak ingin membangunkannya, Tirta juga sudah berjuang sampai sejauh ini. Ia masih memiliki harga diri untuk tidak terlalu membebani Tirta. 

 

"Jadi, bagaimana sekarang?" tanya Bell ketika mendapati satu-satunya harapan mereka untuk pergi dari tempat ini memilih istirahat terlebih dahulu. 

 

"Kita tunggu saja sampai dia bangun." Neil berusaha untuk membuat Bell paham akan keadaan yang sudah mereka lalui. 

 

"Kalau kita tidak cepat, mereka bisa menemukan kita disini bukan? Dan Lina, kau harusnya tak perlu memohon pada Tirta untuk membawa Vall ikut, dia sudah memilih jalan hidupnya sendiri bukan?" ucap Bell sembari melihat ke arah Lina yang diam bersandar di tembok dan merapatkan kedua tangannya di dada.

 

"Apa kau lupa Vall adalah pemimpin kita, dan dia berjasa atas semua hal ketika kita berusaha bertahan hidup?" Lina nadanya sedikit meninggi ketika Bell mulai mempertanyakan keputusan Lina. 

 

"Ini sudah berbeda, dia memihak ke pemerintahan, apa menurutmu kita akan terus-terusan jadi anjing mereka. Cepat atau lamban mereka pasti akan membuang kita begitu ada kesempatan."

 

Lina yang sedari tadi hanya bersandar begitu mendengar itu langsung mendekat ke arah Bell lalu mencengkeram kerahnya. "Bukankah kau sendiri dulu juga diselamatkan olehnya, lalu kau sekarang meninggalkannya begitu mendapatkan tempat aman?!"

 

Bell melawan dengan melepaskan cengkramannya dengan menatap tajam Lina, "Ini berbeda, kau tak berpikir secara jernih Lina, hanya karena kau mendapat perlakuan spesial darinya apakah lantas perkataanmu akan diterima olehnya begitu saja?" 

 

"Dan apa kau pikir pikiran seseorang tak dapat berubah sepanjang waktu?"

 

Sesaat kemudian Bella bangun dan langsung memisahkan mereka berdua, "Sudahlah kalian, berdebat takkan menyelesaikan masalah!" teriaknya. 

 

Namun sesaat kemudian terdengar suara deringan gadget di atas meja, itu adalah milik Bella.

 

"Hei Bella, kau bilang takkan menggunakan gadget lagi untuk sementara, itu bisa membuat posisi kita diketahui," ucap Neil.

 

"Tak mungkin, aku sudah menyetel dalam mode anonim."

 

Agak sedikit ragu, namun rasa penasaran mengalahkannya, ia pun mengangkat telepon tersebut. Ia mendengar beberapa ucapan lalu kemudian menutupnya.

 

"Moriv katanya ingin pergi dengan kita, dia dikejar oleh Vall!" ucap Bella. 

 

" Tunggu, bagaimana kau tahu kalau itu Moriv?" ucap Neil kemudian mendekat ke arah Bella, "Biar kuperiksa." Neil mengambil gadget Bella kemudian memeriksanya dengan alat pemecah kode. Beberapa saat, terdapat laporan bahwa panggilan itu tidak palsu dan memang berasal dari suara Moriv. 

 

"Biar aku yang menyelamatkannya," ucap Bell.

 

"Tunggu, Tirta bilang bahwa kita tidak boleh pergi darisini, tidakkah sebaiknya kita menunggu?" Neil mencoba memberi saran. 

 

"Tapi bukankah terlambat bila kita harus menunggunya?" Bell membantah, ia beralasan bahwa menunggu Tirta akan sangat menyita banyak waktu terlebih Moriv butuh seseorang untuk menyelamatkannya. 

 

"Aku, aku juga akan ikut."

 

Lina mendekat, ia menunjuk dirinya sendiri dengan nada cukup tegas dan terlihat dengan nada tinggi. Ia lalu kembali berucap, "Kita tak bisa menyerahkan semua masalah itu padanya bukan? Karena ini masalah kita juga.

 

"Kau ada benarnya, tapi bagaimana bila ia membawa pasukan?" Neil mencoba untuk memperingatkan mereka berdua.

 

"Kita punya persenjataan juga di sini jangan khawatir," jelas Lina sembari mengambil alat-alat pertempuran di pojok ruangan. 

 

"Ya kau benar, aku juga ingin sekali menghajar pasukan mereka jika mereka juga bersama Vall." Bell juga mengikuti Lina mengambil persenjataan. 

 

"Hei, tunggu kalian berdua, jangan terlalu gegabah! kami baru saja menyelamatkan kalian, kenapa kalian pergi begitu saja, tak bisakah kalian berada disini dulu!?" teriak Bella sembari merentangkan kedua tangannya di hadapan Bell dan Lina dengan alis mengkerut. 

 

Namun usahanya gagal, mereka berdua tak mempedulikan Bella dan melewatinya begitu saja.

 

"Kalau begitu cepatlah kembali!"

 

"Tentu saja kami akan kembali sebelum tengah malam," ucap Bell sembari menutup pintu ruangan.

 

Bella hanya bisa merentangkan tubuhnya di sofa sembari berharap mereka baik-baik saja, namun meski begitu raut wajahnya masih menyiratkan rasa khawatir. Ia kemudian membuang gadgetnya ke tempat sampah di pojok ruangan.

 

"Kenapa kau membuang gadgetmu?" tanya Neil yang duduk sembari melihat tingkah laku Bella.

 

"Harusnya aku membuangnya dari awal mereka jadi melakukan tingkah laku nekat untuk menyelamatkan Moriv, gara-gara aku mendapatkan telepon itu." Bella membenamkan kepalanya di mana tak tertumpuk oleh sofa yang membuat pandangannya terbalik.

 

"Kau terlihat sangat pasrah sekali, bagaimana kalau kita ke sana ikut membantunya?"

 

"Kau-- Apa kau ketularan gila juga, dan selama ini kita dibantu oleh Tirta, bagaimana kau--"

 

"Bukankah ini namanya kebebasan, jika kita terus bergantung pada Tirta, bukankah sama saja tidak ada perubahan pada diri kita," jelas Neil menyela ucapan Bella. 

 

"Lagipula mereka juga teman kita bukan?" Neil mengambil peralatan tempur di sebuah loker dekat dimana Tirta tertidur, ia mulai memasangkan sarung tangan dan rompi. Dan mengambil peralatan senjata berupa senjata sniper, pisau, dan juga alat pendeteksi.

 

"Neil! Hei ... Baiklah aku ikut." Bella pun kemudian berdiri mendekat ke Neil, ia juga mengambil beberapa senjata, lalu melakukan konfigurasi.

 

"Aku senang kau mengerti," ucap Neil, kemudian ia mulai berjalan ke arah pintu diikuti Bella. Namun sebelum ia memegang gagang pintu Bella menodongkan senjata.

 

Bak!

 

Sebuah jaring keluar dari tembakan yang dikeluarkan oleh Bella, ia tersenyum menyeringai lalu mengunci pergerakan Neil.

 

"Hei, Bella! Apa yang kau lakukan!" teriak Neil.

 

"Kau takkan bisa lepas dari ini, kita akan menunggu Tirta bangun, baru kita bergerak."

 

"Apa katamu?! Hei lepaskan, Aku ingin menyelamatkan Moriv."

 

"Ya, kita akan memutuskannya setelah Tirta bangun."

*****