Di ruang interogasi.
Tirta masih santai berbasa-basi dengan Airoth. Beberapa sudut mulai mengaktifkan keamanan beberapa lapis, senapan, serta drone otomatis yang mengitari Tirta.
"Lupakan soal tadi, jadi aku menawarkan kerjasama padamu. Jika kau butuh pasukan, kami akan membantumu. Namun dengan bayaran kau akan memberitahu bagaimana teknologimu," ucap Airoth.
"Bagaimana, bukankah itu tawaran yang menarik?" lanjutnya.
"Itu memang benar, jika kita berada di posisi yang sama, tapi aku berada jauh di atas kalian."
"Kau pikir, kau bisa mengalahkan kami? Sadarilah posisimu."
Tirta hanya diam, ia mengangkat tangan lalu menjentikkan jarinya, seketika drone dan senjata rusak, suara dari jentikannya menghancurkan benda di sekitar.
"Apakah kau sudar sadar? Robot rongsokan? Kau telah menghilangkan unsur penting dari manusia yaitu kebebasan mereka, itulah mengapa kau tak bisa mengalahkanku," jelas Tirta.
"Kau pikir begitu?"
Beberapa peralatan yang di rusak oleh gelombang kejut yang dilancarkan Tirta kembali bergerak dan mulai menembakinya. Tirta sedikit terkejut lalu menghindari tembakan-tembakan itu, sesekali menangkis dengan menciptakan perisai tak kasat mata.
"Serang!" teriak Airoth.
Para pasukan yang mengawal Tirta sebelumnya kemudian mulai mengeluarkan senjata, mereka memakai armor otomatis lalu dengan sigap melancarkan serangan. Terjadi pertikaian beberapa pasukan yang menyerang mampu dengan mudah dihindari oleh Tirta, beberapa kali Tirta menendang, memukul, melumpuhkan setiap pasukan yang menyerangnya.
Beberapa saat kemudian hampir setengah pasukan sudah berhasil dikalahkan, Airoth menyuruh pasukannya berhenti menyerang.
"Lihat? Kau tak bisa mengalahkanku," ucap Tirta. Ia kemudian melenggang membelakangi Airoth, dan berjalan ke pintu keluar.
"Mau kemana kau? Kau takkan pergi dari sini," ucap Airoth menggunakan armornya.
Disusul pasukan lain yang mulai mundur di tiap sisi, tersisa Vall yang juga menggunakan armor untuk bertarung.
"Jadi, kalian masih mau mencobanya?" tanya Tirta.
"Ya, ambil ini Vall," teriak Airoth melemparkan sebuah chip padanya yang kemudian dipasang di armornya. Sejenak perubahan terjadi di setiap bagian armor mereka berdua menyalakan garis-garis kecil berwarna biru. Armor yang meningkatkan kekuatan fisik pengguna dan juga analisa gaya bertarung lawan.
"Baiklah, akan kulayani, kita lihat seberapa jauh peningkatannya," ucap Tirta masih dengan gayanya yang cukup santai, ia hanya memandangi apa yang mereka lakukan tanpa melakukan ancang-ancang.
Dengan penuh konsentrasi serta menggunakan perhitungan matematis dari data pertarungan sebelumnya Vall mulai menyerang mengeluarkan drone lalu menembaki Tirta.
Tapi dengan mudah Tirta menghindar, tak cukup sampai disitu Airoth menggunakan percepatan fisik lalu langsung berada di belakang Tirta mencoba memukulnya.
Bakk!
Airoth melayangkan pukulannya membuat kepala Tirta terhantam tinju besinya yang menggunakan pegas, membuat Tirta terpental jauh membentur dinding baja di markas tersebut. Tak berhenti sampai disitu Vall kemudian mengeluarkan rudal yang dalam waktu singkat menghantam tubuh Tirta, menciptakan ledakan yang luar biasa hingga membuat dindingnya hancur terkena rudal-rudal itu.
Namun dari kepulan asap tersebut, terdengar langkah kaki yang tak lain adalah Tirta, meski dengan serangan sekuat itu, ia masih sanggup berjalan tanpa terluka sedikitpun.
"Tadi itu kasar sekali, bisakah kalian sedikit lembut pada seorang wanita?" ucapnya sembari sedikit memiringkan kepalanya dengan bibir yang sedikit terangkat.
"Ah, rambutku jadi sedikit kotor."
Tirta melepas ikatan rambutnya sembari menepuk sebagian sisi dan mengibaskannya sehingga rambutnya tergerai.
Tak tinggal diam, dengan memanfaatkan kelengahan Tirta, Airoth langsung menyerangnya dengan tembakan laser namun arah cahaya laser itu langsung berbelok sebelum mengenai target.
Arah serangannya berubah menghantam bangunan sekitar, para pasukan yang ada di sekitarnya berhamburan karena beberapa puing runtuh.
Sesaat kemudian Tirta kembali fokus dan melihat Airoth kebingungan atas kemampuan Tirta yang jauh dari hitungan matematisnya itu.
"Apa sudah selesai?" tanya Tirta.
"Belum!"
Tubuh Airoth berubah menjadi sebuah mesin nano kecil merestorasi bangunan yang hancur. Ia kmeudian menambah tenaga dari lantai mengakibatkan daya energi di sekitar turun, kini tubuhnya dipenuhi reaksi energi bertegangan tinggi.
"Itu pasti akan berbahaya."
Saat Airoth berusaha menyerang, ia tiba-tiba terhenti begitu Tirta menengadahkan tangannya, seluruh energi dari robot pintar itu lenyap.
"Apa yang kau lakukan?!" ucap Vall yang heran. Ia tak menyangka bahwa pasukan 1 pleton dan boss-nya tak dapat menghadapi Tirta.
"Singkatnya, kalian takkan bisa menandingiku," jawab Tirta singkat, yang kemudian dari pintu terbuka sudah ada Bella dan Neil yang menantinya.
"Apa kami terlambat?" tanya Neil, sembari membawa kapsul, "Eh ... Tunggu?! Bukankah ini?" Neil tercengang ketika seluruh pasukan terlihat sudah dilumpuhkan oleh Tirta menyisakan Vall saja.
"Tidak, kalian tidak terlambat," ucap Tirta lalu melihat arah Vall, "Jadi bagaimana Vall? Mau ikut bersama kami?"
"Tunggu, itu? Apa yang kau lakukan pada Lina!" Teriaknya.
"Apa maksudmu? Apa kau buta, sadarlah, justru negerimu sendiri yang memanfaatkanmu."
Vall baru mengetahui bahwa Lina terdapat pada kapsul, namun ia tak percaya begitu saja.
"Apa? Aku takkan percaya padamu begitu saja."
Vall kemudian mencoba menyerang Tirta sekali lagi, namun langkahnya terhenti sebelum mencapai Tirta, sebuah penghalang tak terlihat menghalanginya untuk melakukan perlawanan.
"Hei, berhenti! Kita belum selesai!" teriaknya.
Namun Tirta kemudian diam, dan mereka pergi dari hadapan Vall. Vall hanya mampu terduduk atas ketidak berdayaannya. Kemarahan dan kebencian terpancar jelas dari wajahnya.
"Lihat saja! Aku akan membalas seluruh penghinaan ini!" teriakannya semakin keras meskipun Tirta dan yang lain sudah pergi dan tak mendengarnya. Giginya menggeretak dan tangannya menggenggam hingga berdarah.