Setelah beberapa saat penangkapan, Neil dan Bella dimasukkan ke dalam sel penjara yang terpisah. Pada ruangan paling ujung, nampak Neil memperhatikan sekitar, kemudian ia menekan sebuah benda di tangannya yang lepas dari penyitaan para petugas sebelumnya.
Alat tersebut kemudian memancarkan gelombang elektromagnetik cukup halus. Alat canggih yang belum dibuat di era dunia ini, meski ada beberapa yang mirip, namun kegunaan dan fungsi alat yang dibuat Tirta lebih kompleks karena disamping memancarkan gelombang elektromagnetik alat tersebut juga mampu memanipulasi gambar yang direkam oleh kamera, maupun sensor.
Neil tak melewatkan kesempatan itu, ia segera memasukkan sebuah benda disk ke lubang dinding untuk membuka penjara. Hanya dalam waktu singkat, ia mampu membukanya. Bukan karena ia pintar, tapi karena disk tersebut sudah dibuat ulang oleh Tirta untuk membuka berbagai tingkat keamanan.
Neil kemudian berlari menuju ke ruangan lain untuk membebaskan Bella. Saat ia sampai ia kemudian melakukan hal yang sama untuk melepaskan Bella.
"Lama sekali kau!" teriak Bella, seperti biasa ia tak menghiraukan keadaan sekitar, untungnya Neil juga memiliki alat untuk memfungsikan kedap suara. Jadi mereka aman dari pantauan para penjaga.
"Aku sudah melakukan sebaik mungkin, selanjutnya kita akan mencari Bill," sanggah Neil dengan sedikit menggaruk kepalanya, bukan karena bingung, tapi ia menyadari bahwa ini terlalu mudah. Ia merasa terlalu dimanjakan oleh alat-alat yang dibuat Tirta.
"Baiklah, tapi kemana?"
Lagi-lagi Neil mengeluarkan alat lain di sakunya. Bola yang sangat kecil kemudian ia menggenggamnya lalu muncul peta yang menujukkan dimana posisi Bill.
Bella terperanga, "Dari mana asalnya seluruh petunjuk ini, apa Tirta itu benar-benar orang yang bisa kita percayai."
"Meskipun ia tak dapat dipercaya, tapi ini sudah jalan kita bukan? Apa kau lupa untuk tujuan apa kita sampai sejauh ini," papar Neil berusaha mengingatkan.
"Kau benar, kita akan pergi dari tempat terkutuk ini, apapun caranya."
**
Tak butuh waktu lama, mereka berlari dan melewati beberapa celah keamanan dengan mudah. Menyusuri bagian bawah tanah bangunan hingga sampai di sebuah ruangan besar dimana ada banyak orang yang tubuhnya diletakkan ke dalam tabung hibernasi.
"Apa-apaan ini, sangat mengerikan," ucap Bella sembari memandangi setiap bagian ruangan.
Beberapa pemandangan cukup mengerikan karena ada beberapa bagian tubuh yang dipisah maupun di transmutasi dengan peralatan mesin.
"Bukannya kau sendiri juga sudah sering melakukan perdagangan illegal?" ucap Neil yang mencoba mengingatkan.
"Tentu saja aku tahu, tapi aku tak berpikir bahwa di kasta tertinggi juga melakukan kegiatan semacam ini."
"Memangnya selama ini kau tak pernah berpikir kenapa kita yang berada di kasta terbawah memiliki beberapa kebebasan?"
"Ya, aku tahu kalau mereka hanya berpura-pura tak memperhatikan kita."
Alis Bella merendah, menunjukkan kesedihan yang begitu mendalam karena selama ini kehidupan mereka selalu berada diambang kematian. Meski kenyataan hidup memang orang lemah selalu kalah dan disingkirkan. Namun dalam hati mereka berdua ingin sekali suatu hari orang lemah juga dapat memiliki kebahagiaannya tanpa berbaur dengan kematian yang dekat.
"Bill--" ucap Bella tercekat, ketika mendapati Bill yang merupakan saudaranya sendiri itu berada di tabung hibernasi dengan beberapa tubuh yang sudah hilang.
"Bella, ada apa?" tanya Neil yang kemudian mengetahui apa yang dilihat Bella, "Tidak mungkin," lanjutnya.
"Kita harus mengeluarkannya!" teriak Bella lalu mencoba membuka beberapa pengaman. Seketika Neil menghentikkan langkah dari Bella.
"Hentikkan Bella, dia bisa mati jika kau memaksa melepaskannya," ucap Neil berusaha memperingatkan.
"Lalu bagaimana! Apa yang harus kita lakukan!"
Bella memekik, ia tak sanggup melihat lagi tubuh saudaranya seperti lamban laut larut dari cairan tabung tersebut.
"Tenanglah, pasti ada cara untuk mengembalikannya, kita harus tahu bagaimana fungsi dari peralatan ini dulu."
"Bagaimana? Bagaimana kau bisa sedangkan kau sendiri tidak terlalu pintar mengurusi hal ini."
Wajah Bella terlihat nanar namun Neil masih dengan optimismenya, "Untuk itulah kenapa Tirta memberikan kita peralatan ini, dia pasti tahu hal ini akan terjadi."
Ia melayangkan sebuah tablet dan beberapa kabel yang ia simpan di jaketnya, layarnya retak namun masih berfungsi dengan lancar.
"Darimana kau menyembunyikannya, ini seperti semacam cheat bukan?"
"Entahlah siapa yang tahu, aku sendiri heran bagaimana ia dapat menyiapkan seluruhnya, bahkan dengan peralatan yang sangat canggih di tempat ini sekalipun, kita mungkin takkan bisa mengembalikannya."
Beberapa saat alat itu mulai bekerja, kemudian tubuh Bill sedikit-demi sedikit mulai kembali.
"Ini berhasil!" teriak Bella. Namun kemudian sejenak Bella berpikir, "Bagaimana kita akan membawanya."
"Lepaskan saja pengamannya. Kita bisa menaruh di tempat yang aman."
"Baiklah."
Bella kemudian mulai melucuti rantai dan gembok pengaman di sekitar bawah kapsul, lalu mengaktifkan peralatan roda yang sudah tersedia di bawah. Sesaat kemudian Bella diam, lalu melihat setiap ruangan yang ada sembari menuntun kapsul tersebut.
"Tunggu, itu," ucap Bella ketika mendapati seorang lagi yang Bella maupun Neil mengenalnya.
"Lina," ucap Neil terperanga.
"Bagaimana? Apa kita--"
"Aku tak ingin menyelamatkannya."
"Haa!? Apa maksudmu!"
Neil sendiri mengenalnya, namun ia tak terlalu yakin sebab ketika ia memutuskan untuk tak kembali, Lina malah ikut kembali bersama Vall.
"Bagaimana kalau dia menghianati kita?"
"Tapi itu lebih baik daripada kita meninggalkan seseorang yang sebenarnya ingin kita selamatkan bukan?" bantah Bella.
Sesaat kemudian Neil berpikir, takkan ada habisnya bila berdebat dengan Bella dalam masalah ini, jadi ia kemudian setuju ikut menyelamatkan Lina.
"Ingat, jika terjadi apa-apa, aku tidak bertanggungjawab," ucap Neil berusaha memastikan keputusan Bella.
"Ya, jika terjadi apa-apa aku yang akan bertanggungjawab," balas Bella.
Meski begitu, Neil tetap mengerutkan keningnya, ia tahu bahwa Bella biasanya bukan seorang yang bertanggungjawab, alias itu hanya omong besarnya saja. Karena sejauh ini, yang melakukan penyelamatan dan penyusupan adalah dirinya, Bella posisinya hanya penumpang yang mengikuti sopirnya saat ini.
"Hei, kalau kita berhasil keluar darisini, kau mau apa?" ucap Neil.
"Tolong jangan bilang begitu, itu seperti mengisyaratkan bahwa umurmu tidak akan lama lagi."
"Kau pikir bisa menakut-nakutiku pada adegan fiksi yang sering kau lihat."
"Haha, ayolah Neil hanya becanda."
Bella menepuk-nepuk punggung Neil, agar ia tak memasang ekspresi marahnya ketika Bella mengatakan hal itu. Meski Neil mengatakan bahwa ia tak percaya dengan adegan fiksi, namun dalam hatinya ia masih sedikit takut, sebab apa yang ia pikirkan saat ini sudah jauh dari logikanya. Ia seperti melaju di tempat berkabut yang entah membawanya kemana.
*****