JAM sudah menunjukan waktunya. Bella mulai mempersiapkan proyek pertamanya, walau hanya dengan bersama divisinya saja.
"Kita akan mengadakan rapat di sini. Zero, bisakah kamu membelikan kami kopi dengan ponselmu? Sepertinya akan lama," pintanya kepada anak yang baru masuk divisi ini satu bulan kemarin.
"Baik," jawabnya segera, memesan kopi secara online.
"Baik, kali ini, proyek kita adalah mengadakan Catwalk. Pakaian sudah siap tinggal kita susun. Lalu, yang kita perlukan adalah model untuk pakaian yang akan kami iklankan," ungkapnya yang membuat seluruh rekannya mengangguk mengerti.
"Bagaimana dengan panitianya? Kami menjadi panitia apa?" tanya Zahra saat itu juga.
"Untuk pembagian panitia, itu bisa nanti. Tapi aku sedang memikirkan yang akan menjadi modelnya nanti," jawab Bella sambil memencet-mencet bolpoin, tanda sedang berpikir.
"Bagaimana jika menggunakan model tahun lalu?" usul Annisa.
"Bukankah akan lebih menarik jika modelnya berbeda? Kita harus lebih menarik perhatian dari tahun kemarin," jawabnya sambil menatap satu persatu rekan yang akan dia tunjuk, hingga matanya mendarat kepada sahabatnya, Nanda.
"Nanda, bagaimana menurutmu? Siapa yang akan kita jadikan model?" tanya Bella menunggu jawaban Nanda yang selalu brilian.
"Bagaimana kalau kita menggunakan artis? Itu akan menarik perhatian, bukan?" tanya Nanda.
"Artis, ya? Ah, bagaimana kalau kita menjadikan idol yang menjadi model kita? Itu akan membuat kita mudah karena mereka terdiri dari beberapa orang. Kalau Artis, kita hanya akan mengambil satu persatu paling populer, 'kan? Tidak ada salahnya dengan seorang Artis, namun idol belum pernah kita undang sebelumnya. Jadi, bagaimana menurut kalian?" tanya Bella kepada semua rekan yang menatapnya.
"SETUJU!" teriak Zero dengan penuh semangat.
"Aish, kamu semangat sekali, Zero," ucap Nanda yang menertawai tingkah malu Zero.
"Baiklah, Nanda kamu sudah masukan ide list nya, 'kan?" tanya Bella yang di jawab dengan anggukan Nanda.
"Kalau begitu, selanjutnya kita harus memilih idol tanah air ini, ya. Zero, karena kamu paling semangat tadi. Saya meminta list idol yang sekiranya cocok untuk Catwalk nanti. Sesuaikan dengan busana yang cocok dengan mereka. Zero, kamu bekerjalah dengan Annisa. Dan Nanda dengan Zahra melihat lokasinya," perintah Bella.
"Baik," jawab mereka serentak.
***
Setelah rapat, mereka bergerak lebih cepat. Mereka sangatlah bekerja keras. Mereka juga berhasil mengundang berbagai idol grup tanah air ini untuk dijadikan model Catwalk nanti.
Setelah mendapat persetujuan para model dan pembagian undangan untuk menghadiri Catwalk, kini Bella harus memberikan berkas-berkas kepada Direktur.
Bella mencari-cari Direktur saat itu, namun sayang sekali karena Pak Andre yang merupakan Direktur Divisi Grade A, mendadak pulang karena istrinya yang tiba-tiba sakit. Dan saat ini, sedang di rumah sakit.
Bella pun kembali ke ruangannya dan seluruh rekannya melihat kebingungan melihat Bella membawa kembali berkas yang harus diserahkan.
"Pak Andre tidak ada?" tanya Nanda yang menghentikan pekerjaannya sementara.
Begitupun dengan yang lainnya karena ingin mendengar apa yang akan Bella katakan.
Bella menggelengkan kepalanya sambil duduk di meja kerjanya. "Istri Pak Andre mendadak dibawa ke rumah sakit. Sepertinya penyakitnya kambuh lagi," jawabnya. Bella di sini terlihat lelah.
"Kalau begitu bagaimana? Haruskah kita menjenguk istri Pak Andre?" tanya Annisa sambil menggigit giginya.
Bella menatapnya dengan tatapan melelahkan seperti tadi. "Kita akan pergi ke rumah sakit sebentar setelah mengantarkan berkas ini kepada CEO langsung," jawabnya. Bella pergi meninggalkan seluruh rekannya terburu-buru. "Kalian siap-siap, ya. Aku tidak akan lama," sambungnya yang dibalas dengan anggukan mereka sambil perlahan-lahan membereskan mejanya masing-masing.
Bella pun berjalan sedikit berlari karena cukup sibuk. Pintu lift pun terbuka dan Bella tidak menatap ke depan karena sibuk membenarkan rambutnya.
Dia tidak sadar bahwa ada seseorang yang menatapnya tadi. Dia juga berdiri paling depan bersama wanita yang dia kenal di sampingnya dari divisi lain.
Setelah menunggu lift berjalan, secara kebetulan seluruh penumpang lift tersebut turun di lantai yang sama.
Seseorang berpamitan kepada Bella. "Sampai jumpa, Bella," katanya dengan cepat.
"Ah, iya," jawabnya.
Lagi-lagi, Bella tidak melihat seseorang dari belakang. Walaupun dia sadar ada seseorang, pasti rekan laki-laki dari divisi lain yang akan memasuki ruangan berbeda.
Namun, beberapa detik Bella akan menyentuh pintu CEO itu, seseorang dengan jari berkulit putih sampai menampakan urat hijau bermunculan, mengejutkan Bella.
"Ah, maaf. Silakan duluan. Rupanya Anda akan ke ruangan yang sama dengan saya, ya," ucapnya, setelah itu dia melihat wajah CEO perlahan. Rambutnya mengapung bersamaan dengan gerakan bahunya.
Terpampanglah wajah laki-laki tampan dan tinggi di depannya. Dia benar-benar seperti Pangeran di siang bolong. Tapi bukan itu intinya. Karena Bella, bertemu dengan orang yang sama saat di hotel waktu itu.
Bella melototkan matanya. "Ka-kamu?! Kenapa kamu ada di sini? Aish, baiklah. Pasti kamu karyawan baru di sini, 'kan? Aku tidak pernah melihatmu selama ini. Argh! Menyebalkan bertemu dengan orang gila sepertimu!" teriak Bella yang mengejutkan para karyawan lain. Mereka menatap Bella dengan rasa khawatir.
Rey pun duduk di kursi CEO dengan penuh karisma.
"Hey! Jangan duduk di sana! Pantatmu terlalu kotor untuk kursi CEO kami tercinta," ucapnya melarang Rey habis-habisan.
Rey tidak menghiraukan perkataannya. Dia hanya langsung menanyakan intinya. "Ck, Pak Andre sudah bilang kalau karyawannya akan memberikan berkas itu padaku. Aku tidak menyangka jika kamulah orangnya. Wah, Wah! Dunia ini sempit, ya, Bella," ucapnya sambil menopang dagu dengan kedua kepalan tangannya.
Mendengar hal itu, Bella merasa gugup sekali. "Hah, baiklah. Jangan membicarakannya di kantor untuk masalah itu," kata Bella yang membicarakan hal memalukan saat di hotel.
"Membicarakan apa? Ah, waktu kamu diam-diam menjadi perempuan bayaran orang tua di hotel itu, ya? Sangat tidak sesuai dengan pekerjaan dan wajahmu saat ini. Kalau orang-orang sampai tahu masalah ini, bukankah kamu akan hengkang saat ini juga dan tidak mendapatkan gaji?" kata Rey sambil mengangkat salah satu alisnya. Tidak lupa dia tersenyum menindas.
'Aish, perkataannya menyakitkan,' batin Bella. "Pak CEO terhormat, saya yakin bahwa waktu Bapak juga tidak banyak. Maka dari itu, saya ingin menyerahkan berkas yang Bapak minta dari Direktur saya. Seperti yang Bapa ketahui, saya di sini menggantikan Pak Andre untuk mengantar berkasnya. Kalau begitu, saya pamit," ucap Bella sambil membungkukan badannya sedikit dan berjalan untuk membuka pintu keluar.
Sebelum Bella benar-benar keluar dari ruangan itu, Rey memanggilnya. "Hey!" panggilnya.
Bella membalikan badan. "Apa ada yang harus lakukan lagi, Pak?" tanya Bella sambil menahan amarahnya.
"Kamu menahan emosi? Sangat kelihatan, hahaha," ucapnya yang tidak berguna dan membuang waktu Bella saat itu.
Bella pun berlari tanpa pamit. Sedangkan Rey memutar kursi kerjanya sambil menyelipkan tawa jahat kepada wanita itu.
'Dasar laki-laki licik!' batinnya dengan amarah yang hampir meledak.
Rey pun berjalan untuk melihat Bella yang berlari kencang seperti anak kecil, "Padahal ada yang ingin aku katakan dengan serius, makhluk kecil," gumamnya dengan senyuman mengerikan.