ACARA yang sakral, akhirnya selesai juga. Kini, mereka sudah sah menjadi suami istri. Hari yang melelahkan bagi pengantin baru tersebut. Terlihat, saat ini Bella sedang melepas gaun indahnya dibantu oleh beberapa pelayan wanita. Walau Bella merasa tak tega dengan gaun indah itu. Seumur hidup menggunakannya, dia pun merasa sangat cantik.
Di sela pembukaan pakaiannya, Bella melamunkan tentang orang tuanya jika hadir di sana. Bella tak bisa berkata-kata saat Simon menangis. Bella menangis walau tak sebanyak Simon. Mengharukan.
"Tapi apakah Ibu dan Ayah pantas melihatku disini? Ini pernikahan yang akan berakhir bukan dengan maut. Tapi dengan kertas yang perlu kami tanda tangani. Ayah dan Ibu semoga tidak tahu apa yang terjadi padaku," batinnya redup.
Seseorang menyadari wajah yang tiba-tiba mendung padahal di luar sangat cerah.
"Nona, kenapa Nona melamun seperti itu? Apakah kami melepasnya terlalu kasar? Atau Nona sangat tidak nyaman tadi?" katanya.
Bella membuyarkan lamunannya saat pelayan itu berbicara. "Ah, ti-tidak ada. Aku hanya lelah," elaknya.
Entah mengelak atau tidak. Lelah memang fakta. Tapi lebih lelah lagi saat Bella akan hidup dengan dia selama lima tahun. Ah, membayangkannya saja sudah mual. Demikianlah Bella membatin kembali.
Sementara itu, Rey sudah selesai dengan pakaian yang tak seribet Bella. Dia langsung menggantinya menggunakan kemeja dan celana hitam. Lengan kemeja tersebut digulung sampai ke siku. Kerah yang terbuka menampakan garing rahang dan dada yang jelas. Rambut yang dirapikan sendiri dan sedikit sentuhan parfum, tak pernah gagal memberikan jiwa yang berkharisma dan tampan.
Rey membatin, "Bella suka aku pakai baju ini atau tidak, ya? Tapi aku berasa anak kuliah lagi pakai baju seperti ini. Aku seperti pejabat saja karena terlalu sering memakai jas. Oke! Semoga Bella menyukainya."
Rey penuh harap dengan penampilan yang akan ditujukan kepada Bella. Sementata Bella menganti pakainnya dengan kaos dan jeans pendek. Lalu tas selempang di bahunya. Rambut yang diikat kuda. Bella juga menambahkan sedikit riasan di bibir dan kedua pipinya. Sangat mudah. Tapi berbeda dengan Rey. Dia tak mengharapkan apa-apa tentang reaksi Rey. Dia hanya menggunakan pakaian yang nyaman.
Drrt!
Ponsel Bella berdering. Rey menghubunginya.
"Kamu sudah siap?" tanya Rey dengan suara yang seksi.
"Ada apa dengan suaramu? Aku sudah siap. Kamu di mana?" kata Bella penuh tanya.
"Yang jelas tidak ada dihatimu," jawabnya yang membuat keduanya diam beberapa detik.
Mendengar pernyataan Rey, tidak salah juga kalau Rey tidak ada di hatinya. Tapi kenapa hal ini terasa aneh.
"Benar. Kamu tidak akan pernah ada di hati aku. Haha," jawabnya dengan canda.
Rey mengalihkan topik lagi. "Aku ada di bawah. Mau aku jemput?" tanya Rey yang berniat menjemputnya.
Bella melarangnya. "Tidak perlu. Biar aku saja kesana."
Bella pun naik lift hotel dan menuju ke bawah untuk menemui Rey.
Rey sedang menunggu di samping pintu mobil kiri dengan kaki yang dihentak-hentakan. Tangan yang masuk sakunya, serta kepala yang menengadah. Dan ketika Bella datang, Rey terkejut dengan apa yang dipakai olehnya. Bella memang cantik memakai apapun. Tapi pakaian itu membuat dirinya seperti anak SMA.
"Hey! Ada apa dengan pakaianmu? Itu sangat terbuka!" teriaknya membuat Bella enggan menutupi pahanya itu.
"Mana ada terbuka?! Ini di atas lutut, bodoh!" jawabnya sambil naik mobil dan duduk di depan.
Sementara Rey masih sibuk menutupi mulutnya dan terus tertawa. "Aish, kau ini memang beda."
Rey pun naik mobil tersebut. Membawa Bella ke rumah yang akan mereka tempati. Perjalanan membutuhkan satu jam karena rumah mereka ada di pusat kota. Dan sesuai keinginan Bella, rumah itu cukup dekat dengan tempat bekerja. Tidak ada obrolan yang seru di dalam mobil. Hanya ada ocehan Rey yang Bella dengar dari kuping kiri dan mengeluarkannya di kuping kanan. Tak pernah dua jawab. Tak pernah diperhatikan pula. Hari ini, Rey menjadi orang yang berbeda. Dia sangat aktif tidak seperti biasanya. Dia juga selalu mengatakan hal-hal tidak penting. Jelas sekali. Itu keluar dari Rey CEO selama ini.
Mobil pin berlaku pelan dan masuk ke area parkiran rumah mereka yang sangat luas. Bella tak bisa berhenti menatapnya karena rumah ini sangat mewah, besar dan elegan.
"Kemarilah, Ratuku," kata Rey. Membuka pintu. Mengulurkan tangannya untuk Bella.
Tapi Bella malah menghempas tangan Rey. Dia lebih takjub dengan rumah ini. "Rey! Apakah ini rumahmu yang lain? Besar sekali," ujarnya.
"Ini rumahmu, sayang."
"Hey! Jangan berkata seperti itu. Membuatku tidak nyaman saja!" sanggah Bella. Mengambil koper dari bagasinya. Tentu saja dibantu Rey.
Kini, Rey dan Bella masuk rumah tersebut. Ternyata di dalamnya lebih mewah dan penuh miniatur juga lukisan yang pernah Bella sebut indah. Bella tak menyangka, jika Rey memperhatikannya sedetail itu.
"Kamarku dimana?" tanya Bella.
"Ah, maksudmu kamar kita? Ini dia!" jawab Rey sambil membukakan pintu kamar tersebut.
Terdapat satu ranjang tidur besar untuk mereka. Dan juga kebutuhan Bella, ada di sana semua. Bella, lagi-lagi takjub. Tapi dia merasa tak nyaman jika harus tidur dengannya.
"Jika ada yang kamu butuhkan, tolong bicarakan padaku. Aku akan kabulkan untukmu, hahaha," tawarnya menggunakan suara Tuan dalam animasi.
"Dasar gila! Berikan aku satu ranjang solo dan kamar satu, ya. Aku tidak mau tidur denganmu," pintanya sambil menarik kembali koper dari kamar Rey.
Rey membelalakan matanya. "Bella, apa yang kamu katakan? Jika sudah menikah kita harus tidur bersama."
Bella melepas tangan Rey yang memegang pundaknya. "Tidak bisa, Rey. Ini bukan pernikahan sungguhan!"
"Aku tahu. Tapi kita sudah berjanji di depan semua orang."
"Tapi aku tidak mencintaimu, Rey!" sentak Bella yang membuat Rey terdiam dan menatap Bella dengan dingin.
Drrrt!
Sampai ponsel Rey berbunyi dan dia pun mengangkatnya, menjauhi Bella.
"Kenapa, sayang?" ucapnya kepada seorang wanita di teleponnya.
"Dan kamu pun juga mencintai orang lain, Rey," batin Bella murung.
Tak sengaja mendengar kata yang diucapkan Rey kepada wanita itu, membuatnya harus sadar diri. Dia bukan siapa-siapa di rumah ini. Bukan siapa-siapa untuk Rey. Walau keluarga Rey menyayanginya, Rey tetaplah cermin yang bertolak belakang. Keduanya, tak bisa menatap satu sama lain.
Bella pun berjalan ke dapur untuk mengambil minum di dalam kulkas. Dia mengambil air putih dingin itu. Tapi tak lekas ia minum. Dia malah melamun dengan botol yang hampir membekukan tangannya.
"Kenapa ini sakit? Jangan sampai aku benar jatuh cinta padanya. Karena jika iya, aku akan hidup terhina dan menderita," batinnya sakit.
"Sayang aku tidak bisa. Aku baru menikah dengannya. Tidak mungkin aku meninggalkannya. Tolong pahami aku kali ini. Aku akan kembali padamu. Aku janji!" ucap Rey di teleponnya.
"Aku ingin kamu menemuiku! Sebentar saja!" pinta wanita tersebut.
"Tidak bisa," lirih Rey kepadanya. Dan langsung mematikan ponselnya.
"Pergilah. Aku tidak apa-apa."