Chereads / Membenci Sebuah Janji / Chapter 23 - Diam Dan Jangan Membuat Keributan

Chapter 23 - Diam Dan Jangan Membuat Keributan

SEMUA orang terkejut saat Bella menyelak mereka. Bak petir yang mengejutkan manusia hingga terdiam takut, begitulah reaksi semua orang yang menatapnya. 

"Bella, ini tidak seperti yang kamu pikirkan," ucap Luna sambil menghampiri Bella. 

"Aku sudah mendengar semuanya." 

Perkataan Bella yang singkat membuat siapapun merasa tak tenang. Acara pernikahan jelas-jelas akan diadakan besok dan keributan terjadi sehari sebelum pernikahannya. 

Semua saudara Rey berbisik bahwa ini adalah salah Rey penuh. Mereka juga tak tahu jika Rey ternyata tidak jujur soal ini pada calon istrinya. Semua memihak Bella, walaupun tak ada perintah harus mendukung siapa. 

Namun mereka bukan pula saudara yang dapat menghabisi Rey dengan membongkar banyaknya hal yang mereka ketahui di depan Bella. Karena mereka mengerti, selebihnya bukanlah urusan mereka. 

Terpampang jelas perbedaan sikap saudara Rey sebelum ada dan tidak ada Bella. Jika sebelum Bella datang, mereka akan mencaci maki Rey. Namun tidak dengan adanya calon istri Rey tersebut, mereka meminta untuk mendengar isi hati mereka kepada Bella, yang intinya mereka tak ingin membuat pernikahan mereka gugur. 

"Aku sudah sangat mengenal keponakanku ini. Jadi kamu–" 

"Aku mengerti, Bibi. Walaupun yang aku dengar sungguh tak mengenakan. Namun akan lebih tidak nyaman lagi jika aku memperkeruh suasana karena kemarahanku. Jadi, aku hanya ingin mendengar penjelasan langsung dari calon suami Bella," papar Bella dengan senyum yang dipaksakan. 

Penjelasan Bella membuat beberapa orang lega walau tidak untuk Rey. 

"Bella–" kata Rey. 

"Dan pernikahan akan tetap digelar besok, bukan? Kalau begitu, aku ingin istirahat." 

Rey yang ingin berbicara lebih banyak, sengaja dipotong oleh Bella. Bella benar-benar muak dengan   tingkahnya. Rasanya Bella ingin membatalkan pernikahan ini. Tapi yang akan menjadi korban dari pembatalan bukan dirinya saja. 

"Baiklah. Aku akan mengantarkanmu ke kamar. Maaf karena sudah membuatmu lelah, menantuku," kata Luna. Berusaha mengantarnya ke kamar rumah ini. 

"Maksudku, aku akan istirahat di hotel. Ah, jangan salah paham. Ini bukan karena aku marah. Tapi karena pernikahan akan diadakan di sana, jadi aku ingin memperhemat waktu karena merias pengantin akan memakan waktu. Tidak apa-apa, 'kan, Bu?" 

"Ah, ba-baik. Tidak apa-apa. Kalau begitu, aku antar kamu–" 

"Aku akan berangkat bersama supir saja. Tolong persiapkan kejutan untukku Besok." 

Bella berbicara seperti itu karena ingin memecah kecanggungan dengannya. Bella tak tega melihat raut wajah kerabat Rey terutama Luna. Walaupun dia sebenarnya ingin mencabik-cabik wajah Rey sampai memperlihatkan wajah jelek Rey besok. 

Bella kesal karena raut wajah Rey tak seperti yang lainnya. Dia seperti tak merasa bersalah. Bahkan saat dia ingin berbicara padanya tadi, Bella bahkan sudah menebak bahwa Rey bukannya ingin meminta maaf. Tapi pasti ingin paling dimengerti. 

"Kalau begitu, aku pamit, ya, Bu. Bibi, aku pamit, ya." 

Tak ingin berlama-lama, Bella pun bersalam-salaman dengan semuanya. 

Lalu saat memeluk Rey, Bella berbisik. "Aku tunggu balas budimu untuk yang aku lakukan hari ini," tegasnya. "Ah, sampai jumpa besok calon suamiku," sambungnya. 

Bella berbisik dengan penuh penekanan. Namun saat itu selesai, Bella berakting kembali seperti istri yang baik. 

Rey benar-benar gugup saat menjawabnya. "Ba-baik. Sampai jumpa." 

Bella pun pergi meninggalkan mereka dari rumah itu dan sekarang menuju hotel, tempat mereka akan menikah besok. 

Bella berbohong tentang dirinya yang tak mau repot saat dirinya tak ingin tidur di rumah tadi. Membayangkannya saja sudah membuat Bella bergidik ngeri. Bella tak bisa membayangkan bagaimana mulut sumpah serapah tiba-tiba keluar tanpa diminta. 

Walaupun Bella tak ingin peduli, tapi kejadian tadi memenuhi pikirannya. Bella kesal karena Rey tak menyembunyikan rahasianya dengan baik. Bukan karena Bella ingin mendukung. Namun hal tadi hampir membuatnya tak jadi menikah. 

Sebenarnya sah saja jika Bella tak menikah dengan Rey. Itu merupakan kemerdekaan baginya. Tapi Bella akan malu jika Simon tahu semuanya. Lalu, adiknya itu cukup nekat jika soal membalas amarah yang dirasakan Bella. Bella juga takut, karena sedikit saja dia mundur dari tujuan Rey, Simon dan orang terdekatnya bisa mengalami bahaya. 

Maka dari itu, mau tidak mau, Bella harus melanjutkan drama hidup ini. Demi hutang yang akan lunas. Dan demi melindungi orang terdekat yang selama ini menyayanginya. Menurutnya, sakit sendirian tidak apa-apa. Dari pada menggusur orang lain untuk merasakan sakit yang sama karena dirinya, hanya akan membuat boomerang seumur hidup. 

"Kita sudah sampai, Non," kata supir pribadi Luna. 

Tak terasa Bella melamunkan kejadian tadi. Dan sekarang dirinya sudah sampai di hotel bintang lima ini. 

Bella menatap hotel tersebut sebelum benar-benar masuk. Dan saat sopir itu membantu membawakan kopernya, Bella pun memasuki hotel. 

Baru saja satu kaki kanannya berpijak di lantai luar, beberapa pelayan menyambutnya lebih spesial dari pada saat dirinya mendatangi hotel lain. Terlebih, mereka juga menyebut nama Bella. Sungguh jarang dialami tapi Bella yakin. Ini pasti ulah Rey. Mungkin ini wujud perminta maafan Rey, tapi Bella tak yakin. 

Bella masuk dan membalas sambutan mereka dengan senyum yang hangat. 

"Saya akan mengantarkan Anda ke kamar VIP kami," ucap salah satu pelayan hotel ini. 

Dan benar saja. Bella diantar menuju kamarnya lebih dari dua orang pelayan. Sebenarnya Bella merasa tak biasa saat belasan pelayan datang hanya mengantarkannya. Bahkan saat orang tuanya masih hidup, dia tidak pernah mendapat sambutan spesial seperti ini. 

"Terima kasih," ucap Bella. 

Setelah itu, mereka pun pergi meninggalkan Bella. Lalu, Bella pun menempelkan kartu persegi itu untuk membuka pintu kamarnya. Dan betapa terkejutnya Bella saat melihat orang lain ada di kamarnya tiba-tiba. 

Bella memutar bola matanya kesal. 

"Kenapa kamu ada di kamarku?" tanya Bella kepada Rey. 

"Bebas, dong. Kamu besok akan jadi istriku," jawabnya sambil menopang dagu. 

Bella menyimpan koper dan membuka sepatunya kasar. "Pergi! Aku mau istirahat," pintanya tanpa menatap wajah Rey. 

"Kalau mau istirahat tenang saja. Jangan pedulikan aku." 

Darah yang mendidih mulai merangkak naik sampai ke ubun-ubun. Bella tak bisa menahan amarahnya lagi. Dia menghampiri Rey sambil menarik kerah kemeja Rey dan membantingnya di kursi yang sedang Rey duduki. 

"Apakah kamu tidak mengerti kalau aku lelah?!" 

Bella berteriak dan membuat Rey terkejut sampai menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang dilakukan Bella. 

"Kamu sungguh menakutkan, Bella," celetuknya. 

Bella menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menyeringai. "Kalau begitu, cepat pergi dari sini sebelum pisau aku tancapkan ke matamu!" 

"Ada apa denganmu, Bella? Kamu tak biasanya seperti ini?" tanya Rey lembut dan heran. Dia juga sempat memegang tangan Bella dan Bella hempas. 

"Ada apa maksudmu? Kamu ini bodoh atau pura-pura, sih? Kamu tidak tahu letak kesalahanmu, ya!" 

"Bella, apakah kamu cemburu?"