Dalam sebuah mobil berjenis Range Rover Sport itu, Dom dan Avery melaju untuk menuju ke kediaman Alastor. Dom mengendarai mobil dengan wajah seriusnya. Ia menembus salju dan udara dingin dengan mobil gagah yang memiliki roda berantai untuk menaklukkan medan yang penuh salju berkilauan.
Rombongan penyihir dan beberapa pengawal Dom mengikuti kecepatan mobil yang melaju dari arah belakang dengan kuda mereka masing-masing.
"Kita seperti akan pawai atau semacamnya," gumam Avery sambil menatap ke arah kaca spion miliknya. Ia kerap melihat beberapa serigala diantara pepohonan yang mereka lewati sejauh ini. Para serigala yang bersembunyi diantara pepohonan itu pun berlari untuk mengimbangi kecepatan mereka.
"Ini belum seberapa, tunggu sampai pasukan khusus pack dapat mengejar kita. Leah dan kembar tiga bersama kelompok khusus sedang mengikuti kita dan menjaga jarak aman. Aku sudah memerintahkan mereka untuk berjaga-jaga dan mendukung kita jika terjadi sesuatu yang mungkin tak kita inginkan," jelas Dom.
"Benarkah? Apakah perlu?" tanya Avery.
"Sangat perlu, karena ini berhubungan dengan kaum sorcerer. Aku membawamu ke sana karena aku masih menghormati keluarga mendiang ibumu. Selain itu, kau juga memang perlu untuk menemui keluargamu yang masih ada. Jangan terlalu kecewa atau terkejut jika penyambutan mereka nanti tak sesuai dengan ekspektasimu, Sayang." Dom menatap Avery dengan serius.
"Kita akan segera kembali ke kediamanku jika, aku tekankan lagi ... jika mereka tak menerimamu. Kau yakin sudah siap untuk menghadapi segala kemungkinan terburuknya, bukan?" tanya Dom.
Avery membasahi bibir bawahnya dan mengangguk. "Aku siap. Aku akan menghadapi apapun itu nanti, asal kau selalu bersamaku," ucapnya.
"Bagus, Sayang. Dan tentu saja aku tak akan meninggalkanmu, aku akan selalu mendampingimu." Dom membelai sejenak wajah Avery. Ia kemudian mengerutkan alisnya saat melirik sekilas Maverick yang melaju di sampingnya dengan mengendarai kudanya. "Aku tak menyukainya," geram Dom rendah. Avery yang mengerti maksud Dom hanya tersenyum kecil.
"Mengapa ia menyebutmu pengantin sementara ia tahu bahwa kau berada di sampingku. Apakah ia bahkan tak berpikir jika wanita secantik dirimu sudah ada yang memiliki?! Apa ia tak bisa mengira-ngira itu? Dasar arogan sombong," gumam Dom. Avery hanya tersenyum geli.
"Kau senang? Kau bisa tertawa? Apa kau senang mengetahui fakta bahwa kau dapat dengan mudah mempesona para kaum cantik berambut panjang itu?" protesnya.
"Dom ... kau sungguh tak sopan. Kaum berambut panjang yang kau maksud itu adalah kaum keluargaku juga. Dan mengapa kau menyebut mereka begitu?"" tanya Avery.
"Yah, para kaum sorcerer entah pria maupun wanitanya kebanyakan berambut panjang, dan andai kau tahu ... mereka memiliki wajah bersinar yang lembut, sangat cantik baik itu pria maupun para wanitanya."
"Benarkah? Sepertiku?" tanya Avery.
Dom tergelak. "Oh, please ... apa kini kau sedang membanggakan dirimu sendiri? Kau berbeda, Sayang ... tentu saja kau lebih spesial. Kau adalah perpaduan antara cantik dan seksi," ucap Dom sambil mengerling.
"Oh, hentikan ... kau sekarang sedang menggodaku, bukan?" balas Avery sambil tertawa.
"Aku serius, kau sudah melihat sendiri kaum kami. Cantik, berlekuk, tampan, panas, dan seksi. Kami adalah gambaran perwujudan kaum eksotis yang sensual dengan tubuh indah yang menggoda. Kami memang diciptakan untuk membius dan menggoda siapa pun dengan paras dan tubuh kami. Sedangkan kaum sorcerer adalah penggambaran dari sosok lembut, cantik, dan bersinar. Seperti peri dan semacamnya yang begitu menawan. Kau tahu ... seperti yang ada di gambaran dongeng-dongeng, para pangeran dan putri kerajaan yang lemah lembut atau semacamnya. Itulah kaum dari para sorcerer, Sayang. Kami adalah kaum liar 'panas' dan sorcerer adalah kaum 'lembut'," jelas Dom.
"Benarkah?" Avery membulatkan kedua matanya dan menatap Dom dengan intens.
"Benar, coba kau bayangkan ... kau yang begitu cantik, lembut dan menggoda, berpadu dengan aku yang yang begitu seksi, liar dan panas, kau tentu dapat menggambarkan akan seperti apa anak-anak kita nanti, bukan?!" tanyanya sambil menggoda Avery.
Avery mengerjap dan merona. "Oh, ya ampun, Dom! Kau terlalu arogan!" Avery tergelak sambil memalingkan sedikit wajahnya.
"Itulah aku, Sayang ... kenyataannya pria tampan yang seksi dan liar ini adalah pasanganmu. Kau tak perlu malu untuk mengakuinya. Mengakui bahwa suamimu begitu mempesona," balasnya.
"Oke ... tentu, tentu ... aku tak meragukan itu. Karena sudah seharusnya pria tampan, berotot, dan seksi sepertimu menjadi milik seorang wanita cantik dan spesial sepertiku, bukan?" goda Avery membalas ucapan Dom. Sedetik setelah mengatakan hal tersebut, ia kemudian merona dan bergidik. "Ah, sial! Mengapa begitu menggelikan! Aku merinding dengan ucapanku sendiri," gumamnya.
Dom membelalak tak percaya mendengar ucapan sombong Avery dan tergelak setelahnya. "Kau! Gadis sombong!" balasnya kemudian dengan tertawa renyah.
Pemandangan hangat dan penuh dengan tawa itu tak luput dari perhatian Maveric yang mengikuti laju mobil Dom. Ia merasa tak suka saat menatap Dom dan Avery yang sedang bercengkerama dan tertawa bersama di dalam benda besi konyol yang menggelikan itu!
Maveric memicingkan kedua matanya setiap kali Dom meliriknya dengan sedikit senyum samar yang menghiasi wajahnya. Ia merasa pria beast itu sengaja melakukannya untuk memprovokasinya. Terlebih, ketika ia melajukan benda manusia itu untuk mempercepat laju kendaraannya.
"Dasar kaum beast rendahan," geramnya.
Ia mengarahkan telapak tangannya setiap kali ada beberapa batu maupun pohon yang menghalangi laju kuda yang sedang ia pacu. Ia akan merobohkan dan menghancurkan rintangan yang ada di hadapannya.
Beberapa ledakan dan robohnya pohon yang dilakukan Maveric membuat Avery sedikit tersentak. Ia refleks menatap Maveric dari jendela di sampingnya.
"Dasar tukang pamer! Jangan kau perhatikan, Sayang. Ia sengaja melakukannya untuk menarik perhatian," ucap Dom. Sejurus kemudian, Dom menginjak pedal gasnya dalam-dalam untuk lebih mempercepat laju kendaraannya.
"Dom, kecepatan kita sudah lebih dari 100 km per jam!" protes Avery.
"Jangan khawatir, Sayang, aku pengemudi profesional," ucap Dom santai.
Avery membulatkan kedua bola matanya. "Oh, dasar pria!" gumamnya. Tak ingin terjadi sesuatu, ia kemudian mengayunkan kedua tangannya dan seketika cahaya biru tipis menyelimuti mobil mereka. Ia memasang pelindung pada area mobil.
"Apa yang kau lakukan? Apa kau takut?" tanya Dom geli.
"Ya, aku takut dengan kecerobohanmu. Apa kau akan mencelakakan kita berdua?! Walau tak akan ada polisi di sini yang akan menilangmu, tapi seharusnya kau tetap mematuhi dasar-dasar dalam berkendara! Kau harus taat ketika mengemudi di mana pun!" protesnya.
Dom tertawa renyah. "Oh, Sayangku yang menggemaskan! Ini adalah Anima. Kau tak akan mendapati polisi ataupun tiket tilang di sini. Kau akan terkejut jika nanti Warick membawamu terbang. Di sini kecepatan terbang para naga dan pegasus bahkan lebih cepat dari laju kita sekarang ini. Dan jangan khawatir, Sayang, kalaupun terjadi benturan atau ledakan sekalipun, hanya dalam waktu sedetik saja aku dapat segera melompat dan menyelamatkanmu. Aku tak hanya gesit dan pandai berguling di atas ranjang saja, percayalah," godanya sambil mengerlingkan matanya.
"Dom!!" balas Avery gemas.
Perjalanan mereka selanjutnya dilalui oleh gurauan dan percakapan-percakapan menyenangkan yang membuat Avery ringan. Dom sengaja menciptakan suasana yang menyenangkan agar Avery tak terlalu tegang dalam perjalanannya untuk menemui keluarganya.
____****____