Tangisan itu kembali tumpah di pipi Jeni. Ia dan Dewi segera membalikan badan lalu pergi meninggalkan tempat itu.
Langkah yang cepat itu sudah Wili kejar dan coba menahannya. Namun Wili gagal. Jeni dan Dewi segera masuk ke dalam mobil, kemudian dengan cepat Dewi melajukan ke daraan roda empat itu tanpa perduli dengan Wili yang berusaha menahannya.
"Kita sudah dengar bersama-sama, Dew. Semuanya sudah jelas. Mas Wili memang bersalah. Dia sudah jahat membuat mamahku tiada," lirih Jeni berbicara dengan suara isak tangis di dalam dadanya. Air matanya begitu deras mengalir di pipi Jeni. Ia tak bisa lagi membendung kesedihan saat semua masalah telah jelas.
"Sabar ya, Jen. Kamu harus kuat." Dewi menanggapi sambil fokus ke jalan raya.
"Aku tidak tahu akan kuat apa tidak. Nyatanya, Mas Wili telah mengakui kesalahannya." Jeni manutup wajahnya dengan sebelah telapak tangannya. Ia begitu terpukul kali ini.
"Jen, kita mampir dulu ke penjual martabaknya ya." Dewi memberi saran.