Saat Rafael pertama mendekat dan menciumnya, Luna sebenarnya sudah merasa ingin meledak. Betapa dia sungguh merindukan sentuhan pria ini lagi. Apalagi saat dirinya dalam keadaan bingung seperti ini. Saat dia tak tahu arah dan butuh sandaran.
Namun walau begitu dia tahu kalau ini tidak benar sama sekali. Dan dari segala alasan mengapa dia harus menolak Rafael, dia sadar kalau ini bukanlah ciuman penuh cinta seperti sebelumnya. Justru ini menunjukkan betapa Rafael telah semakin berubah menjadi menakutkan karena dendam di dalam hatinya.
Maka Luna menahan dadanya.
"Kenapa? Bukankah tadi artinya kamu setuju untuk menjadi budakku? Kamu bilang akan melakukan apa saja?"
Dia protes dengan deru napas yang terburu-buru. Yang sayangnya bukan karena dia bergairah seperti biasanya saat mereka berciuman, melainkan karena dia memang tengah dikuasai oleh emosi yang meledak-ledak
"B-Bukan." Luna tak tahu harus bilang apa. "Bukan begini maksudku—"