Chereads / The Beauty's Revenge / Chapter 29 - Never be Apart

Chapter 29 - Never be Apart

Chelsea berdeham agar Alder tidak memperpanjang pembicaraan mereka lagi.

"Maaf, aku sama Alder pamit pulang," kata Chelsea.

"Chelsea buru-buru sekali. Oh iya, apakah nanti kamu mengundangku ke nikahan kalian?" tanya Paola tersenyum miring.

"Jelas aku akan mengundang kamu, Paola. Kamu idola aku, semoga kamu bisa datang," kata Chelsea.

"Aku pasti datang kalau kamu mengundang aku, Chelsea," balas Paola.

"Iya nanti aku akan kirimkan undangan kami," kata Chelsea.

"Hmm, soal mempromosikan brand kamu memang tugasku dan kakek Alder sudah mempercayakan padaku. Aku nanti dua hari akan melakukan pemotretan baju-baju desain kamu, Chelsea. Aku harap tidak menganggu persiapan pernikahan kalian," balas Paola.

"Oh iya, nanti aku infokan pada para pegawai aku dan aku akan memantau mereka agar hasil fotonya tidak jelek saat kamu memakai baju desainku," kata Chelsea.

"Iya tolong kamu pastikan semuanya. Kalau tugasku, hanya bisa bergaya saja," balas Paola sambil tertawa kecil.

"Iya, Paola. Aku tahu kok. Tenang, aku akan membuat baju yang pas dan juga oke pas kamu pakai," kata Chelsea.

"Iya aku percaya karya kamu akan segera popular," balas Paola.

"Iya, apalagi modelnya kamu," kata Chelsea membayangkan karyanya akan dikenal di mana-mana.

"Kita izin pamit, Sayang. Kasihan Paola mau beristirahat," tegur Alder.

"Santai aja, Alder. Tidak apa-apa kok, kita mah satu frekuensi," kata Paola.

"Iya benar kita satu frekuensi," timpal Chelsea cekikan.

Jayden menatap Alder dan kekasihnya dengan sorot kagum.

"Iya satu frekuensi," kata Alder.

"Kekasihku sudah mulai tidak baik suasana hatinya. Sampai jumpa nanti lagi, Paola. Nanti berkabar aja kalau perlu apa," pamit Chelsea.

"Iya tenang," balas Paola.

"Kami pamit. Terima kasih," kata Alder.

"Sama-sama," balas Paola.

"Terima kasih sudah menjenguk Paola," kata Jayden.

"Sudah kewajiban kami menjenguk. Nanti kalian bisa berpikir kami tidak memikirkan kalian," balas Alder.

"Kamu bisa aja," kata Jayden.

Mereka keluar dari apartemen Paola diikuti para pengawal dan asistennya. Raut wajah Paola berubah datar setelah mereka pergi. Dia melihat ponselnya dan mengirim pesan pada seseorang yang dia kenal bisa am buat dia senang.

"Paola mau menghirup udara segar?" tanya Jayden.

"Ayo kita keluar, aku ingin ke taman sekali-sekali," ajak Paola.

"Taman kota?" tanya Jayden.

"Iya taman kota, jadi tetap naik mobil dan kita bisa makan es krim di dalam mobil," jawab Paola semangat.

"Boleh juga," kata Jayden.

"Oke aku ambil tas dulu, terus kita pergi," balas Paola.

"Iya aku juga mau ambil dompet dan ke toilet dulu biar tidak kebelet nanti," kata Jayden.

***

Chelsea dan Alder baru sampai lobi. Mereka dibukakan pintu oleh asisten Alder. Tiba-tiba Alder terkejut saat melihat di kakinya ada yang melempar sebuah kaleng. Semua pengawal mencari tahu siapa yang berani melempar tuan mereka. Alder menunduk mengangkat kaleng tersebut, dia melihat ada sebuah surat.

"Sayang, ada isi apa di dalamnya?" tanya Chelsea khawatir.

"Mari kita lihat," balas Alder.

Alder menarik surat tersebut keluar dari kaleng. Dia membukanya dan mengangkat sebelah alisnya.

"Isinya apa, Sayang?" tanya Chelsea.

"Ancaman bodoh. Tidak usah dipikirkan," jawab Alder.

"Biarkan aku melihat," mohon Chelsea.

"Lihat saja," balas Alder memberikan surat yang telah dia lihat.

Chelsea melongo kaget. Dia lihat tulisan di kertas itu berwarna merah. Dia menatap tulisan tersebut dan menjadi ketakutan.

"Sayang, aku takut. Apakah mereka bisa merusak pernikahan kita?" tanya Chelsea.

"Sayang, tenang. Semua ini akan aku atur dan aku juga akan melakukan penjagaan ketat baik sebelum pernikahan kita ataupun sudah, yang penting kamu jangan pernah meninggalkan aku," jawab Alder.

"Tuan, maaf kami tidak tahu siapa yang melempar," kata Harry.

"Harry, cek kamera di apartemen ini. Saya sangat yakin musuh kita sangat dekat, bisa dibilang musuh di balik selimut," balas Alder.

Alder lalu masuk ke dalam mobil bersama Chelsea. Mobil mereka meninggalkan apartemen Paola.

***

Paola yang berada di apartemen sudah memakai tasnya. Dia tersenyum melihat ponselnya.

"Takutlah terus, Chelsea. Aku ingin buat kamu gila sampai kamu tidak sanggup lagi berdampingan dengan keluarga Bowie," gumam Paola sambil tertawa terbahak-bahak.

"Paola, apa yang kamu tertawakan sampai begitu?" tanya Jayden sambil mengernyitkan dahinya.

"Sudah, jangan banyak tanya. Mau pergi tidak? Sudah ke toilet?" tanya Paola.

"Sudah," jawab Jayden.

Mereka keluar dari apartemen menuju lobi menggunakan lift. Di dalam lift, segerombolan wanita membicarakan tentang Alder dan kekasihnya.

"Iya perempuan kayak begitu tidak pantas bersama keluarga Bowie, paling menumpang tenar ajah. Buktinya lihat pakai model papan atas segala buat promosikan produk-produk desainnya yang biasa aja. Aneh banget," kata Livy.

Paola memakai jaket saat ini sehingga tidak ada yang mengenalinya. Paola tersenyum licik.

"Chelsea, orang-orang sudah tahu bahwa kamu tidak pantas dan tidak berprestasi sama sekali. Hanya karena akan berdampingan dengan keluarga Bowie membuat kamu popular, tapi lihat nanti roda akan berputar. Alder kekasih kamu akan berada di bawah kakiku segera," gumam Paola sambil mengepalkan tangannya.

Pintu lift terbuka, mereka sampai di lantai lobi. Jayden merangkul Paola sambil melihat para wanita yang hobi menggosip.

"Para perempuan tadi tidak punya kerjaan kali, hobinya membicarakan orang lain," kata Jayden.

"Kamu tidak bisa masuk obrolan mereka karena kamu tidak sefrekuensi, jadi tidak akan pernah bisa menjadi bagian mereka. Kayak aku aja, kadang tidak cocok sama kamu," balas Paola.

"Iya, tapi kamu tidak pernah gosip yang tidak kamu ketahui. Tahu apa mereka tentang keluarga Bowie, kenal dekat aja enggak," kata Jayden.

"Kenal dekat pun kalau bisa tidak usah keluarga menjijikan itu," balas Paola.

Jayden menggeleng-gelengkan kepala saat mendengar ucapan kebencian dari Paola. Mereka sampai di lobi mobil mereka terparkir. Jayden mengecek ponselnya, dia melihat apa yang dilaporkan oleh asisten papanya lalu menatap ke samping di mana Paola masuk ke dalam mobil.

"Paola, apa lagi rencana kamu? Kamu selalu saja bikin aku takut kamu akan mendapatkan balasan," gumam Jayden.

"Jayden, masuk. Mau sampai kapan di luar?" tanya Paola.

Jayden masuk ke dalam mobil. Mereka menggunakan sopir.

"Iya ini sudah masuk," jawab Jayden.

"Kamu kenapa aneh banget sih?" tanya Paola.

"Paola, kamu jangan lagi mencoba mau membalas dendam pada keluarga itu. Mereka pelan-pelan akan tahu siapa kamu," tegur Jayden.

"Cukup, Jayden. Jangan menasihati hal yang tidak penting dan bukan urusan kamu. Kamu memang selalu tidak bisa menjadi bagian dalam rencanaku," kata Paola.

"Paola, bukan begitu," balas Jayden.

"Sudah, jangan bicara. Aku muak," kata Paola.

Jayden terdiam dan berpikir sendiri melihat Paola yang susah untuk dia kasih tahu. Paola menatap ke luar jendela dengan perasaan sedikit berbunga-bunga.