Pagi-pagi sekali di sebuah rumah sakit ternama, seorang pria terbangun ketika mendengar suara derit pintu. Dia melihat suster yang membawakan bubur hangat tersenyum ke arah Chelsea.
"Sayang, makan dulu yuk. Kamu pasti sudah lapar," kata Alder mengambil mangkuk berisi bubur hangat.
Chelsea menerima suapan makanan dari Alder. Dia mengunyah dengan pelan menikmati rasa bubur yang sebenarnya tidak terlalu enak.
"Sayang, aku sudah kenyang," kata Chelsea.
"Belum habis ini. Kamu harus habiskan biar sehat," balas Alder.
Alder kembali menyuapkan bubur ke mulut Chelsea hingga habis. Tiba-tiba ponsel Alder berdering, dia melihat ada pesan dari asistennya langsung membacanya.
"Kurang ajar. Berani sekali dia melawan seorang Alder Bowie," gumam Alder.
Alder meminta asistennya untuk mengatur rapat bersama Paola, tapi dia tidak mau sampai Chelsea tahu.
"Selamat pagi, Tuan dan Nyonya. Bagaimana kabarnya?" tanya James menatap Chelsea yang sudah duduk.
"Baik, Dok," jawab Chelsea tersenyum ramah.
Dokter menjelaskan bahwa Chelsea sudah boleh pulang nanti sore membuat perempuan itu tersenyum lebar. Akhirnya dia sudah diizinkan pulang.
"Terima kasih, Dok," kata Alder.
"Sama-sama," balas James.
Dokter keluar dari ruangan itu setelah berpamitan. Alder langsung melakukan panggilan video ke orang tua Chelsea.
"Nak, ada apa?" tanya Natasya.
Alder memberitahukan tentang kabar Chelsea yang sudah boleh pulang nanti sore membuat senyum mereka di bibir Natasya dan Christo. Mereka sangat bersyukur putri mereka sudah diizinkan untuk pulang.
"Alder, kami akan menyusul ke sana," kata Christo.
"Pa, tidak usah ke sini. Nanti kita bertemu di rumah saja," tolak Alder.
"Kami ingin menjemputnya. Dia itu putri kami, jadi wajar kalau kami ingin menemuinya," balas Christo.
"Baiklah, Pa. Aku ikut saja mau kalian," kata Alder lembut.
Alder menatap ponselnya. Dia melihat ada pesan masuk dari asistennya yang berisi bahwa Paola sudah datang mengangkat sudut bibirnya.
"Kali ini aku akan membuat kamu mengakui kejahatanmu, Paola," gumam Alder.
"Sayang, kenapa kamu melamun?" tanya Chelsea.
Alder menatap kekasihnya. "Ini ada panggilan rapat sama klien dari asistenku," jawab Alder.
"Kamu pergi saja, Sayang. Tidak apa-apa," balas Chelsea lembut sambil membelai lembut pipi kekasihnya.
"Kamu nanti aku tidak antar pulang dong," kata Alder.
"Orang tuaku sama pengawal kita nanti menemani," balas Chelsea.
"Iya, Sayang. Ya Sudah aku pergi dulu ya," pamit Alder.
"Iya hati-hati, kabarin aku. Semangat ya kerjanya, semoga lancar," kata Chelsea.
"Iya, Sayang. Kamu juga jaga diri," balas Alder.
Alder keluar dari ruangan rawat kekasihnya. Dia menuju mobilnya sambil menelepon assistantnya. Telepon tersambung.
"Iya, Tuan," kata Harry.
"Perempuan itu datang bersama pengawalnya juga dan bukti-bukti sudah ada?" tanya Alder.
"Argh, Tuan—"
Tiba-tiba suara Harry menghilang dan digantikan suara seorang perempuan.
"Hai, Alder. Dengar suara rintihan asistenmu? Kamu tidak akan bisa membuktikan apa pun," kata perempuan di seberang sana.
"Paola, apa yang kau lakukan, hah?! Sebentar lagi kakekku akan tahu kegilaan kamu," kata Alder.
"Iya mari kita lihat dan kamu lihat sendiri nanti," balas Paola cekikan.
Telepon dimatikan membuat Alder mengumpat kesal.
"Apa-apaan ini? Kenapa dia bisa berbuat yang tidak-tidak di perusahaanku?" gumam Alder mengepalkan tangannya.
***
Di perusahaan Bowie, Arga datang dan masuk ke perusahaan sambil menggedor pintu ruangan Alder. Dia berkejut melihat Paola yang menangis dipojokan dan berteriak histeris. Dia juga melihat Harry yang merupakan asisten cucunya babak belur.
"Maaf. Tuan Alder punya asisten mau menyentug Paola," kata Jayden.
Arga melangkah ke arah Paola. "Kita ke dokter ya, Nak. Apa yang telah dilakukan asisten cucuku?" tanya Arga.
"Kakek, maaf. Ini semua aku juga tidak menginginkannya. Alder menyuruh saya ke sini untuk rapat, tapi dia tidak ada, lalu si Harry itu memegang pahaku dan Jayden tidak terima. Dia membalas Jayden. Aku sudah berteriak, tapi pintu terkunci tadi," jawab Paola.
Arga menatap Harry yang sudah pingsan. Dia memanggil pengawal untuk mengangkut Harry ke rumah sakit terdekat.
"Kamu berdiri dulu, Nak. Kakek bantu," kata Arga merasa kasihan dengan gadis di hadapannya.
Jayden membantu membawa Paola ke kursi. Dia sangat trauma dengan apa yang terjadi.
"Kakek, terima kasih. Kakek kalau tidak datang mungkin Jayden akan memukul pria kurang ajar tadi sampai mati," kata Paola.
"Iya, Nak. Kalau memang dia kurang ajar seperti itu, matikan saja," balas Arga.
"Kakek, aku tidak tega. Maaf sudah bikin kegaduhana," lirih Paola.
"Tidak apa-apa, Nak. Maafkan saya juga, ini benar-benar memalukan. Kita ke dokter sekarang ya," kata Arga.
"Tidak usah, Kakek. Aku akan mengobati nanti ketika sampai apartemen sama Jayden," lirih Paola.
Semua orang tiba-tiba terkejut ketika melihat ke arah pintu. Nereka melihat Alder yang terlihat rahangnya mengeras dan berjalan mendekati Arga, tapi tanganya sudah mau melayang ke arah Paola dan langsung ditangkis oleh Arga.
"Kakek jangan percaya sama perempuan ular seperti dia!" teriak Alder menunjuk Paola.
Arga menatap Paola yang terkejut dan sedih membuat dirinya iba.
"Hentikan, Alder. Kakek tidak mengajarkan kamu menghajar perempuan. Kamu ada bukti apa bilang dia ular?" tanya Arga.
"Bukti? Aku memilikinya, di mana Harry?" tanya Alder.
"Harry diantarkan ke rumah sakit. Dia melakukan perbuatan tidak baik pada Paola," jawab Arga.
"Pelecehan apa, Kakek? Kakek percaya begitu saja sama perempuan ini?" tanya Alder.
"Tuan, lebih baik saya mengantarkan Paola pulang sebelum cucu Tuan menambah rasa sakit hati Paola," pamit Jayden menatap tajam Alder.
"Sakit kamu bilang? Lebih sakit kekasihku yang sekarang di rumah sakit karena ulahmu," ejek Alder.
"Aku tidak akab pernah mencelakakan kekasih kamu. Kamu benar-benar tidak tahu diri," kata Paola terisak.
"Sudah, Nak. Kamu pulang saja. Kakek saja yang urus cucu yang mengila-gilai kekasihnya," perintah Arga.
"Aku pamit, Kakek. Sampai jumpa nanti lagi," pamit Paola.
"Iya, Nak. Sampai jumpa. Maafkan kejadian yang menimpa kamu," kata Arga.
"Kakek jangan percaya sama wanita gila itu," kata Alder.
"Diam, Alder. Kakek pusing melihat hal yang terjadi pada kamu dan kekasih bodoh kamu itu yang selalu bodoh," tegur Arga.
"Kakek tidak bisa mengatai kekasihku seperti itu dan aku bisa membuktikannya, tapi sekarang apa yang telah dilakukan wanita gila itu hingga asistenku masuk rumah sakit?" tanya Alder penuh amarah.
Paola sudah keluar dari ruangan Alder. Semua karyawan berbisik ketika melihat Paola, sang model papan atas yang terlihat kacau.
"Jayden, aku sangat takut sekali. Dia menyentuhku," kata Paola sambil menangis tersedu-sedu.
Jayden memeluk Paola. Begitu sampai mobil, dia langsung menyuruh Paola berbaring di bahunya. Suara tangisan mulai menggema ketika Paola menangis tersedu-sedu hingga membasahi pakaian yang dikenakan Jayden.
"Tidak apa-apa," kata Jayden mengusap lembut bahu Paola.