Chereads / DIVE INTO YOU / Chapter 22 - SAMA-SAMA GUGUP

Chapter 22 - SAMA-SAMA GUGUP

27/6/22

Happy Reading

***

"Silahkan masuk, Nona." Mor membungkuk dengan sopan, mempersilahkan Laya masuk terlebih dulu kedalam kamar yang sudah disediakan.

"Terima kasih." Laya berjalan memasuki kamar diikuti Mor dari belakang. Ia menghela napas panjang saat melihat ranjang yang ukurannya king size itu. 

Hemm, apa yang harus kulakukan setelah ini? 

Laya mengelus dadanya yang berdebar sangat cepat. Setelah ada di dalam kamar ini, entah mengapa, tiba-tiba saja ia merasa tidak yakin melanjutkan semua.

Ragu pasti tapi …

Jika ia berhenti disini, bagaimana dengan keadaan Vihan nanti? Bagaimana dengan biaya operasi Vihan? Bagaimana dengan semua biaya rumah sakit Vihan? Bagaimana cara membayar semua tunggakannya jika ia menyerah sampai disini? 

Hishhh! 

Menyebalkan sekali!

Masih ada kesempatan untuk pergi, La!!

Tapi, bagaimana dengan Jarvis? 

Pasti Jarvis akan sangat-sangat membencinya karena setelah semua kesepakatan yang sangat panjang itu, tiba-tiba saja ia yang membatalkan janji dan tidak memenuhi tanggung jawabnya.

Apa yang akan dikatakan Jarvis nanti?

Lagi pula ia bekerja disana. Kalau dipecat? Mau mencari kerja dimana lagi? Pasti semua perusahaan akan menolaknya karena sebelumnya pernah bekerja di Isamu Grup. 

Huh, padahal sejak awal Jarvis sudah menanyakan keyakinan dan kesanggupannya berulang kali.

Oke!

"Aku bukan pengecut, oke!!" Laya berteriak dalam hati, menyakinkan lagi dirinya. "Walau ini sesuatu yang tidak ku inginkan dan paling kubenci di dunia ini tapi aku yang harus bertanggung jawab untuk melakukannya. Oke! Jangan goyah, La!! Semangat!!." 

Laya mengepalkan tangannya. Semangat, La!!

Kau hanya butuh waktu sembilan bulan untuk melunasi hutangmu dan melayani Jarvis!! Yakinlah, Jarvis bukan orang jahat, oke! Jarvis akan memperlakukanmu dengan baik!!

"Nona Laya, Anda suka kamarnya?" 

Ehh?! 

Laya berbalik badan. Kedua tangannya yang tadi digunakan untuk mengerat-ngerat di pagar balkon ia lepaskan. 

Ahh, ternyata Mor masih disini. 

"Suka, Pak." Laya tersenyum penuh rasa hormat. "Ini sangat nyaman."

"Syukurlah." Mor tersenyum lega. Sebab sejak masuk kemari, wajah Laya terlihat tidak nyaman dan sangat gusar. "Adakah sesuatu yang Anda butuhkan, Nona Laya?"

Laya menggeleng. Selain ketenangan hati, memang tidak ada yang dibutuhkannya saat ini.

"Atau Anda ingin makan sesuatu?" Mor bertanya lagi. "Saya akan memesankan makanan atau membelikan snack kesukaan Anda." 

Laya menggeleng sungkan.

"Atau mau minum sesuatu?" Sampai Tuan Jarvis kembali dari rapatnya, sudah menjadi tugas Mor untuk melayani segala sesuatu kebutuhan Laya dan selalu membuat gadis ini merasa nyaman dan tenang dalam segala situasi dan keadaan apapun.

"Terima kasih, Pak." Laya berjalan ke arah Mor lalu menepuk lengan dengan penuh rasa hormat. "Tidak perlu repot-repot."

"Hemm, baiklah, Nona." Mor membungkuk dengan sopan. "Kalau Anda membutuhkan sesuatu jangan sungkan-sungkan untuk menghubungi saya, Nona." Ibu jari Mor menunjuk pada pesawat telepon yang ada di nakas. "Tekan nomor 3, itu akan tersambung dengan saya."

"Iyaaa." Laya mengangguk mengerti. "Sekali terima kasih, Pak."

Mor mengangguk. "Baiklah kalau—"

"Ehh, Pak, maaf." Laya buru-buru memotong ucapan Mor. "Pak Mor, tahu tidak Bos Jarvis selesai rapat jam berapa?" 

"Maaf, Nona. Kalau itu saya tidak tahu."

"Ohhh, baiklah." Laya menghela napas panjang. Ia melihat jam yang ada di tangannya. Pukul setengah 10 malam.

"Ada lagi, Nona?"

Laya menggeleng. "Pak Mor boleh keluar sekarang. Terima kasih." 

Mor mengangguk dan ia pun undur diri. 

Hanya tinggal Laya seorang diri dikamar ini, menunggu kedatangan Jarvis Isamu.

Jujur, dari dalam hati Laya, ia berharap jika Jarvis tidak akan datang. 

Tapi, tidak mungkin, sih!

*

*

*

Jarvis mengetuk-ngetuk bolpoin di atas meja. Malam ini, ia tidak bisa berkonsentrasi penuh mengikuti rapat sejak tadi. 

Ada banyak hal yang dipikirkannya, salah satunya adalah tentang bagaimana caranya bercinta dengan seorang wanita dan yang membuatnya kepikiran sampai membuatnya sedikit stres menuju tertekan adalah wanitanya masih perawan.

Haishh! 

Mana belum punya pengalaman apa-apa lagi?! Dan, lagi ia sama sekali belum pernah menonton video porno atau film dewasa yang punya rating 21++. Paling hot film yang pernah ditontonnya adalah film Memories Of Geisha dan yang lebih hot lagi … eum, apa, yaa? Yang jelas ada lah dan ia pun belum pernah nonton film dewasa yang sampai ada adegan seks yang berlebihan atau yang sampai telanjang bulat-bulat.

Belum pernah sama sekali, sebab selera filmnya bukan yang seperti itu.

Huhhh, padahal usianya sudah mau 30 tahun! Tapi untuk semacam seks dengan wanita dia belum tahu sama sekali dan belum pernah. 

Hemm, yang lebih parahnya lagi ia tidak pernah melihat dengan jelas lekuk tubuh wanita yang polosan itu seperti apa.

Aneh, kan?! 

Sialan!!

Jarvis memijat pelan kepalanya yang tidak pusing. Mata indahnya hanya berkedip-kedip lepas saat melihat berkas-berkas yang ada di depannya dan telinganya yang selalu on point dan fokus untuk mendengarkan segala sesuatu yang sedang disampaikan oleh para investornya pun, tidak bisa digunakannya dengan baik. 

Di tengah-tengah rapat yang amat sengit ini …

Kelima indranya sedang berfantasi, kelima indranya sedang berimajinasi dan kelima indranya sedang travelling keliling dunia …

Maksudnya, dunia dimana ia menjelajahi tubuh indah seorang wanita dan untuk pertama kalinya, ia akan bercinta dengan seorang wanita. 

Dan, apakah setelah ini, ia akan menjadi pria sejati? Apakah ia akan menjadi pria seutuhnya pria yang sesungguhnya?

Ah, entahlah!!

"Bagaimana menurut Anda, tuan Jarvis?"

Heuhh? Apanya yang menurutku? Di lakukan saja belum, sudah tanya pendapatku! 

"Tuan?!" Padma memanggil Jarvis dengan suara selembut mungkin. Sejak tadi, jika dilihat-lihat tuannya ini sama sekali tidak bisa berkonsentrasi. Wajah Jarvis yang biasanya putih bersinar dan sangat tegas, kini terlihat sedikit memerah. Padahal ruangan ini tidak panas. Acnya full, kok. Dingin lagi!

Jarvis tetap diam saja.

"Tuan apakah Anda sakit?" Padma mau menyentuh tangan Jarvis tapi …

Jarvis dengan cepat menyingkirkan tangannya, lalu ia melihat Padma dengan tatapan tidak suka. Bukankah sudah jelas peraturannya sejak awal, jangan menyentuhku jika tidak ada izin! 

"Maaf, tuan." Padam tertunduk canggung. "Semuanya menunggu keputusan Anda."

"Hem." Jarvis melihat satu-persatu orang-orang yang ada di hadapannya ini. "Oke, saya setuju," ucapnya dengan nada tegas. "Apakah rapat ini bisa disudahkan sampai ini?!"

"Jika tidak ada yang perlu dibicarakan, saya rasa cukup, Tuan Jarvis." Salah satu CEO muda dari perusahaan Litel yang berada dibawah naungan perusahaan Isamu bersuara.

"Baiklah." Jarvis berdiri, dan diikuti oleh semua orang. "Saya permisi, selamat malam."

"Malam, Tuan Jarvis." Kompak mereka membungkuk hormat pada Jarvis.

Jarvis langsung berjalan keluar ruangan diikuti Padma dari belakang. 

Tujuan utamanya adalah ke kamar yang ada Layanya tapi yang dicarinya pertama kali adalah Mor— sopir yang merangkap sebagai asisten pribadi dan bodyguardnya— yang ditugaskan melayani Laya. 

Mor sudah bekerja dengannya sejak ia masih duduk dibangku SMA dan jarak umur mereka pun cukup jauh, sekitar 10 tahun. Mor sudah menikah dan memiliki dua anak. Makanya, kadang Jarvis selalu menganggap Mor itu sebagai kakak laki-lakinya sendiri.

"Dimana Mor?"

Padma langsung menggeleng lirih. Bukannya sejak rapat dimulai, si sopir genit itu sudah tidak kelihatan, iya?

Hemm … Jarvis menghela napas panjang. Ia menghentikan langkahnya dan mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Mor, belum juga ponsel itu keluar dari jasnya tiba-tiba saja ia melihat Mor sedang mengobrol dengan seseorang yang dikenalnya.

"Kapan dia kembali?" 

***

Salam

Busa Lin