21/6/22
Happy Reading
***
Laya menscroll ponsel pintarnya dengan perasaan gugup berbalut penasaran. Jujur, seumur hidupnya ia tidak pernah melihat, memegang, menyentuh atau memegang kondom. Bentuk aslinya saja tidak tahu seperti apa.
Huh!
Mata indah Laya sampai perih sendiri karena terlalu lama melihat ponsel.
Selama satu jam ini, ia mencari merk kondom apa yang bagus, jenis kondom seperti apa yang nyaman dipakai dan yang paling membuatnya bingung setengah mati adalah ukuran dari kondom itu.
"Ahhh, ternyata jenisnya beda-beda, ya." Laya semakin menscroll ke bawah. "Wah, ada yang bentuknya bergerigi juga." Matanya membulat sempurna karena terkejut.
Tubuhnya sampai merinding geli membayangkan, bagaimana rasanya jika benda karet bentol-bentol itu masuk kedalam area sensitifnya yang belum pernah disentuh sama sekali.
Lebih baik yang polosan saja, sepertinya ini akan lebih nyaman dan aman digunakan.
Lagipula ini kan yang pertama untuknya. Jangan coba-coba jika belum berpengalaman deh, La …
"Kalau kau sudah pro dalam hal bercinta lahh … baru kau bisa memakai jenis kondom apapun."
Deg?!
"Eh, maksudnya apa nih?!" Laya menepuk bibirnya sekali karena terkejut dan ia tidak lupa memukul-mukul kepalanya yang sedang dipenuhi oleh imajinasi adegan erotis yang pernah di bacaannya di novel.
Hish, menyebalkan!!
Setelah beberapa kali memastikan … ia sudah memutuskan mau pakai jenis kondom yang seperti apa, lalu … eum … lalu …
"Ukuran, ehem … penis Jarvis berapa, ya?" Laya menepuk-nepuk pipinya yang mendadak panas. "Hishh! Kenapa dia menyuruhku melakukan ini, sih?! Dasar laki-laki menyebalkan!"
Walau menggerutu tiada henti, Laya tetap mencari di internet ukuran-ukuran serta bentuk milik pria seperti apa saja.
Tidak ada gambar realnya hanya digambarkan lewat buah-buahan dan ilustrasi yang sangat menggemaskan, heheh.
Ia dengan getol membaca setiap artikel yang berhubungan dengan … ehem, ukuran milik pria dan jenis kondom apa saja yang cocok untuk wanita yang pertama kali akan melakukan seks.
Dan, saat ia sedang asik-asiknya membaca artikel tentang alat vital pria, ia jadi menemukan fakta yang baru diketahuinya.
Karena artikel itu … untuk sejenak pikiran mesum yang ada di kepalanya berganti jadi rasa penasaran.
"Ohhh, jadi bentuk dan ukuran milik pria tidak sama, ya? Panjang dan pendeknya pada saat ereksi pun tidak sama. Besar kecil diameternya saat ereksi pun tidak sama. Ohhh, kenapa aku baru tahu hal ini?" Laya semakin menscroll ke bawah. "Ah, jadi kepuasan dalam bercinta itu bukan hanya karena besar kecil atau panjang pendeknya milik pria tapi bagaimana prosesi saat bercinta itu berlangsung. Nyaman atau tidaknya tergantung pada masing-masing pasangan saat memanjakan pasangannya."
Oke, paham-paham.
Laya semakin tenggelam dalam mencari tahu.
"Jadi milik Jarvis tipe yang mana?"
Seketika rasa penasaran itu berganti jadi kebingungan. Bukannya tujuan utamanya membuka situs seperti ini untuk mencari ukuran kondom yang pas, ya?!
Lho, kok jadi membuka artikel tentang bagaimana cara melakukan malam pertama untuk pasangan pengantin baru supaya tidak sakit.
Aihh, sialan!!
Fokus, La!!
Oke!
"Aku harus cari ukuran kondom yang berapa, jenis yang seperti apa dan merk yang mana. Ini banyak sekali jenisnya, lho. Astagaaaa! Kalau aku pilih yang tadi, nanti takutnya kekecilan. Kalau pilih yang ini takutnya kebesaran. Ohh, astagaa!! Jangan-jangan kondom bisa mengikuti bentuk penis. Argh, kenapa aku jadi melupakan hal itu, sih!!
Laya berteriak frustasi. Ia sampai lupa jika masih berada di halte bus.
"Arggghh! Menyebalkan! Jarvis menyebalkan!!" Lagi-lagi, Laya berteriak dan sedikit tidak memperdulikan keadaan sekitar yang ternyata sudah sepi sejak tadi.
Ia sudah melewatkan dua bus yang langsung menuju ke halte rumahnya— padahal tadi bapak supir yang sudah hapal dengan Laya, mengklaksonnya berulang kali untuk segera naik.
Tin tin tin!
Telinga Laya hanya bergerak risih saat mendengar bunyi klakson yang bersahut-sahutan di jalan raya yang mulai padat ini. Ini sudah jamnya pulang kerja jadi, ya wajar saja jika macet dan …
Tin tin tin!
Astagaaa! Kenapa mereka yang bawa kendaraan pribadi tidak sabaran sekali, sih!
"Aku tahu kalian lelah! Tapi, santai dikit, lahh!!" Laya menggerutu tanpa sadar dengan mata tetap melihat ponselnya. "Aku saja yang banyak masalah, biasa saja!"
TIN TIN TIN!!
Hishhh!!
Mendengar klakson yang nyaring bunyinya Laya langsung mendongakkan kepalanya. Ia sangat penasaran seramai dan sepadat apa sih sih didepan sana. Tapi … matanya jadi menyipit perih saat melihat mobil sport putih lambo tepat didepan matanya.
"Heuh?" Laya mengernyitkan dahinya. Ia menoleh kekanan dan kekirinya. Siapa klakson itu ditujukan orang disampingnya tapi … "Hoh, sepi? Kemana perginya semua orang?!" Ia jadi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
TIN!!
Laya menoleh lagi, mewaspadakan diri.
Eh, jangan-jangan orang yang ada di dalam sana menganggapku wanita malam lagi?
Sialan!!
Kaca mobil perlahan terbuka. Wajah cerah yang begitu tampan terlihat disana dan mata indah berwarna biru laut terlihat begitu menawan saat pria itu melepas kacamata hitam yang digunakannya.
"Laya Gemina bukan, ya?"
Laya mengangguk polos, namun wajahnya yang imut ini ia usahakan dibuat senyolot mungkin. "Siapa, sih? Kok bisa tahu namaku?!" batinnya tidak suka.
"Finn, La!" Pria itu memberikan senyum terbaiknya. Setelah sekian lama, akhirnya, ia bisa bertemu lagi dengan wanita itu.
"Hah?" Laya melebarkan telinganya. Tidak dengar, soalnya saat pria itu menyebut namanya ada mobil lewat.
"Finn Lamant, La …."
"Ehhh?" Laya berdiri dari duduknya setelah mendengar jelas nama pria itu sedang pria yang mengenalkan diri bernama Finn Lamant itu keluar dari mobilnya.
"Ingat, kan?" Finn meregangkan kedua tangannya, hendak memeluk Laya. Tapi Laya segera melingsutkan diri dan menepis salah satu tangan Finn. "Apaan sih!!" Laya mendelik tidak suka.
"Astaga, hanya peluk, La. Peluk!!" Finn dengan gemas merangkul pundak Laya. "Apa kabar, heh?!" tanyanya, menjitak gemas dahi Laya.
"Sakit, tahuu!!" Laya mengusap dahinya. Bibirnya mengerucut kesal. "Lepas, tidak?!"
"Tidak mau," ucap Finn semakin erat memiting leher. "Terakhir ketemu dua tahun lalu dan aku sangat-sangat merindukanmu, oke!!"
"Cihh, lepas tidak, ih!!" Laya berusaha melepas tangan Finn yang dirasa sudah memitingnya terlalu kencang. "Muncul-muncul bukannya kasih salam dengan baik dan benar, eh, ini malah miting leherku!!!"
"Hahahaha, lawan, dong!!" Finn hanya bisa tertawa dan semakin gemas saja dengan sahabatnya yang terbilang ajaib ini.
"Jompo, Fin, jompo. Aku sudah tidak punya tenaga lagi."
"Hahah, dasar lemah!!" Finn melepaskan pitingannya namun … "Semakin lucu semakin garing dan semakin menggemaskan!!" Ia jadi memutar rangkulannya dan langsung memeluk Laya dengan kangen. "Kau sehat, kan?" Kedua tangan Finn bergantian mengelus sayang punggung Laya yang terasa kurus ini.
Laya hanya bisa menghembuskan napasnya, dan mengangguk sekenanya.
"Sudah, jangan lama-lama peluknya," kata Laya melepaskan pelukan Finn.
"Haish." Finn mengacak-ngacak rambut kusut Laya. "Lagian tunanganmu yang pencemburu itu lagi koma, kan?!"
"Hish!!" Laya memanyunkan bibirnya dengan kesal. Kok bisa tahu, sih?!
"Kalau aku mencium bibir jelekmu di depan Vihan yang sekarat itu pun, dia tidak akan tahu! Kupikir saat aku datang kemari Vihan sudah mati!"
Laya mendelik tidak terima. "Kok kau bisa tahu keadaan Vihan, sih?"
"Tahulah!" Finn melipat kedua tangannya di dada. "Pakaian dalam kesukaanmu saja aku tahu."
"Kauuu! Finn!! Sialan!!" Laya dengan kesal memukul lengan Finn. "Lebih baik jangan menemuiku jika kau ingin mengajakku berkelahi. Aku lelah tahu!!"
"Pantas saja aku sedikit tidak mengenalimu tadi," ucap Finn, meraih dagu Laya lalu mengangkatnya dengan gemas. "Kau kurusan, ya? Dimana pipi cabi kesukaanku itu, hah?!"
"Ahh, sudahlah!" Laya menepis tangan Finn, duduk kembali. "Apa kabar?" Walau kesal dengan Fin, tapi ia harus tanya kabar Finn.
"Baik." Finn jadi ikutan duduk di samping Laya.
"Turut berduka, ya?"
"Turut berduka, ya?"
Laya dan Finn hampir bersamaan mengatakan itu, kemudian mereka saling lihat dan …
"Kau tahu juga?!"
"Kau tahu juga?!"
Ehhh?
Hahahah!
Mereka berdua tertawa bersama. Tidak ada yang lucu sih, hanya saja takdir ini yang sungguhan lucu.
***
Salam
Busa Lin