15/6/22
Happy Reading
***
Tiga hari kemudian setelah perjalanan panjang bolak-balik ke rumah bordil Starlight Moon dan melakukan tes keperawanan di rumah sakit Francisco Isamu— Laya Gemina saat ini berada di lantai 26— lantai dimana letak kantor sekretaris Jarvis bekerja dan beberapa karyawan khusus yang dipercaya Jarvis sebagai kaki tangannya, semua berkumpul di lantai 26.
Ruang kerja Jarvis ada di lantai 34, dan sebelum kesana semua orang yang mau menemui Jarvis harus ke lantai 26 terlebih dulu untuk membuat janji temu.
"Nona Padma, permisi?" Laya mencoba memberikan senyum secerah mungkin pada Padma.
Hari ini pokoknya harus bertemu dengan Jarvis, ia sudah bersusah payah dan berusaha sekeras mungkin membawa semua apa yang diminta Jarvis.
Dalam map berwarna abu-abu yang dibawanya saat ini sudah ada rincian biaya hutang piutang yang sudah dihitungnya secara terperinci dan ada surat pernyataan keperawanannya yang dikeluarkan secara resmi oleh rumah sakit Fransisco Isamu.
Hah, ia sampai malu sendiri saat melakukan tes keperawanan itu. Malunya sampai tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata karena baru pertama kalinya ada yang melihat organ vitalnya secara intens seperti itu.
Sampai dokternya menyangka jika ia akan mendaftar menjadi seorang Polwan atau TNI.
Hidihhh, menyebalkan! Untung saja saat itu suster Rose tidak kepo. Kalau kepo, matilah dirinya.
"Ya, ada yang bisa saya bantu?"
Padma sama sekali tidak melihat wanita yang ada di hadapannya ini. Ia masih ingat betul siapa wanita itu dan masih teringat jelas diingatannya saat tuannya itu sangat lama sekali bicara dengan Laya, padahal itu adalah pertemuan pertama mereka.
Selama satu tahun bekerja dengan Jarvis— tuannya itu hanya bicara sekedarnya saja, tidak pernah membicarakan masalah pribadi selain pekerjaan.
Huh, padahal ia dipekerjakan oleh Tuan Jonathan untuk membantu segala sesuatu kebutuhan Jarvis, tapi di matanya, Jarvis memanglah pria yang sangat misterius.
Jarang bicara, jarang protes, jarang marah-marah, sangat dingin, datar dan iya … tuannya itu sama sekali tidak tertarik dengan tubuhnya yang seksi ini dan tidak pernah menegurnya sama sekali jika ia mengenakan pakaian terlalu seksi atau terbuka.
Yang pada intinya, susah sekali mendekati Jarvis Isamu! Iya, itu. Mungkin saja kalau dirinya telanjang pun, seorang Jarvis tidak akan melihatnya sama sekali.
"Tuan Jarvisnya ada, nona?"
"Ada."
Laya menghembuskan napasnya. "Saya keperluan dengan Tuan Jarvis Isamu," ucapnya masih mencoba sabar. "Bisa saya bertemu dengannya?"
Entah mengapa, hanya feeling, ia tahu betul jika Padma sama sekali tidak menyukainya. Bahkan Laya sudah merasakan hal itu di pertemuan pertama mereka.
"Sudah ada janji?"
Laya menggeleng dengan sabar.
"Dengan siapa saya bicara?"
Laya lagi-lagi menghembuskan napasnya, kali ini tingkat sabarnya ia buat setinggi mungkin. Kalau saja bukan sekretaris Jarvis, sudah ia ajak ribut sejak tadi nih orang!!.
"Laya Gemina salah satu office girl yang sedang bekerja di lantai dua bagian Divisi Desain. Saya belum ada janji dengan Tuan Jarvis Isamu tapi jika Anda menyebutkan nama saya pasti Tuan Jarvis mengenali saya. Tuan Jarvis tahu siapa saya, nona. Sekian terima kasih."
Laya mengakhiri pidatonya dengan senyum yang dibuat sok manis dan ramah.
Walau terkejut tapi … "Oh." Padma mengangguk sinis. "Tunggu sebentar. Saya akan menghubungi Tuan Jarvis.
"Ya, terima kasih."
Tidak lama dari itu.
"Silahkan, nona Laya Gemina." Padma berdiri dari tempatnya lalu berjalan menuju ke lift. "Anda akan langsung terhubung ke ruang Tuan Jarvis," ucapnya sambil menekan tombol lift. "Tolong jaga sopan santun Anda, dia sudah ada yang punya."
"Heuh?!" Laya mengangkat satu alisnya dengan bingung.
Padma tidak mempedulikan tatapan penuh tanda tanya Laya. "Silahkan."
"Terima kasih." Laya membungkukkan setengah tubuhnya dengan sopan sebelum masuk ke lift.
Sudah ada yang punya?
Laya jadi memikirkan hal itu.
Siapa?
"Jangan-jangan …."
Tring …
Eh, kok cepat amat?!
Perasaan kemarin dari lantai dua ke lantai 34 lama sekali. Kok ini jadi cuma sebentar.
Lift aneh!
Pintu lift terbuka dengan pelan. Ia harus membuang jauh-jauh rasa penasarannya tentang siapa kepunyaan Jarvis.
Oke, mungkin Padma sedang berbohong!
Ia harus tetap fokus dengan tujuan utamanya. Ia semakin mengeratkan map abu-abu ke dadanya.
Disana ia bisa melihat Jarvis yang sedang …
Huhh, lagi-lagi Jarvis sedang sangat serius dengan dokumen-dokumen di meja itu.
"Bos, permisi?"
"Ya?" Jarvis langsung mengangkat kepalanya. "Ohhh, kau …," ucapnya acuh.
"Iya, ini saya," kata Laya tersenyum gemas saat melihat wajah Jarvis yang sudah kusut bertambah kusut. Mata bulatnya sedikit sayu dan sedikit kehitaman di bawahnya.
"Kasihan sekali si makhluk menggemaskan ini, sudah berapa lama dia tidak tidur?!" Laya bertanya-tanya dalam hatinya. Iba juga.
Jadi seorang pemilik perusahaan sebesar ini tidaklah semudah yang dibayangkan. Ia tahu betul soal itu, sebab dulu Papanya pun sampai tidak tidur berhari-hari karena mengurus pekerjaan yang tidak kelar-kelar.
Apalagi perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang pekerjaan lainnya.
Ah, pasti Jarvis sangat lelah mengurus semua ini. Apalagi, dia baru satu tahun menjadi pimpinan Isamu Grup. Pasti butuh adaptasi dan kerja keras yang sangat tinggi.
Disaat Laya sedang melamun menatapi wajah tampan Jarvis yang mengenaskan di matanya disaat itu lah ada Jarvis yang mengernyitkan dahi. Bingung, pasti. Karena disana gadis itu memperhatikannya seperti seorang pangeran yang turun dari kuda putih. Mana tidak kedip lagi.
Oh, adakah yang salah dengan penampilannya hari ini?
Jarvis meraba-raba dadanya yang bidang … siapa tahu kancing kemejanya lepas dua atau tiga dan hal itu siapa tahu membuat gadis itu memikirkan hal yang tidak-tidak mengenai tubuhnya ini.
Eh, tapi, aman, kok! Terkancing semua.
Memang otak wanita bisa mesum juga, ya?
Ah, entahlah.
Yang jelas jika ditatap seintens itu, siapa saja pastilah risih.
Oh, atau bibirnya? Mungkin bibirnya yang lagi pecah-pecah ini, membuat gadis itu ingin menciumnya lalu membuat kulit matinya hilang sekaligus melembabkannya? Gitu?
Ohh, atau rambutnya yang lagi kusut ini, membuat tangan gadis itu gatal ingin menyampokannya lalu merapikannya? Gitu?
Ohh, atau kumis tipis dan jenggot tipisnya yang belum dicukur ini …
Atau ada belek di matanya …
Aman, kok!
Semua aman.
Lantas?
"Ehemm!" Jarvis berdehem agak keras.
"Ehhh?!" Laya langsung mengedipkan matanya berulang kali. Astaga! Ia memukul kepalanya sekali karena tadi benar-benar tenggelam memikirkan kesehatan Jarvis.
"Kau tahu saya sibuk, kan?"
Laya hanya bisa mengangguk pasrah.
"Jadi … ada perlu apa kau datang kemari?"
"Maaf, bos," ucap Laya akan berjalan mendekati Jarvis. Namun, saat melihat isyarat tangan Jarvis yang menyuruhnya untuk diam ditempat membuatnya otomatis berhenti.
"Maaf, bos," ucap Laya akan berjalan mendekati Jarvis. Namun, saat melihat isyarat tangan Jarvis yang menyuruhnya untuk diam ditempat membuatnya otomatis berhenti.
"To the point."
"Baik," kata Laya. "Saya sudah membawa semua yang Anda minta dan perlukan, bos."
"Heuh?"
***
Salam
Busa Lin