Chereads / DIVE INTO YOU / Chapter 13 - STARLIGHT MOON

Chapter 13 - STARLIGHT MOON

14/6/22

Happy Reading

***

Jujur, Laya benar-benar bingung dengan situasi ini. Mata dan mulutnya sama-sama terbuka lebar.

"Datanglah ke rumah bordil yang tadi disebutkan Mor. Dua jam perjalan dari sini." Jarvis berbalik melihat Mor. "O, iya nama tempatnya?"

"Starlight Moon, tuan," jawab Mor semakin bingung.

"Dengar?"

Laya tanpa sadar langsung mengangguk. "Starlight Moon, bos." Detik berikutnya, ia langsung menggeleng kebingungan. "Te-terus apa yang harus saya lakukan?" 

"Survey harga wanita disana."

"Ha-hahhh? A-apaa?! Saya bukan pelacur, bos!!" Laya berteriak tidak terima.

"Siapa yang bilang kalau kau itu pelacur, nona?!" Jarvis menggeleng heran. "Saya hanya menyuruhmu untuk survey harga. Carilah harga yang pantas dan yang bisa menguntungkan mu!! Tapi …" Jarvis sengaja menggantung ucapannya. "Kalau kau mau coba-coba jadi pelacur, silahkan …"

"Harghh, bos!!" Laya semakin meradang. "Tidak mauu!!"

"Ya, sudah." 

"Oke …." Laya menarik napasnya panjang. Ia harus sabar menghadapi pria seperti Jarvis Isamu. "Hanya survey, kan?"

"Ya, saya hanya menyuruhmu untuk survey harga, bukan untuk melakukan yang tidak-tidak. Paham sampai sini?!"

Laya mengangguk lagi. Entah mengapa wajahnya jadi memanas ketika.

"Dan, kau pilihlah mau pakai harga yang mana. Bawakan lengkap rincian itu dengan bukti keperawananmu dan saya akan pertimbangkan peminjaman uang itu untukmu."

"Wh-what ...." Laya benar-benar speechless. "Anda menyuruh saya membuat proposal sekaligus melampirkan bukti keperawanan saya, gitu?!"

Jarvis mengangguk dengan pasti. "Asli, oke?!"

"T-tapi …." Laya menelan ludahnya. Ia sudah tidak tahu lagi harus berkata apalagi.

"Ada lagi yang mau kau tanyakan?"

Laya sebenarnya mau bertanya, mau protes, mau mengumpat, mau memukul tapi ... ya jelas, ia sangat takut melakukan hal itu.

Sialan!!!

"Okee, semoga beruntung, nona …." Jarvis melihat Laya sekali lagi. "Siapa namamu?!"

"Layaaa Geminaaaa! Laya Gemina Putri Tuan Mateo Gemina … gadis paling cantik didunia ini! Puas!!" Laya mendengus.

Jarvis hampir tertawa melihat wajah Laya yang seperti banteng siap adu tanding, ada kukus-kukus imajiner yang keluar dari kedua lubang hidung Laya dan telinganya.

Haha, sangat menggemaskan.

"Oke … oke, saya akan mengingat namamu dengan baik dan ternyata namamu cantik juga. Bye, Laya Gemina …."

"Yaaa, byeee!!" Untuk kali ini Laya sedang tidak mempan dipuji cantik seperti itu. "Hati-hati dijalan, bos! Hati-hatilah bawa mobilnya Pak Mor," ucapnya dengan kesewotan yang sesungguhnya. 

Laya berkacak pinggang, menatap tajam mobil yang ditunggangi Jarvis hingga mobil itu benar-benar hilang dari penglihatannya.

*

*

*

"Harghh!!" 

Laya mengacak-ngacak rambutnya yang basah terkena guyuran shower dengan kesal. 

"Apa yang harus aku lakukan sekarang, hah!!" Ia berseru jengah. "Apa?! Masa iya aku harus ke rumah bordil itu lalu menanyakan berapa harga sewa wanita-wanita malam disana. Apa yang akan mereka pikirkan tentang aku!! Sialan! Jarvis, menyebalkan! Menyebalkan! Kenapa orang kaya selalu seenaknya seperti itu, sihh?!"

Laya mencoba memejamkan matanya. Membiarkan air yang mengalir membasahi seluruh tubuhnya yang sedang terbakar emosi. Ia mencoba meredakan segala sesuatu yang membuat dadanya sesak. Mencoba untuk berpikiran tenang dan sepositif mungkin. Menyamankan hatinya yang sedang diserang oleh ribuan cobaan.

"Oke, tenang, La." Laya menarik napasnya panjang-panjang. "Kau pasti bisa melewati ini semua." 

Laya menyemangati dirinya sendiri. "Kau hanya perlu datang ke rumah bordil itu untuk melakukan survey harga wanita malam. Jangan diambil pusing. Bagaimanapun caranya dan apapun yang terjadi didepan sana, kau pasti bisa melewatinya! Kau bisa mendapatkan harga jual wanita-wanita malam itu. Semangat, La!!" 

Lalu ia teringat akan sesuatu lagi. "Ah, ada satu lagi." Mata Laya terbuka. Disana jelas sekali jika mata indahnya tampak sedikit sayu. "Dimana aku bisa melakukan test keperawanan itu? Aishh, mana minta bukti fisik lagi. Bukannya keperawanan seorang wanita itu susah ditentukan dengan mata telanjang, ya? Memang dokter bisa tahu?"

Hish, hish!

"Ahhh, coba nanti saja pada suster Rose."

Aihhh!

"Kalau suster Rose tanya untuk apa test keperawanan itu? Lalu … apa yang harus kujawab nanti?!"

Harggg!!

Jarvis sialan!!

Laya memukul-mukul dinding kamar mandinya yang basah. "Sebal, sebal! Kenapa tidak langsung saja, sih! Kenapa harus pakai bukti-bukti segala! Kan, kalau seperti ini urusannya jadi semakin panjang. Kapan aku bisa mendapatkan uang itu?"

"Kenapa juga aku harus meminta tolong pada Jarvis?"

Ta-tapi kalau bukan Jarvis Isamu siapa lagi?!!!

Oke, oke, baiklah!

Semua tergantung pada tekadnya. Jika ia bisa melakukannya dengan cepat, ia akan bisa mendapatkan uang itu segera, jika tidak … Vihan lah yang akan jadi taruhannya. 

Lagipula bukan Jarvis yang minta melakukan seks duluan sebagai penawarannya, justru Jarvis sampai menolak melakukan hal itu. Ia yang memaksa meminta melakukan itu hingga terjadi hal seperti ini.

"Baiklah, aku lah yang memang harus bertanggung jawab untuk menyelesaikan semua ini." 

Huh, Laya pikir, ketika ia melakukan penawaran itu, hal itu akan sama di novel-novel yang dibacanya. Ia pikir setelah mengatakannya pada Jarvis, bosnya itu akan langsung membawanya ke hotel dan mereka akan melakukan percintaan satu malam lalu besok paginya ia akan mendapatkan uang 350 juta secara cuma-cuma sebagai imbalannya karena sudah memberikan keperawanannya.

Hah, tapi ….

Lagi-lagi … mau marah juga percuma. Ternyata Jarvis jauh dari apa yang dipikirannya. Justru pria itu menolaknya dan malah memberinya tugas yang sangat berat.

"Jadi salah siapa?!" Laya mengedip-ngedipkan matanya yang lelah. Ia sudah selesai mandi dan sedang duduk ditepi ranjang. 

Setelah berpikir beberapa detik …

Laya menggelengkan kepalanya. Dalam kasus ini walau ia tahu dirinya salah tapi … Ia tidak mau disalahkan sendirian.

Pokoknya salah Jarvis!

Bukan salah Layaa!!

Oke!

Disaat Laya sedang berkutat dengan segala kemungkinan yang ada dan memikirkan rencana bagaimana untuk ke rumah bordil itu, disaat itulah Jarvis sedang santai menata ulang hiasan dinding kamarnya yang sangat luas dan begitu minimalis. 

Selain ranjang ukuran king size, dikamar Jarvis hanya ada sofa panjang yang menghadap ke dinding kaca.

"Yang besar taruh di ruang tamu saja," titah Jarvis pada beberapa orang yang membantunya memasang lukisan yang tadi dibelinya di pameran lukis untuk umum.

Setelah semuanya selesai dan tertata rapi sesuai dengan apa yang diinginkannya …

Jarvis langsung menuju ke kamar mandi. Gara-gara terlalu fokus memasang lukisan-lukisan ini, ia jadi tidak ingat waktu.

"Huh, tahu-tahu sudah malam saja," gumamnya melihat atap kamar mandi yang semi transparan. "Kenapa waktu bisa cepat berlalu seperti ini?!"

Mata bulat Jarvis yang berwarna coklat kemerahan pun berkedip-kedip sayu. 

"O, iyaa, bagaimana keadaan gadis manis itu?" 

Setelah sadar akan pertanyaannya yang seperti itu, ia langsung menggeleng dengan cepat.

"Untuk apa aku memikirkannya? Biarkan saja dia mencari solusinya sendiri. Lagian bukan aku yang mulai duluan. Hem, semoga saja dia tidak mendapatkan apa yang kuperintahkan."

Jarvis membenamkan seluruh tubuhnya ke dalam bathtub. Setengah wajahnya terbenam di air. "Aku tidak mau berurusan dengan siapa-siapa lagi kali ini. Biarkan aku menjalani hidupku yang seperti ini. Menjadi Jarvis yang seperti ini …."

***

Salam

Busa Lin