Putri masih terlihat bimbang, hingga akhirnya manajer pemasaran menyebutkan nominal bayaran jika dia bersedia tampil. Wajah datar Putri seketika berubah cerah. Dia langsung menjabat tangan manajer pemasaran.
"Baik, saya bersedia," ucapnya mantap.
"Syukurlah, Anda mau menerima." Sang manajer melirik arloji di pergelangan tangannya. "Waktu kita semakin sempit, sebaiknya Anda cepat ke ruangan para penari.
Putri mengangguk kecil. Dia bersama Paijo dan Tyas kembali mengekori langkah manajer pemasaran. Tak memerlukan waktu lama, mereka telah tiba di depan ruangan para penari.
Begitu pintu dibuka, suasana suram langsung terasa. Sebagai orang yang dulu sering tampil dalam pertunjukan, Putri bisa mengerti keresahan para penari tersebut. Terlebih, seperti yang dikatakan Tyas, tampil dalam acara besar sebuah perusahaan ternama pasti akan menjadi kesempatan besar untuk dilirik pihak-pihak sponsor. Gagal tampil akan menjadi mimpi buruk yang mengerikan.
"Adek, Adek, saya punya kabar gembira untuk kalian." Suara berwibawa manajer pemasaran memecahkan keheningan.
Para penari yang tadi menunduk mengangkat kepala. Mereka menatap sang manajer dengan sorot mata penuh tanda tanya. Manajer pemasaran pun menjelaskan rencananya untuk memasukkan Putri. Para penari tentu tak setuju. Menurut mereka bisa terjadi kekacauan jika menggunakan orang baru, bahkan meskipun berasal dari sanggar tari yang sama. Apalagi penari tambahan dari orang asing tak dikenal.
Putri sendiri membenarkan pendapat tersebut. Namun, dia juga tahu hal itu hanya berlaku pada penari berbakat biasa. Bagi penari jenius sepertinya tentu tidak akan menjadi masalah.
"Kita tidak punya pilihan, Adek-adek," bujuk Manajer pemasaran.
"Tapi, akan memalukan kalo gerakannya kacau, Bu." Ketua tim penari tak mau kalah.
"Masih ada 20 menit lagi. Kalian ada rekaman saat latihan, 'kan? Izinkan saya menonton, lalu kita latihan satu kali," celetuk Putri menengahi.
"Memangnya kamu jenius. Hanya idola kami Ibu Arunika dan Pak Syailendra yang bisa seperti itu," sergah si ketua tim berapi-api. Saking semangatnya, dia sampai tak menyadari wajah Putri mirip sekali dengan Arunika, idolanya itu.
"Kalau begitu kenapa tidak dicoba? Saya akan menonton videonya. Lalu, kita coba latihan, kalo bagus kita akan tampil. Kalo tidak, ya tidak usah tampil. Bagaimana?" tantang Putri.
Si ketua menatap anggotanya. Setelah mereka mengangguk, barulah dia angkat suara. "Baiklah."
Sesuai kesepakatan tadi, ketua tim tari memperlihatkan video latihan mereka. Putri menatap layar ponsel dengan seksama. Sesekali dia mengelus dagu atau menyunggingkan senyuman, hingga akhirnya video berdurasi 7 menit itu selesai.
"Ayo kita coba," ajak Putri.
Meskipun ragu, para penari akhirnya menurut. Musik dari ponsel dimainkan. Gerakan harmoni pun segera tersaji, mengundang decak kagum manajer pemasaran dan stafnya. Tyas dan Paijo menatap bangga. Selama melakukan latihan singkat tersebut, Putri tidak melakukan kesalahan sedikit pun. Dia mampu mengimbangi keluwesan para penari dengan apik.
"Ternyata Anda seorang yang jenius!" puji si ketua tim tari begitu mereka selesai menari. "Apakah Anda mau bergabung dengan sanggar tari kami?" pintanya seraya mengenggam tangan Putri.
"Bukankah itu bisa dipikirkan belakangan? Bukannya kita harus bersiap sekarang karena acaranya akan segera dimulai?" cetus Putri mengalihkan pembicaraan. Dia tak akan menerima tawaran tersebut karena akan kesulitan menyesuaikan jadwal dengan jam kerjanya.
"Ah iya, iya benar!"
Tyas segera mengusir Paijo ke luar ruangan. Sementara itu, ketua tim penari membantu Putri berganti pakaian. Busana dalam Tari Renggong Manis merupakan perpaduan warna hijau yang memberi kesan ketenangan dan warna kuning yang memberi kesan rasa bahagia dan bersemangat, memberikan kesan segar ketika ditambahkan dengan selendang ungu. Mekak kuning cerah, memperlihatkan pundak dan bentuk lekuk tubuh penari, sehingga terkesan sederhana, tetapi tetap cantik dan menarik. Adapun bagian bawah tubuh dibalut jarik yang dibuat wiru dua depan dan menjuntai kebawah, tetapi pada bagian belakang hanya menutup setengah agar penari tetap nyaman dan lincah.
Selanjutnya, Putri dihias. Poin penting adalah bagian alis yang dibuat sedikit lebar pada bagian pangkal, lalu menaik dan menjadi semakin runcing. Rambutnya disanggul dan diberi aksesoris berbahan kulit seperti mahkota berwarna kuning dan diberi manik-manik merah yang agak besar. Akhirnya, persiapan selesai.
Sementara itu, di atas panggung pembawa acara berseru antusias, "Acara selanjutnya adalah Pertunjukkan Tari Renggong Manis dari oleh Sanggar Tari Binar Harapan. Kepada para penari kami persilakan."
Tepuk tangan membahana. Para penari termasuk Putri naik ke panggung dengan formasi yang rapi dan teratur. Mereka memberikan salam hormat sebagai pembuka, lalu membentuk formasi. Musik Gambang Kromong mulai dimainkan. Suara rebab dua dawai yang paling mendominasi dengan liukan-liukan yang terdapat irama etnik Tionghoa. Tarian ini memang merupakan hasil perpaduan antara budaya Betawi, Arab, India, dan terutama budaya Cina Klasik.
Para penari mulai melenggak-lenggok mengiringi musik, indah dan harmoni. Tari Renggong Manis memiliki berbagai macam ragam gerak. Adapun gerakan yang sering diulang adalah ragam gerak sendi sebagai perpindahan antar ragam gerak, diawali dengan sabetan selendang.
Tempo musik menjadi lebih cepat. Gerak lincah lenggokan para penari semakin memancarkan keceriaan yang menghangatkan hati penonton. Tari renggong Manis memang dimaknai sebagai ekspresi kebahagiaan dan rasa kebersamaan masyarakat Betawi. Oleh karena itu, tarian ini sering dimainkan dalam acara-acara resmi untuk menyambut tamu. Keceriaan gerak dalam tari dianggap representasi kebahagiaan tuan rumah terhadap kedatangan tamunya.
Gerakan yang penuh variasi tempo dan berubah dengan cepat mengundang decak kagum. Tari Renggong Manis memang menggunakan pengaturan tenaga tertentu, untuk memberikan kejutan bagi penonton saat gerakan yang lembut menjadi bertenaga dan lincah.
Sementara itu, di kursi kehormatan Aldi terkesiap. Tari Renggong Manis yang dibawakan apik membuat matanya tak bisa lepas. Tepatnya, tatapan tak bisa beralih dari penari paling ujung kanan alias Putri.
Lenggak-lenggok itu tak asing. Aldi merasa seperti terjebak nostalgia. Tubuhnya membeku untuk waktu yang cukup lama. Dia termenung seolah-olah tak berada di tempat, bahkan hingga tarian berakhir dan memasuki susunan acara berikutnya.
"Sambutan dari Bapak Renaldi, Presiden Direktur PT. Karya Abadi. Kepada Bapak Renaldi kami persilakan."
Suara pembawa acara menyentak kesadaran Aldi. Namun, dia tetap mampu menjaga ekspresi agar tidak terlihat kaget. Aldi permisi dengan santun kepada rekan bisnisnya, yakni Broto dan perwakilan dari Dae Jung Group untuk kemudian melangkah elegan menuju panggung.
Meskipun pikirannya masih dibayangi si penari, Aldi berhasil menyelesaikan sambutan dengan lancar dan menakjubkan. Tepuk tangan membahana, membuat beberapa pasang mata melirik sinis. Namun, para serigala berbulu domba itu dengan cepat mengubah raut wajah mereka seolah-olah ikut kagum dan bangga kepada Aldi.
Acara-acara selanjutnya berjalan lancar tanpa hambatan berarti, paling hanya kendala-kendala teknis yang tergolong masalah kecil. Performa Boyband Lovely Boyfriend juga mendapat sambutan antusias dan terbilang sukses besar. Perwakilan dari Dae Jung Grup menyalami Aldi dan Broto. Mereka juga menyatakan ikut bangga dan puas dengan kinerja rekanan bisnis.
Aldi mengumpat dalam hati. Dia tentu kesal mendengar Broto juga ikut mendapat pujian. Sementara perusahaan Aldi yang berjuang mati-matian untuk mengatur jalannya acara. Broto justru membuat masalah di H-1 dan hampir menyebabkan bencana.
Akhirnya, mereka tiba juga di penghujung acara. Setelah sepatah dua patah kata penutup dari pembawa acara, para tamu undangan dipersilakan menikmati hidangan. Broto dengan liciknya mengajak Rendra Agung Permana, ayah Gilang untuk bergabung dengan mereka, lalu membuat Aldi seolah-olah hanya obat nyamuk.
Aldi kehilangan selera makan. Akhirnya, dia memilih untuk menjauh dengan alasan hendak ke toilet. Namun, setelah ke toilet, bukannya kembali ke kursi kehormatan, Aldi malah berkeliling, memastikan semua tamu telah mendapatkan pelayanan dengan baik.
"Syukurlah, acara hari ini berjalan lancar," gumamnya.
Aldi menghela napas lega. Namun Aldi seketika merasakan firasat buruk saat Gilang yang tadi masih merayu beberapa gadis muda menuju ke arahnya. Dia mendecakkan lidah, hendak menghindar, tetapi sudah terlambat. Gilang berhasil mencegat langkahnya.
"Ada apa?" tanya Aldi dingin.
"Sebenarnya, gue lagi cemas, Bro."
Aldi mengerutkan kening. "Cemas?"
"Al, gue liat beban kerja lo makin menggila dah. Gue cemas lo bisa-bisa kena depresi. Jadi, gue mau ajak lo healing."
"Hmm ...."
"Pas banget dah, akhir pekan ini temen-temen gue ngajak karaokean. Lo ikut yok!"
"Gak. Gue gak suka buang-buang waktu."
"Kaku beudh kayak kanebo. Yoklah, Al! Kalo lo kerja kerja kerja mulu, yang ada mati muda. Healing itu perlu. Di karaoke, Lo bisa nyanyi teriak puas-puas."
"Justru itu yang bikin gue tambah stres," sergah Aldi.
Gilang menelan ludah. Dia tentu ingat saat SMA pernah mengajak Aldi karaoke bersama para sepupu. Sepanjang kegiatan, bukannya menikmati, Aldi terus mengoreksi nyanyian orang lain karena dirasanya kurang bagus. Darah seni Sulistyawati memang menurun kepada Aldi, sehingga telinga pemuda itu akan sangat terganggu jika mendengar lagu sumbang.
Namun, Gilang tak menyerah. Dia terus membujuk Aldi. Gilang mendadak tersenyum cerah, lalu berbisik, "Tapi, Al. Lo juga bisa anggap ini urusan bisnis," celetuknya tiba-tiba.
Aldi kembali mengerutkan kening. "Bisnis?"
"Ya, ya, bisnis. Soalnya, nanti Arga bakal ikut juga. Argasoka, penerus PT. Angkasa Top."
Raut wajah Aldi perlahan berubah, dari antipati mulai terlihat tertarik. Gilang tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Dia pun terus melancarkan bujuk rayunya.
"Ayolah, Al, sambil menyelam minum air. Lo mau, 'kan?"
Kali ini, Aldi terpaksa mengangguk. Meskipun sama player-nya dengan Gilang, performa kerja Argasoka jangan ditanya. Bisa menjalin koneksi dengan penerus PT. Angkasa Top cukup penting. Beberapa proyek target Aldi setahun ke depan sangat cocok dengan perusahaan tersebut.
"Mantaplah! Akhirnya, lo mau juga hepi-hepi!" seru Gilang antusias seraya menepuk-nepuk punggung Aldi.
Namun, pemuda flamboyan itu tiba-tiba terdiam. Dia tersenyum nakal, lalu pamit dari hadapan Aldi. Tak berapa lama, Gilang sudah terlihat mengobrol akrab dengan salah seorang artis pendatang baru.
"Huh, Argasoka ... perasaan gue napa jadi gak enak," lirih Aldi hampir tak terdengar.
***