Chapter 22 - Ayla (22)

"Ayla."

"Iya, Ayah. Ayah mau mendongeng lagi untuk Ayla?"

Entah kenapa, buku berjudul Fate Grant Order seperti lampu temaram bercahaya, atau bluelight ponsel yang diredupkan. Seperti malam yang sudah-sudah, Ayla bermain di kamar Dirman, membawa boneka-boneka pensil yang dibelikan Kara Sucia, untuk dipamerkan pada ayahnya yang melamun dengan buku di pangkuannya.

"Coba malam ini giliran kamu yang mendongengi Ayah. Boneka-bonekamu punya cerita lucu, kan?"

"Kok Ayah bisa tahu, sih?" Ayla mengacungkan boneka pensil laki-laki dan boneka perempuan yang menyerupai istri popeye, si Olive Oil yang jangkung dan kerempeng.

Boneka pensil sedang tren belakangan ini. Wujudnya seperti pensil yang panjang dan lurus, bahkan bisa diraut untuk dipakai menulis, meski kebanyakan anak-anak tidak tega karena boneka-boneka itu sungguh manis dengan wajah dari tempelan flanel dan baju-baju kertas krep cerah dan bermanik-manik. Boneka Ayla juga sama, sepasang lelaki dan perempuan yang didandani baju warna-warni dan laki-lakinya dibuat berkumis lebat dengan mata melotot besar.

"Kak Kara menceritai Ayla, jadi kini giliran Ayla mendongeng. Nah, Ayah, siap-siap, ya."

Pada zaman dahulu kala, ada sepasang suami istri yang berprofesi pencuri. Tepatnya sang istri yang mencuri dan suaminya berpura-pura sebagai peramal yang mengungkap kasus pencurian di desanya. Kedua orang ini tidak merasa berdosa, karena benda curian selalu kembali pada yang berhak, setelah sang suami "meramalkan" dengan jitu di mana benda itu disembunyikan pencuri. Untuk jasa ramal-meramal ini, si suami dibayar sangat lumayan, dan sepertinya kebohongan ini bisa bertahan selamanya.

Si istri sangat cekatan menyabet barang curian, ia selalu memendamnya di tempat tak masuk akal, misal di atas pohon rambutan atau di kolong rumah kosong yang terlantar. Kadang-kadang dipendam dalam tanah, seperti halnya harta karun yang langka.

Tak lama sesudah barang dicuri, pemiliknya akan mendatangi suami si ibu pencuri, dan minta diramalkan, kira-kira benda curian itu ada di mana. Berhubung pelaku pencurian adalah istrinya sendiri, si suami bisa tahu di mana persisnya letak benda itu, seakan ramalannya sangat jitu.

"Wah, cerita Ayla bagus sekali. Lalu apakah lalu suami istri penipu itu tertangkap basah?" Dirman menggerakkan telunjuk dan jari tengahnya, seperti sepasang kaki manusia mengendap-endap.

"Ehm, nanti Ayah akan tahu setelah cerita ini tamat. Jadi ceritanya suatu hari ada barang yang raib di desa itu, tapi pelakunya bukan si ibu pencuri, jadi suaminya tak bisa meramal di mana benda itu disembunyikan." Ayla terkikih-kikih dan kedua tangannya mengepal di bibirnya. Lagaknya mirip Dirman yang ketakutan menonton drama horor di televisi sendirian.

"Lalu si bapak peramal bagaimana memecahkan kasusnya?"

Si suami yang berlagak peramal suka menolong dan murah hatinya. Suatu ketika ia berjalan menuju pasar, dilihatnya ada pedati yang rodanya terjepit dalam kubangan lumpur. Segera sais pedati dan si peramal gadungan bahu membahu mendorong pedati yang ditumpangi sekelompok laki-laki. Mereka mengaku sebagai perantau dan tidak memiliki tempat untuk bermalam.

Singkat cerita, si peramal palsu menawari gudang di rumahnya untuk ditinggali sementara. Keempat lelaki itu setuju, dan mereka pun menginap malam itu. Pada tengah malam menjelang subuh, si wanita pencuri, yakni istri si peramal mendadak mulas-mulas dan segera ia berlari ke kamar kecil yang letaknya bersebelahan dengan gudang. Ya, karena di desa dahulu, kakus atau tempat buang hajat dipisahkan dari rumah induk. Saat melewati gudang itulah ia mendengar kasak-kusuk mencurigakan.

Rupanya gerombolan laki-laki perantau itu membahas harta curian yang mereka sembunyikan di sebuah makam kosong. Bahkan mereka berencana menguras harta si bapak peramal dan kemudian melarikan diri dengan barang curian ke kota sebelah. Tersadarlah si istri peramal bahwa mereka mengundang serigala masuk dalam rumah.

"Lalu kelanjutannya bagaimana, Ayla?" Dirman mendesak karena Ayla berlagak mengantuk dan terdiam sejenak.

"Sementara ini tamat dulu, Ayah, karena sekarang giliran Ayah yang mendongengi Ayla. Let's go, Ayah silakan bercerita, nanti ceritanya akan Ayla sambung besok malamnya. Hihihihi."