Chereads / Fate Grant Order: Pilih Sendiri Nasibmu / Chapter 25 - Kara Sucia (25)

Chapter 25 - Kara Sucia (25)

Bagi Dirman, nasib cuma berpihak padanya dalam artian negatif. Tiba-tiba gelagat Kara memberi sinyalemen kuat, bahwa Dirman terancam kehilangan peluang menggaet hatinya. Terbetik kabar mengagetkan bahwa si cantik mahasiswi ini punya pengagum ganteng yang menghadiahinya bunga, yang ajaibnya tak memicu alergi serbuk sari yang ditakuti Kara. Bisa kalian tebak jenis bunganya apa?

Tentu ini bunga dunia maya yang selain tak teraba juga masih diperdebatkan keabsahannya. Bunga mata uang kripto yang dipercaya sebagai aset digital yang dirancang sebagai media pertukaran yang menggunakan kriptografi sebagai pengamannya. Setidaknya MUI menandaskan penggunaan criptocurrency sebagai mata uang hukumnya haram.

Namun, Dirman masih merasa nasib berpihak padanya, karena lekas memberinya peringatan dini terkait Kara yang didambakan selama ini. Untung masih belum terlambat, karena setidaknya Kara masih penjajakan hubungan, dalam arti belum betul-betul sah memacari si Kriptoman itu.

Dirman versus Kriptoman? Bila uang yang jadi wasitnya, tentu Dirman akan diberi nol besar, karena isi dompet Dirman lebih didominasi pasiva daripada aktiva. Bila kalian pernah belajar pembukuan, aktiva adalah aset tetap dan lancar, sementara pasiva diisi utang atau kewajiban. Gampang ditebak, warisan utang yang memiskinkan Dirman itulah gara-garanya.

Tak mungkin ada cewek yang memilih lelaki miskin. Celetukan Peter Pan ibarat cambuk bagi Dirman, untuk memupuk diri dan memutuskan jerat kemiskinan yang jadi momok hidupnya. Benar juga, jargon "uang bukan segalanya tapi bisa membeli hampir semuanya" bukan omong kosong orang yang sok kaya. Itulah kenyataan hidup yang kejam. Tanpa uang, dirimu bukan siapa-siapa. Ingat, bahasa Inggris net worth yang mengukur harta kekayaan seseorang?

Worth artinya harga atau nilai, net artinya bersih. Nilai bersih seseorang diukur dengan hartanya minus utang. Lagi-lagi uang. Mau tak mau itulah hukum yang diamini sejuta umat di dunia. Dirman menyimpulkan dengan masygul, net worth dirinya pasti nol besar, bila bukan minus yang memalukan. Aset nihil, utang-utang banyak sekali. Bila seandainya nilai manusia diukur dari utang, Dirman pasti jadi yang paling kaya sedunia ini.

Bila keteguhan yang jadi ukuran net worth manusia, boleh jadi Dirman menjadi salah satu yang terkaya, karena sifatnya yang keras memegang prinsip yang diyakininya.

Sudah beberapa lama ini, Dirman gentar membuka buku Fate Grant Order yang penuh teka-teki. Ia mencemaskan apa lagi yang mesti dilakoninya, sementara nasib tak kunjung bermurah hati kepadanya. Mungkin masa lalu harus jadi sesuatu yang berlalu? Kelancangannya mengulang masa lalu punya akibat tak enak, bermula dari dosanya melarikan buku dari ruang kerja Pak Dewanto, kepsek yang bermurah hati agar cita-citanya berijazah SMA bisa terwujud.

Demi Kara yang dicintainya, Dirman menyentuh buku itu segan-segan. Buku itu bisa membuka dengan mudah, semenjak Ayla menyelipkan pembatas buku dengan tulisan I Love Ayah di dalamnya. Kebetulan, pembatas buku itu dibuat dan ditulis sendiri oleh putri cantiknya, Ayla.

Alkisah, si pangeran kodok memenangkan judi perdananya dua tahun lalu. Total ia memenangkan uang lima puluh juta, meski mulanya tak sudi berjudi karena dianggap maksiat. Siapa sangka peruntungannya betul-betul melejit di meja judi. Mampukah pangeran kodok melawan nuraninya yang sedikit munafik?

Astaga! Kurang ajar sekali tulisan dalam buku ini. Dirman tak bisa menahan jemarinya untuk tak menulis berikut, gudang perkebunan tebu, janji pukul delapan malam, kata sandinya kejarlah daku maka kau kutangkap.

Dirman tak mungkin lupa dua tahun lalu, ia mampu menepis godaan uang panas, konon cepat datangnya cepat pula perginya. Ajakan judi yang mengusik nafsu dan ketamakannya. Baginya sudah tepat ia bertindak demikian, karena judi hukumnya haram seperti mata uang kripto yang panas diperbincangkan. Mengapa ia harus mengulangi masa lalu nista itu?

Jujur saja, kala itu Dirman sempat tergoda mengadu untung agar permasalahan utangnya segera tuntas, karena himpitan beban itu memberatkan Dirman yang kemampuannya terbatas. Namun, idealismenya untuk hidup jujur dan lurus menepis hasrat judi tersebut.

Maka, benarkah pertaruhan meja judi bisa menyelamatkan nasib Dirman dengan lima puluh juta yang berarti banyak baginya?