Chereads / Fate Grant Order: Pilih Sendiri Nasibmu / Chapter 26 - Kara Sucia (26)

Chapter 26 - Kara Sucia (26)

Demi Kara, seribu satu drama bakal kulakoni dengan rela. Dirman hafal mati, masa lalunya terulang kembali, dari warna sepia di langit - mestinya kejinggaan - bahwa ini sore hari dua tahun silam, satu hari yang tak terlupakan bagi Dirman. Si tompel cleaning service pasar sayur, namanya Max Sehun, membisiki Dirman peluang emas meraup uang panas.

"Bener lu gak mau, Man. Kapan lagi, Man. Pan lu tahu, kan, biasanya first timer suka ketiban rezeki runtuh. Gue ini saksinya, no tipu tipu lah."

Dulu, dua tahun lalu, Dirman menolak mentah-mentah tawaran Max Sehun yang nama aslinya Maryoto Sutikman ini. Lima puluh juta pasti lumayan meringankan buat Dirman. Tak ingin buang peluang lagi, Dirman mengiyakan akhirnya. Janji pun ditetapkan sesuai tulisan Dirman di buku laknat itu.

Gudang perkebunan tebu, pukul delapan malam, kata sandinya kejarlah daku maka kau kutangkap.

Tanpa perlu pengalaman nyata, Dirman paham lokasi gudang kebun tebu jadi spot favorit penjudi gelap, karena lokasinya bisa diamankan dengan mudah. Maksudnya ada seorang kaki tangan yang menerawang situasi keamanan, lalu bersiul sebagai tanda agar orang-orang di meja judi lebih waspada. Lagipula tanpa kata sandi yang tepat, tak seorang pun boleh masuk dan menimbrung dalam perjudian. Maka, Dirman yakin keadaan akan aman-aman saja.

"Suit, suit."

Isyarat dari Max Sehun menyadarkan Dirman, tahu-tahu senja menipis dan waktu menjelang delapan malam lebih senyap dari biasanya. Mungkin hanya perasaannya saja, jangkrik bersahut-sahutan tak terdengar lagi. Ayla menyebutnya jengkerik, bagi Dirman sama saja, namun putrinya bilang jengkerik bunyinya lebih riang dari jangkrik, dan guru Ayla memuji daya imajinasi si bocah baik di buku penghubung maupun rapor sekolahnya.

"Priwit, priwit."

Dirman menimpali siulan Max Sehun, mantap melakoni maksiat gudang tebu, demi siapa kiranya? Bibirnya berkata demi Ayla, putrinya. Namun, nuraninya membisiki, kamu berbuat begini demi Kara, cintamu yang tak sampai itu. Kara Sucia, perempuan yang tak terjangkau buat Dirman, bisakah dimenangkannya lewat pertaruhan malam ini, dengan melacurkan kejujuran dan harga dirinya yang berprinsip tinggi?

Prinsip tinggi ini yang menyebabkan Dirman menolak perjudian dalam segala bentuk, tak terkecuali judi lotere yang dianggap sebagai sayembara adu untung, dan sempat dilegalkan pemerintah di era 1980-an sebelum dilakoni sembunyi-sembunyi belakangan ini. Terpaksa, demi sejumlah uang, Dirman menekuk prinsipnya yang angkuh dan menepis idealismenya sendiri.

"Lu siap, Man? Kata sandi dah lu hapal, belom? Gak boleh nyesel lho kalau dah masuk. Ada kontraknya, tahu."

"Okay, bring it on. Aku sudah siap, Max." Dirman tak sadar sok berbahasa Inggris di hadapan kroninya itu.

"Ho? Jangan bengong bengong, Man. Harus waspada, dong. Kita ini kucing-kucingan, lho."

Bring it on jadi bengong. Oke, Max Sehun belum sekeren nama aliasnya yang kebule-bulean. Baiklah. Konsekuensi apa pun bakal diterimanya, asalkan ia bukan lagi Dirman si kere yang moralnya besar, sekadar sok-sokan belaka. Mantap ia mengangguk dan mereguk hawa malam yang kian membuatnya gugup. Max mendahuluinya berjalan dan kaki timpangnya membuat si pria seperti melompat engklek.

"Kejarlah daku maka kau kutangkap." Dirman dengan lancar menyebut sandi yang kedengarannya seperti jebakan batman.

Berhubung sandinya tepat, Dirman diizinkan masuk bersama Max Sehun, dan judi tebak dadu segera dimainkan. Taruhan uang dipasang untuk mata dadu yang diperkirakan keluar berpasangan. Tebakan Dirman adalah dua dan enam, karena dua puluh enam adalah tanggal lahir Kara pujaan hatinya. Ajaibnya, angka itu betul-betul keluar dan uang lima puluh juta dimenangkan Dirman sekejap mata.

Saat itu juga, Dirman merasa dirinya menang secara mutlak. Lima puluh juta pasti bisa bicara banyak, masalahnya apakah kata "tetapi" atau "namun" akan sekali lagi memelintir alur Dirman, menyeleweng dari kebahagiaan yang diperjuangkan si lelaki dengan berdarah-darah?