"Ayla, menurut Ayla kodok itu ganteng, gak?"
"Ihh! Jelek lah, Ayah. Yang ganteng itu pangeran, dong. Masak kodok bisa cakep?"
"Nah, ini Ayah dongengkan kamu, ya. Tentang pangeran kodok yang ganteng dan baik hatinya. Ayla belum ngantuk, kan?" Dirman mengusap pipi Ayla yang menguap kecil dan tersenyum girang.
"Belum, Yah. Ayla gak ngantuk. Itu Ayla nguap karena senang, Yah."
Dirman berhasil melipat kodok-kodokan dari kertas majalah bekas. Ayla memainkan sepasang boneka pensilnya, dengan kodok kertas di tengah-tengah. Di atas ranjang Dirman, ayah dan anak itu bercengkerama riang, sebelum sang ayah memulai dongengnya dengan suara penuh sandiwara.
Pada zaman dahulu, di sebuah negeri antah berantah, seorang pangeran tampan merasa tak dicintai siapa pun di dunia. Dengan sengaja ia memetik buah larangan di kebun buah gadis penyihir, agar ia dikutuk menjadi kodok yang buruk rupa. Sesuai keinginannya, si pangeran menjelma kodok berkulit bintil, rupanya begitu jelek dan menjijikkan. Yakinlah sang pangeran, hanya seorang perempuan berhati mulia yang mencintai dirinya dengan segala kekurangannya. Bukan seperti putri-putri cantik yang mengincar harta dan gelar kebangsawanannya dulu, yang hanya mengingini kekuasannya semata.
"Ah, Ayla tahu! Pasti perempuan yang baik itu akan mencium pangeran kodok sampai ia kembali jadi manusia yang ganteng. Betul kan, Ayah?"
"Kamu nanti tahu juga, Ayla. Coba kamu jentik mainan kodoknya. Nanti dia akan loncat. Coba."
Si pangeran kodok dalam cerita Dirman juga melompat kian kemari, mencari kebahagiaan yang dinantinya. Malang, tidak seorang manusia pun sudi melihatnya, karena tampangnya yang buruk rupa. Makin merasa tak dicintai, ia malah bersua seekor kodok betina yang tak kalah jelek darinya.
Keduanya segera terpikat satu sama lain, dan dari cerita si betina, terungkap bahwa dulunya ia juga manusia sebagaimana si pangeran kodok. Bedanya si kodok betina dikutuk penyihir atas keangkuhannya yang merasa cantik tak ada tandingan, hingga ia dihukum menjadi seekor reptil yang jelek lahiriahnya.
Si kodok betina dulunya anak saudagar kaya, yang merasa ketampanan dan kekayaan suami adalah perihal yang utama. Tersadar dari kesombongannya, si betina jatuh hati pada pangeran kodok yang lemah lembut dan baik budinya. Mereka selalu bersama-sama sejak itu, hingga perasaan mereka berkembang menjadi cinta sejati. Sang pangeran tak berterus terang soal jati dirinya sebagai pangeran, hingga ia yakin, si kodok betina mengasihi dirinya apa adanya.
"Ayah, Ayah. Maaf Ayla menyelak bentar. Pasti si kodok betina mencium si kodok pangeran, terus dia jadi pangeran lagi yang ganteng."
"Eh, anak kecil kok tahu soal cium ciuman?" Dirman memasang muka berlagak hendak marah.
"Emang kenapa kalo ciuman? Kan Putri Salju yang tidur dibangunin sama ciuman pangeran ganteng? Masak gak boleh, Yah?"
"Ehm. Sayangnya Ayla salah. Yang memunahkan kutukan penyihir adalah ..."
Si gadis penyihir sebetulnya penyihir baik, yang bermaksud memberi pelajaran hidup bagi mereka yang sesat. Terharu oleh cinta di antara pangeran dan putri saudagar, ia pun membatalkan kutuknya dan mengembalikan wujud manusia pada sepasang kekasih itu. Keduanya pun menikah dan hidup mereka berbahagia selamanya.
"Oh, jadi bukan ciuman sang putri yang mematahkan sihirnya, tapi karena cinta maka semua jadi bahagia ya, Ayah." Ayla menerawang dengan senyum yang berbunga-bunga.
Ayla anak yang pintar. Dirman berpikir, tanpa Ayla di sisinya, bisakah ia bertahan sampai sekarang, dan bisakah demi cinta pada Ayla, ia bangkit dari nasibnya yang tak dicintai seorang pun di dunia? Keluarga dekatnya, bibinya yang bidan, juga kakaknya Izinuddin tercinta tidak masuk hitungan, karena yang dicari Dirman adalah pendamping yang menerimanya sebagai suami membanggakan.
Mungkinkah Kara, mahasiswi jelita itu sudi melabuhkan perasaannya pada Dirman yang seorang petugas kebersihan sekolah? Bagi Dirman kini, ia cuma pangeran katak yang tak rupawan dan tak punya apa-apa. Bisakah ia semujur si kodok dalam dongeng yang menemukan belahan hatinya yang sejati?