Chereads / Rumah Iblis / Chapter 4 - Tidak Betah Di sini

Chapter 4 - Tidak Betah Di sini

Aku berjalan keluar rumah untuk mengecek keadaan sekitar. Aku memberanikan diri supaya tidak ada yang bisa menganggu aku. Menyakinkan diriku sendiri bahwa di rumah ini tidak ada yang namanya hantu.

Tapi aku salah tatkala melihat tepat di depan pagar rumah ini sosok yang begitu menakutkan ada di sana, aku terkunci di sana tanpa bisa berbuat apa-apa. Apalagi saat sosok itu membalikan kepalanya sampai tiga ratus enam puluh derajat, kemudian berjalan dengan sangat cepat sekali, membuatku pingsan seketika.

Keesokan harinya

"Kak bangun kak,"  ujar seseorang membangunkanku. Aku tergeragap dan langsung terjingkat dari tempat di mana aku berbaring.

"Kakak kok ada di sini? " Kata seseorang yang ternyata Tama sambil melihat dengan tatapan yang sangat aneh. Betapa tidak dia melihatku terbaring tepat di depan pintu yang terbuka lebar sepanjang malam. 

"Ayo bangun kak ngapain tiduran di sini kayak orang linglung saja," ujarnya, "Ini aku bawa sarapan  buat Mas. Ayo masuk ke rumah terus sarapan," ucapnya sambil menujukan bungkusan makanan yang ada di tangannya.

Aku seperti orang linglung yang berjalan masuk ke rumah itu apalagi aku merasakan kepalaku yang terasa pening sekali rasanya ingin sekali tidur saja, tetapi di sini lain aku juga merasakan perutku lapar makanya.

Tiba-tiba, Tama berkata dengan nada keheranan.

"Kak rumahnya berantakan sekali?"

Aku yang mendengar itu lantas melihat ke sekililing. Benar adanya kalau rumah itu bagai kapal pecah. aku mengernyit dahi, tapi kepalaku terasa pusing saat mengingat kejadian semalam. Apa yang sebenernya terjadi masih sangat membingungan bagiku.

Aku langsung memeriksa barang-barangku yang ada di kamar. aku panik setengah mati karena semua barang-barangku sudah tidak ada?

Aku membelalakan mata, kemudian meraba ponsel dan dompetku. Tidak ada. Aku panik, kemana semua barang-barangku.

"Sial, barang-barangku hilang semua!" Rutukku tidak karuan. Pasti ada orang yang lihat aku tertidur diluar dan memanfaatkan kesempatan itu untuk mencuri . Sialan! Aku tidak berhenti mengumpat. Aku meremas rambut sembari bersandar ke tembok. Frustasi.

"Apa kak? Hilang? Kok bisa?" Tanya adikku yang polos membuatku tambah emosi.

"Ini gara-gara hantu sialan yang menerorku tadi malam. Pokoknya aku tidak mau tinggal disini. Aku mau karantina di hotel saja!"

"Tidak bisa Mas, hotel sekarang sudah penuh. Lagian aku sudah laporan sama pak RT, jadi Mas sekarang dalam pantauan desa dan tidak boleh kemana-mana"

"Terus, gimana kalau setan itu terus yang menerorku?"

Raut wajahnya menegang saat aku bicara setan  tetapi  dengan segera dia bersikap biasa seolah ada sesuatu yang disembunyikan.

"Tama jujur sama Mas, apa yang sebenernya terjadi sama Pak Rangga?" tanyaku menyelidik. Adikku tersentak mendengar perkataan yang tidak terduga dariku, Namun dia berusaha setenang mungkin. 

"Lebih baik Mas sarapan dulu, tenangin diri dulu. Aku mau telfon aparat kemanan untuk meringkus pencuri barang-barang Mas." Dia beringsut mengambil ponsel di sakunya.

"ENGGAK! JAWAB DULU PERTANYAANKU!" sergahku bersikeras.

Dia mendengus nafas. Kemudian, melihatku dengan pandangan prihatin, "Jujur Mas, sebenarnya aku mau cerita hal ini sama  Mas sebelum masuk Desa ini, hanya saja aku tidak mau membuat Mas kecewa.

Tiba-tiba ada orang kampung yang memanggil Tama, pandangan kami berdua langsung menuju ke sana.

"Tama? Ngapain masuk! jangan dekat-dekat dengannya takut terkena virus? Kamu mau apa tejingkat virus dan menularkan kepada kami semua?" teriak orang-orang yang melintas di depan rumah sembari menunjuk papan peraturan yang terpasang di gapura. Tama yang baru saja akan mengungkap tabir misteri Pak Rangga, enggak jadi buka suara.

"Maaf Pak, baik saya akan keluar!" sahut Tama lantang. Dia menoleh ke arahku sambil berbisik,  "Mas, aku pulang dulu ya. Jangan khawatir nanti malam aku kesini buat menemani Mas."

Dia beringsut melangkah keluar pagar, sementara  warga menatapku dengan tatapan sinis.