Ruang ganti di belakang panggung. Kaisar duduk untuk memulihkan tenaganya pasca pertandingan. Keringat masih mengucur dari sekujur tubuh Kaisar. Mengalir di setiap lekukan ototnya yang lencir. Kaisar mengelapnya dengan handuk putih yang tergantung di leher.
"Kamu hebat, Hero. Ini bayaranmu." Pelatih tinju memberikan segepok uang pada Kisar sebelum meninggalkannya pergi.
Kaisar hanya mendengus panjang, ia melihat isi di dalam amplop coklat, lembaran demi lembaran uang warna merah. Pecahan terbesar di negeri ini. Berapa isinya? Mungkin kira-kira sepuluh juta. Kaisar menenggak sebotol air mineral dan memasukkan semua isi amplop ke dalam tas gym miliknya.
Kaisar melempatkan tas gym ke dalam loker dan mulai beranjak untuk membersihkan diri. Sekujur tubuhnya kumal karena keringat, darah, dan juga debu saat ia terjatuh tadi. Kaisar menggosok dengan sabun tiap lenciran ototnya yang begitu menggiurkan bagi kaum Hawa. Tatto di lengan, leher, kaki, dan juga pinggang membuat Kaisar terlihat seperti tipikal badboy pada umumnya.
"Sudah mau pulang?" tanya Arman, pria yang dikalahkan oleh Kaisar. Ia bergabung di ruang ganti begitu Kaisar keluar dari kamar mandi dengan hanya melilitkan handuk di pinggang. Kaisar memakai kembali pakaian bersihnya.
"Iya, aku masih harus bekerja besok." Kaisar mengusap wajahnya dengan obat agar tidak lebam.
"Maaf, ya, aku memukulmu terlalu keras." Arman terkekeh.
"Aku juga memukulmu sekuat tenaga, Kak." Kaisar ikut terkekeh.
"Anak muda sepertimu menjalani petarungan ilegal seperti ini, apa kamu nggak punya orang tua atau keluarga yang melarangmu?" Arman bergeleng, mengingat bahwa usia Kaisar masih terbilang muda, harusnya saat ini dia masih duduk di bangku universitas, bukannya bekerja keras selayaknya kuda pacu.
"Justru aku melakukan ini demi keluargaku, Kak." Kaisar tersenyum sembari menutup pintu lokernya. Arman mengeryit, apa mungkin Kaisar adalah tulang punggung keluarga?
Kaisar mengepalkan tinju untuk tos dengan Arman. "Aku pulang dulu."
"Hati-hati," seru Arman sembari membalas tos dengan kepalan tangannya.
Kaisar melangkah keluar dari pub, sesekali ia membetulkan cangklongan tas gymnya agar lebih melekat erat di pundak. Kaisar melewati beberapa pasang wanita murahan yang mengelus tubuhnya seakan menggoda Kaisar. Tanpa bayaran pun mereka akan suka rela mengakang di atas ranjang untuk mencicipi kejantanan Kaisar.
Kaisar memang magnet bagi para wanita. Parasnya yang tampan di dukung dengan bodynya yang tinggi menjulang dan sangat kokoh adalah incaran para wanita. Melihat prestasinya di atas ring tinju yang belum pernah terkalahkan membuat para gadis mempertanyakan stamina Kaisar. Pasti pria ini sangat hebat di atas ranjang sama hebatnya dengan saat ia berada di atas ring.
Sepintas Kaisar juga terlihat seperti badboy yang dengan mudahnya tidur dengan siapa pun, padahal seumur-umur Kaisar belum pernah tidur dengan wanita mana pun.
"Halo, Jagoan. Sudah mau pulang?" tanya seorang gadis yang bekerja di pub, ia berbisik dengan nada super manja dan mengajak Kaisar tidur dengannya. Menjanjikan servis ekstra dengan pijatan lembut di ayam jantannya.
Kaisar hanya tersenyum simpul sembari meninggalkan wanita itu. Bisikan-bisikan seduktif dan ajakan untuk bercinta bukanlah hal yang asing lagi di telinga Kaisar.
Langkah kaki Kaisar berhenti di depan sebuah ruang VIP. Beberapa bodyguard dengan badan besar menjaga pintu depan. Kaisar masih bisa melihat bagian dalam ruang VIP dari celah-celah kaca. Seorang pria muda tengah memeluk dan bercumbu dengan beberapa wanita nakal. Tawanya terdengar nyaring, membuat Kaisar mengepalkan tangannya geram.
"Ada apa?" Seorang bodygurd melihat kejanggalan di ekspresi wajah Kaisar dan langsung menghampirinya. Pria itu memakai setelan jas hitam dan bersejata api.
"Tidak," sahut Kaisar dengan gelengan yang meyakinkan. Kaisar mengatur napasnya yang berat karena amarah. Dua orang bobyguard itu saling pandang sesaat sebelum mengusir Kaisar dari sana.
"Pergi sana!!"
[Belum, Kai, belum saatnya.] batin Kaisar.
Kaisar pun berlalu, ia pergi meninggalkan area pub untuk pulang ke rumahnya.
Kaisar memaki tudung jaket karena hujan turun. Tidak deras, namun juga bukan gerimis. Kaisar menyalakan motor CBR hitam 250 cc miliknya dan melesat cepat melintasi jalanan kota yang telah sepi karena sudah dini hari.
Suara deruan motornya yang begitu galak terhenti saat memasukki sebuah bangunan sederhana. Sebuah rumah subsidi pemerintah dengan luas 60 meter persegi dan memiliki satu kamar.
Seekor anjing Alaska Malamute langsung meloncat ke dalam dekapan Kaisar dan menjilati tuannya dengan mesra seakan sudah ratusan tahun tak berjumpa. Memang anjing itu terkenal setia dan sangat bersahabat.
"Halo, Girl! Berhenti menjilat, kamu akan memakan obatnya??" Kaisar langsung memeluk mesra anjing betina kesayangannya.
"Ayo, aku akan memberimu makan!" Kaisar bangkit dan membuka kulkas. Mencomot beberapa buah anggur dan juga mengambil sebotol susu.
"Hari ini susu dan sereal? Setuju?"
"Guk!"
"Oke, aku anggap setuju." Kaisar tersenyum dan mengelus kepala Gadis, nama anjing itu Gadis, jadi Kaisar memanggilnya Girl.
Setelah memberi makan Gadis, Kaisar langsung menghenyakkan tubuhnya ke atas ranjang. Tinggal tersisa lima jam lagi untuk beristirahat sebelum kembali bekerja di pembangunan.
Gadis langsung menyusul Kaisar, naik ke atas tempat tidur dan berkelung dalam pelukan Kaisar. Anjing besar itu menjilat-jilat sisa susu disekeliling mulutnya sebelum ikut tertidur.
— ****—