Chereads / SUAMIKU KULI BANGUNAN / Chapter 14 - Fuck With Sex After Married!

Chapter 14 - Fuck With Sex After Married!

Tapi ...

Saat pintu lift terbuka. Felicia melihat Reyhan di kejauhan. Reyhan terlihat sedang menggandeng wanita lain. Wanita cantik dengan gaun malam berwarna hijau emerald.

"Rey—" suara Felicia tercekat.

DEGH!

Jantung Felicia berdegup kencang seakan hampir meloncat dari tempatnya.

Fiona??  Tentu saja Felicia mengenalnya, dia tak lain adalah Ratu Fiona Atmadja, adik tirinya sendiri. Anak dari Anjani Patria, ibu yang mengasuhnya sejak kecil. Wanita pengganti ibu yang bahkan tak pernah menganggapnya sebagai anak sedikit pun.

"Apa kamu sudah memutuskannya, Kak Rey?" Fiona memeluk Reyhan dengan mesra.

"Sudah, Sayang. Aku sudah selesai dengan wanita culun itu. Kini aku ingin memakanmu. Apa tawaranmu masih berlaku?" Reyhan tersenyum manis pada gadis itu.

"Tentu saja, aku milikmu, Kak Rey." Fiona menyambut bibir Reyhan.

Hati Felicia langsung ambles saat melihat kedunya saling berciuman mesra di depan kamar hotel. Felicia membeku, masih bisa ia dengar Reyhan mengutuki dirinya di depan adik tirinya. Ia bersumpah serapah karena menyesal telah membuang waktu berpacaran dengan gadis culun sepertinya.

"Dan dia bilang dia akan menyimpan keperawanannya untuk malam pertama!! Sungguh polos dan naif sekali!! Dia tak tahu betapa nikmatnya bercinta." Reyhan menyentuh pinggul dan mengecupi leher Fiona dengan mesra. Gadis itu terkikih geli, terlihat sama bahagianya dengan Reyhan.

"Hahaha ... sudah kubilangkan, mending putus saja, menikah sama aku, Kak Rey!!" ucapan manja Fiona mengakhiri pembicaraan itu.

Hati Felicia menjadi panas dan geram, ternyata  mereka berdua berselingkuh di belakang Felicia. Fiona dari kecil memang selalu iri dengan Felicia dan menginginkan semua milik Felicia, tapi tak menyangka bahwa iri hatinya terlalu dalam bahkan sampai menginginkan calon suami kakaknya sendiri, Reyhan.

"Sialan!! Jadi selama ini kalian menipuku?! Bermain di belakangku?" Felicia berseru kalap.

"Kak Cia?!" Mata Fiona membelalak, begitu pula Reyhan.

Felicia murka, wajahnya memerah, pengkhianatan Reyhan membuat rasa sakit di dalam hatinya berubah menjadi rasa benci. Reyhan sungguh pria bajingan. Felicia sungguh bodoh karena memberikan hati dan cintanya untuk pria ini.

"AKU PASTI AKAN MEMBALAS KALIAN!!" seru Felicia.

"Balas saja. Memangnya apa yang bisa kamu lakukan?" Reyhan memeluk Fiona semakin erat dan membuat Felicia semakin meradang.

"Ihh … geli, Kak Rey." Fiona terkikih seakan mengejek Felicia.

"Sejak kapan?? Sejak kapan kalian bersama dan mencurangiku?" tanya Felicia, tangannya masih terus terkepal.

"Sejak kapan? Seharusnya kamu bertanya pada dirimu sendiri, Cia. Sejak kapan kamu begitu sibuk sampai tak pernah ada waktu untukku?!" Reyhan menyeringai, ia seakan ingin mengatakan bahwa perselingkuhannya adalah kesalahan Felicia.

"Kak Reyhan benar, Kak Cia. Kami saling mengisi, mencintai, dan bahkan saling membutuhkan. Kakak tak pernah memberikan apa yang Kak Reyhan mau, jadi Kak Reyhan mencarinya di Fiona." Fiona mencerca Felicia.

"Kalian gila!!! Sungguh gila, dasar tak tahu diri!! Pasangan mesum!" Felicia menggepalkam tangannya erat-erat. Felicia tak pernah menyangka, Fiona akan menggoda Reyhan dengan menawarkan tubuhnya, sedang Reyhan juga sama saja, ternyata dia adalah pria buaya yang mudah tergiur dengan tubuh wanita lain. Mudah berkhianat.

"Pergilah, Cia. Aku tak ingin melihatmu lagi. Kita putus dan kita akhiri saja hubungan kita sampai di sini. Kamu yang salah karena tak pernah memberikan apa yang aku minta. Jadi jangan pernah merasa kalau kamu adalah korbannya!!" Reyhan membanting pintu begitu menyelesaikan kalimatnya.

Felicia hanya bisa menangis, hatinya sakit. Terluka dengan begitu dalam. Yang satu adalah cinta pertama dan pria pertama dalam hidupnya, yang satu adalah adiknya sendiri. Bagimana mungkin hati Felicia tidak miris?!

"Hiks ... hiks ..." air mata terus luruh sepanjang jalan kembali ke restoran. Gemuruh di dadanya tak mau menghilang, menghantam hatinya bak deburan ombak menghantam batu karang. Keras dan kuat, sakit sekali.

[Sakit, rasanya sakit sekali,] batin Felicia menjerit. Ia tak mengindahkan tiap pasang mata yang melirik ke arah nya ingin tahu kenapa menangis. Gelora di dalam hatinya terus mendesak keluar dalam bentuk genangan di permukaan bola matanya yang cantik.

Felicia melepaskan kaca matanya yang mengembun karena air mata. Ia menyeka ingusnya sebelum mengambil semua barangnya di ruang VIP. Cintanya sudah pupus, kehidupan yang dia impi-impikan hancur lebur dalam waktu satu malam, membuat Felicia tertawa sendiri bak orang gila.

"Aku sungguh bodoh! Aku sungguh bodoh karena mencintainya." Felicia menyahut botol wine di atas meja dan meminumnya langsung dari botol.

"Argghh!!! Pahit!! Asam!! Keras!! Fuck!! Kenapa rasa wine ini seperti hidupku?!" Felicia mengumpat, tak biasanya ia kehilangan kendali akan mulutnya. Felicia biasanya begitu terpelajar, lemah lembut, dan juga selalu menjaga attitude.

"Persetan dengan semuanya." Felicia menenggak lagi wine, ia menghabiskan minuman beralkohol itu di sepanjang perjalanan pulang.

Pulang ke mana??

Entah kenapa Felicia berhenti di depan rumah milik Reyhan. Rumah yang baru saja dibangun untuk mereka berumah tangga. Rumah yang seharusnya dia tinggali kelak.

"SHIT!! REYHAN BERENGSEK!! BUAYA DARAT! BAJINGAN MESUM!" Felicia berseru dengan lantang sampai membuat Kaisar yang berjaga di malam hari berjengit kaget. Kopi yang diseduhnya mencolot dan membuat kaosnya basah, panas lagi. Spontan Kaisar melepaskan kaosnya. Tubuh altletisnya mencolok di tengah sorot lampu warm white di balcony lantai dua.

Kaisar melirik ke bawah, ia melihat Felicia jingkrak-jingkrak sembari berseru-seru bak orang gila di depan rumah. Sumpah serapah berisi nama binatang sampai dalam bentuk bahasa lain pun tumbah keluar dari bibirnya.

"Mbak Cia?" Kaisar turun dari lantai dua dan mencoba untuk mengetahui apa yang terjadi.

Felicia terhuyun-huyun, sepertinya gadis itu mabuk berat karena menghabiskan satu botol wine tua seorang diri. Langkah kakinya sudah tidak jelas, wajahnya pun memerah. Sumpah serapah terus keluar dari bibirnya yang tipis dan membuat banyak orang yang lewat membicarakan kelakuan absurbnya.

Felicia terjatuh karena pengaruh alkohol membuat kakinya seakan tak bertulang.

"Mbak, ada apa, Mbak?!" tanya Kaisar, ia membuka pagar dan mencoba membantu Felicia berdiri.

Gadis itu tersenyum sinis dan menepuk-nepuk pipi Kaisar. Kaisar mengendus aroma alkohol menguar dari bibir Felicia. Sepertinya gadis ini terlalu banyak minum sampai tidak sadarkan diri. Bahkan ia tak bisa berdiri dengan benar.

"Mbak ... mbak!! Bangun Mbak!! Sudah malam, nggak enak dilihatin tetangga." Kaisar mencoba menolong Felicia. Tapi Felicia menolak, ia justru menangis keras. Semua orang semakin melihat dengan tatapan menghakimi. Kaisar tak punya pilihan. Dengan tenaganya yang besar, tidaklah susah membopong gadis itu dan memaksanya masuk.

"Lepasin aku!! Aku benci!! Benci sama rumah ini!!" Felicia meronta-ronta di atas pundak Kisar. Kaisar menghela napas, ia sudah bisa menebak apa yang terjadi, pasti Reyhan sudah mencampakkan Felicia demi Fiona.

"Mbak, tunggu di sini, saya ambilin air minum dulu biar mabuknya reda." Kaisar menaruh tubuh Felicia di sofa.

"Cih!! Aku nggak mabuk!!" Felicia menatap galak ke arah Kaisar, membuat pria itu kesal dengan tingkahnya. Jelas-jelas Felicia mabuk berat.

"Gorden lilac ini pasti permintaan Fiona 'kan?!! Aku tahu dia suka banget sama warna lilac!!" Felicia mendadak bangkit dan menarik kain gorden sekuat tenaga. Kain gorden tinggi hampir tiga meter itu terjatuh, tak berbahaya bila hanya kain, tapi bagaimana kalau dengan besi relnya? Pasti sakit donk ya?

"Mbak, awas!!" Kaisar memutar tubuhnya untuk melindungi Felicia. Besi rel menimpa punggung Kaisar. Kaisar mengeryit kesakitan. Untung saja tidak mencederai tulang punggungnya, tapi pasti akan muncul lebam besok.

Kain gorden menutupi tubuh ke duanya. Masih dengan posisi Kaisar sebagai pahlawan yang melindungi sang putri. Tangan Kaisar dengan kokohnya menahan pinggang Felicia sementara lengan Felicia berpegangan pada punggung Kaisar.

Keduanya saling menatap dengan intens, bola mata gelap Kaisar mengunci tatapan Felicia. Keduanya saling beradu pandang, Kaisar terenyuh dengan tatapan sendu Felicia yang penuh kesedihan. Hidung mancung Felicia memerah, bibirnya yang tipis bergetar karena terlalu banyak menangis. Oh ... pemandangan ini entah kenapa membuat Kaisar begitu ingin melindunginya.

"Memangnya kenapa kalau aku kolot?? Memangnya kenapa kalau aku gadis cupu yang tahu belajar dan bekerja?!" Felicia merancau, ia menganggap Kaisar adalah Reyhan. "Aku menjalani hidup dengan keras supaya tidak kehilangan kasih sayang dari ayahku. Aku bekerja keras supaya menjadi wanita yang bisa kamu banggakan. Karena aku sadar, Rey, aku tak punya apa pun selain otak yang encer." tutur Felicia penuh dengan kesedihan, Kaisar hanya mendengarkan, menjadi tempat sampah berisi curhatan Felicia yang panjangnya dari sabang sampai merauke.

"Tapi setelah apa yang aku usahakan untukmu, Rey! Kamu dengan teganya membuangku begitu saja. Kamu lebih memilih Fiona!! Hiks ... kenapa? Apakah sungguh alasanmu hanya karena aku terlihat kampungan? Kolot?? Nggak mau di ajakin seks sebelum menikah??" Felicia menarik leher Kaisar semakin turun. Mata Kaisar membelalak, hidungnya telah menyentuh hidung Felicia, tinggal hitungan mili meter saja maka bibirnya akan menyentuh bibir Felicia.

"Baiklah kalau memang itu mau mu!! Kamu pikir hanya Fiona saja yang bisa?? Aku juga bisa!! Benar, fuck sex after marriage!" seru Felicia.

—*****—