Disana ia bertemu dengan Radin yang sedang makan sambil mengenakan seragam sekolah.
"Lah kok lu disuruh balik sedangkan gua kagak?" tanya Radin dengan mulut penuh makanan.
"Rahasia Din."
Alpha mengeluh kepada sahabatnya, "Kalau lagi kek gini, rasa-rasanya pengen cepet lulus sekolah terus kuliah, kayaknya enak gitu gak perlu bangun jam enam terus balik jam empat, kayak gimana gitu rasanya Din."
"Bukan lu doang kok, gua juga sama," ucap Radin yang ikut mengeluh.
"Kalau gua jadi menteri pendidikan, bakal gua rubah sistemnya jadi masuk sekolah jam sembilan pulang jam tiga, dan setiap siswa berhak memutuskan memilih pelajaran mana yang mereka fokusnya," khayal Alpha sambil merebahkan tubuhnya.
Mpok Jaenab datang dan menyindirnya, "Gimana mau jadi menteri, lu pada sekolahnya bolos mulu, belajar gak pernah, ke warung kasbon mulu."
"Eh ada Mpok, ngayal dulu aja lagi gini mah Mpok, siapa tahu jadi kenyataan, bener kagak Din?" tanya Alpha.
"Ya benar, menterinya kek lu, duitnya abis di korupsi, lu kalau makan gorengan dimari aja makan lima ngaku dua."
"Gak gitu juga goblok Din," ucap Alpha sambil memelototi Radin karena ada Mpok Jaenab disampingnya.
"Oh jadi lu sering yah ngambil gorengan gua gak bayar, kang tipu lu kecil-kecil!" bentak Mpok Jaenab. "Lagian gua juga udah tahu kelakuan lu berdua, tapi gak apa-apa soalnya lu doang berdua yang bikin warung gua rame."
"Gua punya tebak-tebakan nih, toko, toko apa yang kalau orang mau beli langsung berasa dapet hidayah?" tanya Alpha.
"Toko kitab."
"Toko perlengkapan haji."
"Salah Mpok, Din, yang bener itu toko lampu, hahaha," ucap Alpha sambil tertawa.
Radin bertanya sambil kebingungan, "Lah kok toko lampu?"
"Soalnya kalau lu ke toko lampu, banyak lampu nyala terang banget berasa dapet hidayah, hehehe," jawab Alpha tertawa lepas.
Mpok Jaenab mengejeknya. "Gajelas lu kek muka."
"Jokes lu kek bapak-bapak pos ronda, asli."
Beberapa minggu kemudian Alpha dan Radin yang sedang mengendarai sepeda motor menuju sekolah, tiba-tiba menghentikan lajunya dan memarkirkannya di pinggir jalan.
Mereka masih terududuk diatas sepeda motornya dan menatap menuju para siswa yang sedang nongkrong sambil merokok di warung.
Alpha turun dari sepeda motornya dan berjalan ke arah mereka dengan di ikuti Radin dibelakangnya.
"Lu pada gak masuk lagi?" tanya Alpha kepada para siswa tadi.
Salah satu siswa menjawab, "Kagak Al, palingan beres PENJAS gua masuknya."
"Iya sih, males juga masih pagi udah lari-lari kek lagi pendidikan militer aja," keluh Alpha sambil duduk.
"Lu kok malah duduk, kagak jadi ke sekolah ini?" tanya Radin.
Alpha menjawab, "Sebatang dulu Din, biar nanti langsung ke lapangan aja kita." sambil membakar rokoknya.
"Kemaren waktu gua ngopi di tambal ban depan, anak-anak dipalak lagi katanya Al," ucap Narto.
"Terus di kasih kagak sama mereka?"
"Dipalak berapa duit?" tanya Radin dan Alpha kepada Narto.
"Cepe katanya, bukan masalah duitnya sih Al, tapi mereka dipukul sampai tiga kali," tukas Narto.
"Serius lu, masih anak sebelah?" tanya Alpha.
"Iya Al, gua gedek banget tapi mereka biasanya bergerombol."
"Berarti lu juga kena dong To?" tanya Radin.
Narto mengeluh dengan wajah pasrah. "Iya kena, gua mau ngelawan tapi mereka ramean, yang ada nanti tambah parah dipukulnya."
"Yaudah nanti sore lu bawa anak-anak yang kena, kita samperin tongkorongan mereka, gua berangkat dulu," perintah Alpha kepada Narto. "Ayo Din," ajak Alpha kepada Radin.
Mereka berdua kembali mengendarai sepeda motornya menuju sekolah.
Seperti biasa, mereka menitipkan sepeda motornya di warung Mpok Jaenab dan berjalan kaki menuju sekolah.
Pas di gerbang sekolah, mereka di berhentikan oleh penjaga sekolah karena datang terlambat dan dihukum menghormat tiang bendera sampai jam pelajaran pertama selesai oleh guru yang sedang piket hari itu.
Mereka berjalan menuju lapangan dan langsung menaruh tas di bawah tiang bendera sembari melakukan sikap hormat.
Beberapa siswa yang melihat mereka berdua melakukan hal tersebut merasa kasihan karena hampir setiap minggu mereka berdua di hukum seperti itu, hal itu sudah seperti rutinitas harian bagi Alpha dan Radin.
Mentari yang semakin meninggi membuat mereka kepanasan dan berkeringat.
Radin yang sudah tidak kuat dengan hukuman itu akhirnya harus tumbang dan terkulai lemas ditanah.
Alpha yang melihat sahabatnya terkulai lemas di tanah dengan sigap menghampirinya, membaringkan tubuh Radin dan menaruh kepalanya di pangkuan.
"Kawan, tahan kawan, kita harus bisa melewati ini semua!" teriak Alpha. "Misi kita masih belum tercapai, haruskah diriku melanjutkan ini semua seorang diri?" tanyanya sambil menggoyangkan tubuh Radin.
"Tidak kawan! Aku sudah tidak kuat, ijinkan aku beristirahat dengan tenang kali ini," jawab Radin dengan sayup yang terkulai lemas di pangkuan Alpha.
"Bertahanlah kawan, ini semua akan segera berakhir!" tegas Alpha sambil menggoyangkan kepala Radin.
"Udah goblok! Gua tambah pusing jadinya," keluh Radin karena Alpha yang terus menggoyangkan kepalanya.
Alpha berteriak dengan keras, "Medis, medis, kita butuh tim medis! Satu orang jatuh!" sambil melihat ke arah sekitarnya.
"Udah bangsat aktingnya, jangan bikin gua malu," ucap Radin yang mulai kelihangan kesadaran dan memejamkan matanya.
"Tidaaaaaaaaak!" teriak Alpha dengan lantang.
Scene tersebut sangat amat dramatis hingga terlihat seperti dua orang prajurit yang sedang bertempur di medan perang.
Teriakan Alpha yang sangat keras terdengar hingga ke seluruh sudut sekolah, para siswa dan guru yang sedang fokus dalam pelajaran didalam kelas mendadak keluar mendengar teriakan Alpha tadi.
Mereka melihat ke arah lapangan dan disana terdapat Alpha yang sedang terduduk dilantai mendekap Radin dengan penuh perhatian.
"Bertahan kawan!" teriak seorang siswa dari lantai tiga.
"Kalian pasti bisa, semangat!"
"Mayday, mayday, one man down, one man down," teriak siswa lain dari lantai dua dengan di ikuti riuh siswa lain yang berbicara.
Guru yang sedang piketpun berlari menuju ruang UKS untuk mengambil tandu dan menghampiri Alpha.
"Kita masih bisa menyelamatkannya, bantu aku mengangkat tubuhnya," ucap Pak Muslim yang ikut beradu akting dengan tandu di tangannya.
"Baiklah Kapten."
Mereka berdua mengangkat tubuh Radin dan memindahkannya ke atas tandu, lalu membawanya menuju ruang UKS untuk diberikan pertolongan pertama, teh hangat, dan makanan ringan.
Tubuh Radin dipindahkan dari tandu ke kasur yang berada di ruangan itu.
Tak berapa lama, Radin yang mulai siuman menatap sekitarnya yang sudah berubah karena ia tak lagi berada di tengah lapangan melainkan di ruangan UKS.
Pak Muslim keluar dari ruangan UKS menuju kantin sekolah untuk mengambil beberapa makanan ringan.
"Aku dimana? Kamu siapa? Bagaimana aku bisa ada disini?" tanya Radin.
Alpha yang mendengar ucapan Radin, memukul kepalanya.
"Aduh, sakit goblok Al!" keluh Radin.
"Oh udah sembuh, gua kira masih sakit lu, hahaha," ucap Alpha sambil tertawa.
Tak lama kemudian Pak Muslim datang dengan teh dan cemilan ditangannya, ia menaruhnya di meja dan duduk disamping Radin.
"Ijin Kapten, saya akan kembali melaksanakan tugas yang masih belum selesai ini," ucap Alpha kepada Pak Muslim.
"Laksanakan!" Tegas Pak Muslim.