Chereads / No Past and No Future / Chapter 14 - Pengendali Iblis (2)

Chapter 14 - Pengendali Iblis (2)

"Apa benar Anda Rheannon Whitley?" tanya Hadrian curiga.

Sekali lagi sosok itu mengangguk kecil, lalu menunjuk lehernya sendiri dan berkata serak, "Sakit." Dia menunjuk diri dan berkata, "Rheannon."

"Kenapa suaramu…" Hadrian menggelengkan kepalanya. Bukan itu yang penting sekarang. "Maafkan saya, Putri. Anda harus ikut dengan saya."

Di luar dugaannya, Rheannon menggeleng.

"Saya tidak ingin menggunakan kekerasan di sini."

Rheannon mengangkat tangannya, kemudian mulai mengambil langkah maju.

"Tunggu!" Hadrian mencegahnya. Dia sudah siap menarik pedangnya, tapi di sisi lain tidak merasakan ancaman dari wanita kecil itu. Rheannon sama sekali tak menunjukkan tanda akan berhenti dan terus maju. "Apa yang–"

Langkah Rheannon pun akhirnya berhenti. Dia terlihat menaruh perhatian khusus pada sel penjara Axelle.

"Tolong mundur," kata Rheannon.

Entah mengapa Hadrian menurut.

Dia memperhatikan wanita itu. Tangannya yang kurus mengusap sel penjara Axelle dengan gerakan ringan. Kemudian dia memejamkan matanya dan menggumamkan sesuatu.

Setelah selesai dengan gerakan aneh tersebut, Rheannon berbalik dan berkata pada Hadrian, "Iblis… mimpi buruk."

"Maksud Anda… Pangeran Axelle dipengaruhi iblis mimpi buruk?" tanya Hadrian tak yakin. Rheannon mengangguk, lalu menunjuk Hadrian. "Saya juga?" Sekali lagi Rheannon mengangguk. "Bagaimana–"

Rheannon mengangkat tangannya, lalu mengulang ritual kecil seperti yang dilakukannya pada sel penjara Axelle barusan. Hadrian merasa sesuatu seperti menerpa dirinya. Sejurus kemudian, dia merasa lebih tenang.

"Sudah... saya usir," kata Rheannon sambil tersenyum.

"Kenapa Anda melakukannya?"

"Rasa… terima kasih."

"Anda adalah tahanan yang kabur. Saya tetap harus menyerahkan Anda pada Yang Mulia Raja meski Anda baru saja berbaik hati pada saya."

Rheannon kembali tersenyum.

[Setelah menangkap dan memenggal kepala orangtua saya, Anda akan melakukannya juga pada anaknya?]

Sebuah suara berbisik di kepala Hadrian. Suara dalam yang mengerikan, yang rasanya datang dari jauh sekali. Suara yang sepertinya datang dari wanita di depannya ini.

Suara yang membuat Hadrian menjadi gentar.

Apakah Hadrian akan mengulang kejadian sepuluh tahun lalu? Pada anak-anak tersangka, pada Axelle Rexton dan Rheannon Whitley? Bukankah baru beberapa saat lalu dia iba pada Axelle dan mempertanyakan kebijakan Raja yang terlalu kejam ini?

Terdengar tawa kecil dari Rheannon.

[Maafkan saya, Marquis. Saya tidak bermaksud membuat Anda merasa bersalah seperti itu].

Bagaimana dia tahu apa yang sedang kupikirkan? batin Hadrian.

[Orang yang hatinya lemah, pikirannya mudah dibaca dan dirasuki].

Mereka saling bertatapan.

"Saya tetap tidak bisa membiarkan Anda lolos begitu saja," tagas Hadrian. Kini dia sudah benar-benar mengeluarkan pedangnya. Ujung pedangnya mengacung tepat ke arah Rheannon.

"Saya sudah... menduganya," ucap Rheannon tenang. Dia menyodorkan tangannya pada Hadrian begitu saja. "Tangkap saya."

Otot-otot tegang Hadrian mengendur. Dia menatap wanita di hadapannya tak percaya.

Awalnya dia berpikir jika ini semua hanyalah trik belaka. Tapi bahkan saat Hadrian mengikat tangan ringkih itu, Rheannon tidak mengelak sedikit pun. Wanita itu juga menurut saat Hadrian menuntunnya ke hadapan Raja.

Raja tampak kaget. Begitu pula dengan beberapa bangsawan pengawas dan keamanan kerajaan. Inilah Rheannon Whitley yang mereka cari-cari beberapa hari ini. Tangannya terikat kuat dengan Hadrian mengawasinya tepat di belakang, siap melumpuhkannya jika dia membuat gerakan mencurigakan sedikit pun.

"Untuk sementara rahasiakan soal hal ini. Kita tidak mau masyarakat kebingungan dan ketakutan," kata Raja Rexton V. Matanya menyisir sosok Rheannon tajam. "Bawa tahanan ke penjara bawah tanah. Tempatkan pengawas khusus di sana."

Rheannon Whitley tertangkap kembali semudah itu.

***

Namun tanpa ada yang menduga, ada orang lain yang mengetahui penangkapan terhadap Pangeran Axelle dan Putri Whitley tersebut. Dinding istana memang memiliki telinga di mana-mana.

Maka dalam semalam saja, para bangsawan yang sejatinya tengah berkumpul di Ibu Kota Ozera berbondong-bondong mendesak ingin bertemu dengan sang Raja. Mereka menuntut berita yang sebenarnya. Pangeran Axelle ditangkap–kenapa? Apakah akan ada kudeta dari sang Pangeran Terbuang? Putri Rheannon Whitley selama ini dipenjara di Istana dan mencoba kabur setelah sekian lama–kenapa tidak ada yang tahu? Mereka pikir, anak itu sudah lama mati.

Keadaan Ibu Kota Ozera yang tengah ramai menjadi sedikit kacau. Parahnya, kekacauan itu terjadi di tengah-tengah perayaan ulang tahun Putri Raja.

Pintu sel tempat Rheannon dipenjara terbanting terbuka. Itu adalah pertama kalinya setelah sekian lama Hadrian marah.

"Katakan dengan jujur, Putri Rheannon," geram Hadrian. "Orang yang membantu Anda bebas itu kan, yang menyebarkan berita tertangkapnya Anda dan Pangeran Axelle?"

Rheannon tersenyum simpul, lalu mengangkat bahunya. Dia menunjuk sel di seberangnya, pada sel Axelle.

"Anda ingin berkata jika orang yang membebaskan Anda adalah Pangeran Axelle, jadi tidak mungkin ada orang lain yang melakukannya?" Hadrian menggertakkan giginya. "Anda ingin berkata jika masyarakat di luar sana tahu begitu saja? Tolong jangan bercanda."

Lagi-lagi Rheannon hanya tersenyum.

[Coba saja adili saya dan Pangeran Axelle. Coba saja bunuh saya. Anda akan tahu sendiri bagaimana jadinya nanti].

Rheannon tertawa kecil.

***

"Apa kalian sudah mendengarnya? Katanya Pangeran Axelle ditangkap!"

"Iya, aku sudah mendengarnya. Tidak kusangka Pangeran berani membebaskan tahanan Istana."

"Kukira Pangeran Axelle adalah tipe orang yang akan selalu cari aman…"

"Ini baru pertama kalinya Pangeran Axelle melakukan sesuatu, kan? Menurut kalian, apa di masa mendatang Pangeran akan mungkin melakukan sesuatu yang lebih?"

"Seperti merebut takhta? Ya, mungkin saja."

"Ah, kurasa itu tidak mungkin. Tahanan yang Pangeran Axelle bebaskan itu adalah Putri Whitley, dan katanya dia membebaskannya karena rasa kasihan semata."

"Putri Whitley? Jadi selama ini dia ditahan oleh istana…"

"Kukira dia sudah mati. Tidak pernah terdengar hal apa pun sebelumya."

"Tunggu, jika tahanan yang bebas itu adalah Putri Whitley… Itu artinya saat ini ada pengendali iblis yang bebas berkeliaran di sini?"

"Tidak, Putri Whitley sudah tertangkap kembali."

"Tapi akan ada kemungkinan dia kabur lagi, kan? Maksudku, dia sudah pernah sekali berhasil kabur meski atas bantuan Pangeran."

"Benar juga. Kenapa Yang Mulia Raja tidak segera melakukan sesuatu?"

Chas melangkah pergi. Ketika sudah cukup jauh dari para nona bangsawan yang tengah minum teh sambil bergosip tersebut dia menurunkan tudung jubahnya. Kaki panjangnya membawanya ke pusat festival musim panas rakyat, yang kali ini tidak sesesak biasanya karena ketidakhadiran Putri Raja.

Dengan begini, semua orang sudah tahu jika Rheannon Whitley masih hidup dan dia tengah ditahan di penjara Istana bersama dengan Pangeran Axelle Rexton. Jika sesuai rencana, orang-orang akan menuntut pengadilan terbuka bagi keduanya. Lalu, Raja terpaksa menjatuhi hukuman pengasingan entah ke mana karena tidak bisa membuka pengadilan terbuka di Kuil Suci Beulah.

Nah, kalau mereka beruntung, bobrok Kuil Suci Beulah juga akan tersingkap.

"Semoga berhasil," harap Chas setiap menitnya.

Rencana tersebut memang terlalu riskan. Chas sendiri sudah menolaknya, tapi Rheannon bersikeras. Kalau tidak seperti ini baik dia maupun Axelle akan terus terkurung di wilayah istana dan tidak akan pernah benar-benar bebas. Lagi pula, rakyat tidak bisa terus-terusan percaya jika Istana dan Kuil Suci Beulah sesuci pikiran mereka.

"Aku benci mengatakan ini, tapi kalau begini terus lama-lama kita akan dipimpin iblis," kata Duke Colton.

"Tapi bisa saja kan Raja main bunuh!"

"Tenang saja… Raja tidak… akan bisa," kata Rheannon saat meyakinkan Chas.

Chas tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika Rheannon harus menderita lagi.

"Tuan Chas?"

Seseorang–bukan, seorang bocah menyapanya.

"Desmond, kan?" sapa Chas balik. Bocah itu mengangguk. "Kau sendirian lagi. Tidak sedang kabur, kan?"

"Tidak, kok," kata Desmond dengan sedikit nada kesal. "Ada yang mengikuti saya," tambahnya sambil mengedik ke salah satu sudut. Ada dua orang Hadrian yang mengawasi dari jarak aman.

"Bagus. Di saat begini, tidak baik untuk berkeliaran sendiri. Apalagi kau masih kecil begini," kata Chas sambil menepuk puncak kepala Desmond.

Desmond yang tidak menyukai perlakuan tersebut merengut. Chas tertawa kecil menanggapinya.

"Tapi Tuan Chas bukankah… orang yang sedang dalam pembicaraan ini adalah sepupu Anda?" tanya Desmond takut-takut.

"Kenapa bertanya kalau kau ragu begitu?"

"Maksud saya…" Desmond terlihat tak yakin. "Maaf. Sebenarnya saya hanya ingin tahu apakah Tuan Chas baik-baik saja atau tidak."

"Oh." Chas sedikit terkejut dengan pernyataan barusan. "Tidak, tidak. Harusnya aku yang meminta maaf. Padahal kau bermaksud baik. Aku, yah, sedikit tertekan dan khawatir dengan semua ini. Rhea sudah seperti adikku sendiri. Sama seperti Ayah yang tidak mampu menjalankan perintah Raja untuk mengeksekusi mendiang Lady Talisa, aku pun juga tidak akan mampu melakukannya pada Rhea."

"Saya turut prihatin," ucap Desmond tulus.

"Terima kasih," kata Chas. "Aku hanya ingin kebebasan untuknya."

"Kenapa seorang pengendali iblis tidak diperbolehkan bebas? Dulu mereka hidup tenang di wilayah mereka, bahkan bebas bepergian, kan?"

"Karena menurut orang-orang, pengendali iblis adalah manusia-manusia berbahaya yang bisa menyalahgunakan kemampuan mereka. Semua orang juga percaya jika pengendali iblis adalah pengkhianat."

"Tapi waktu itu Putri Whitley tidak melakukan apa-apa, kan? Waktu itu…" Desmond tampak berpikir, "seharusnya Putri Whitley hanya beda setahun dua tahun dengan saya. Saya rasa beliau tidak mungkin sanggup melakukan apa-apa. Begitu pula dengan Pangeran Axelle."

"Lagi-lagi kau mengejutkanku," dengus Chas geli. "Orangtuamu pasti mendidikmu dengan baik."

"Entahlah, saya tidak ingat jelas. Hanya saja, saya merasa pikiran saya ini benar." Desmond mengalihkan pandangannya dan menatap ke sepenjuru pusat perbelanjaan kota yang damai. "Putri Whitley adalah seorang pengendali iblis terakhir di Kerajaan Rexton. Kalau Raja menginginkan kematiannya…"

Chas mengernyitkan alisnya. Tapi kemudian ikut memandang ke arah keramaian yang begitu damai.

Konon katanya, tidak ada seorang pengendali iblis di Pyrs. Maka dari itu dulu mereka melakukan invasi ke Rexton untuk menculik beberapa pengendali iblis mereka.

Rheannon terdengar yakin jika Raja tidak akan berani membunuhnya. Jangan-jangan…

"Tuan Chas?"

"Ah, maaf. Aku harus pergi," pamit Chas buru-buru. "Jangan sering-sering berkeliaran sendirian, Bocah. Sampai jumpa kembali.

Chas pergi menyusup ke Kuil Suci Beulah.