Kelas telah usai, Ellen sengaja tidak keluar lebih dulu, ia lebih memilih menunggu semua orang keluar karena ia melihat kehadiran Olive yang baru saja pulih dari rumah sakit terlihat sedikit mencurigakan.
Olive terlihat sedikit aneh daripada yang pernah Ellen ingat, wanita itu masih cantik dan masih memakai pakaian yang keren, tapi matanya terlihat sayu dan ia tidak bersemangat.
"Mungkin karena ia baru saja keluar dari rumah sakit makanya ia seperti itu."
Ellen mengangguk-anggukkan kepala, terjebak dalam pikirannya sendiri.
Satu persatu orang di kelas mulai keluar, Elmer awalnya terlihat enggan dan terus menatap Ellen, tapi ponselnya berbunyi dan mau tak mau ia harus keluar menjawab.
Olive kemudian dikelilingi teman-temannya, mereka penasaran kenapa wanita cantik itu terlihat sedikit berbeda.
"Olive, kenapa kau diam saja daritadi?"
"Iya, apa kau masih tidak enak badan?" Temannya yang lain menyentuh Olive, wanita itu mengerutkan kening dan menutup bukunya.
Ellen memperhatikan selama beberapa saat dan menyimpulkan kalau Olive tidak terlalu peduli padanya, ia pun melangkahkan kaki keluar dari kelas.
"Hei, mau kemana kau?" Teman Olive yang berambut pendek tiba-tiba berseru, ia berbalik ke arah Ellen sambil berkacak pinggang. "Mentang-mentang kami tidak mengganggumu akhir-akhir ini jadi ngelunjak, ya?"
Ellen menoleh, ia menatap Olive yang tidak menatapnya.
Agak aneh.
"Benar juga, selama tidak ada kamu Ellen terlihat terlalu nyaman." Yang lain berjalan mengitari Ellen, berkacak pinggang. "Olive, ingin melakukan sesuatu?"
Ellen memeluk tasnya dengan erat, meski ia tidak takut dengan semua teman-teman Olive yang sering membullynya di kampus, tapi ia takut kalau barang-barangnya menjadi korban lagi.
"Olive?"
Yang dipanggil tidak kunjung mengangkat wajahnya untuk menatap Ellen, kedua tangannya meremas buku yang ada di depannya.
"Olive, ada apa denganmu?"
Ellen mengerutkan kening, Olive memang agak aneh. Apakah ia amnesia atau sejenisnya?
"Jangan ganggu Ellen," kata Olive dengan suara bergetar, tangannya yang meremas buku itu semakin kuat, wajahnya semakin pucat.
"Apa? Apa yang kau katakan Olive?!" Teman-temannya menjadi kaget mendengar apa yang Olive katakan, mereka langsung berbalik menatap wajah pucat itu.
"Apa sesuatu telah menggeser otakmu? Atau Ellen melakukan sesuatu padamu?"
Ellen juga tidak percaya apa yang keluar dari mulut Olive, di satu sisi ia jadi penasaran, di satu sisi ia menebak-nebak, apakah ini ada campur tangan Liu?
"Tidak, tidak," sahut Olive dengan gugup, begitu ia mengangkat wajahnya semua orang melihat kalau matanya memerah dan bibirnya gemetar. "Hanya … hanya … jangan ganggu Ellen …."
Teman-temannya tidak terima, bagi mereka, Olive adalah pemimpin mereka yang selalu unggul dari segi mana pun, ia cantik, ia kaya, ia juga cerdas, meski selalu berada di bawah Ellen, tapi semua orang selalu mendukung Olive.
Pokoknya bagi mereka, Olive jauh lebih baik daripada Ellen.
"Olive, bilang saja pada kami kalau kau diganggu Ellen!" Temannya menarik bahu Olive, membuat wanita itu tersentak kaget.
"Aku tidak menganggu Olive," bantah Ellen tanpa basa-basi, ia terlalu muak melihat semua orang ini dan berniat menjauh. "Mingggir, aku tidak mau menghabiskan waktu dengan kalian."
Olive menggelengkan kepalanya dan membuat teman-temannya semakin bingung dengan apa yang ia maksud.
"Jangan keluar dulu, urusan kami belum selesai!" Teman Olive yang berkacak pinggang itu langsung menghalangi Ellen, ia menarik bahu wanita itu hingga Ellen hampir menabrak meja. "Olive, jangan takut! Kami akan membantu kalau kau diganggu wanita ini, kami bisa membalasnya!"
"Iya, Olive!"
Ellen merasakan rambutnya ditarik ke belakang, wanita itu meringis dan menjatuhkan tas ke lantai, tangannya terangkat untuk menggapai rambut.
"lepaskan rambutku!" Ellen menjerit, pintu kelas yang tadinya terbuka lebar kali ini ditutup oleh salah satu teman Olive.
"Lepaskan? Kau melakukan sesuatu pada Olive kami, lihat, ia tidak pernah ketakutan seperti ini sebelumnya, bagaimana kau …."
"Lepaskan!"
Itu bukan Ellen yang berteriak, tapi Olive, wanita itu gemetar hebat, dari ujung kaki sampai kepala, ia mundur terhuyung-huyung menjauhi semua orang. "Lepaskan Ellen."
"Olive, kau benar-benar aneh." Yang berambut pendek itu geram melihat Olive yang ketakutan, tangannya yang memegang rambut Ellen, ia lepas dan kakinya bergerak.
BUKH!
Ellen menahan sakit di lututnya, ia jatuh ke lantai terkena tendangan, sungguh, hal-hal seperti ini adalah hal yang biasa baginya, apalagi sejak kecil ia hidup di panti asuhan.
Apa yang terjadi kalau Liu melihat semua ini?
Ellen tidak bisa membayangkan sesuatu yang buruk akan terjadi, ia mendongak dan matanya langsung bertemu tatap dengan Olive.
Mata Olive melebar, seakan ada sesuatu yang menakutkan dilihatnya dari Ellen, ia jatuh terduduk ke lantai.
"Tidak. Tidak … tolong lepaskan Ellen … jangan ganggu Ellen …." Olive terisak, air matanya langsung bercucuran jatuh ke lantai.
Semua orang langsung terperangah, tidak mengerti apa yang terjadi. Sedangkan Ellen mulai berpikir, apa yang Liu lakukan sebenarnya sampai Olive sangat takut hanya dengan melihat wajahnya?
"Ah, menyebalkan sekali." Teman Olive yang tadi menjambak rambut Ellen itu mendengkus, ia mengambil buku di atas meja dan melemparkannya pada Ellen. "Jangan terlalu senang gara-gara Olive takut melihatmu, ya."
Ellen mendengkus, ia mengambil tasnya dan berdiri, matanya bertatapan dengan Olive, sekali lagi ia bisa melihat ketakutan yang amat nyata darinya.
Ellen langsung menerobos keluar, sementara itu teman-teman Olive mulai marah dan mereka mengelilingi wanita itu.
"Olive, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya mereka dengan sinis. "Kau tidak mungkin takut pada Ellen, kan?"
Olive menggigil, ia beringsut mundur ke sudut dinding. Teman-temannya tidak akan tahu apa yang terjadi pada dirinya, mereka tidak mengerti.
Rasa dingin yang Olive rasakan sebelum ia pingsan itu masih terasa di kepalanya, membuatnya tidak bisa berpikir jernih, di dalam tidurnya ia selalu bermimpi bagaimana ia membully Ellen, bagaimana ia menyiram air kotor ke wajah Ellen, merobek bukunya dan bagaimana ia membuang tas Ellen ke bak sampah.
Semua itu selalu terulang dalam mimpinya, seakan ada seseorang yang memaksanya untuk memimpikannya siang dan malam. Olive menjadi ketakutan dan ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, meski ia diberi obat tidur dan ia bisa terlelap, rasanya ia sangat tersiksa.
Olive bahkan tidak bisa berpikir jernih, ia tahu apa yang ia lakukan salah. Tapi Ellen tidak pernah melawannya sehingga ia terlalu angkuh.
Sekarang, bahkan hanya dengan ditatap oleh Ellen saja, rasanya kakinya sudah lemas dan ia tidak mampu berkata-kata.
Teman-temannya mulai mengeluhkan sikap Olive, sebagian lagi mengasihan Olive karena mereka pikir Olive masih dalam masa penyembuhan sehingga perasaannya agak aneh.
Tapi satu hal yang paling Olive rasakan adalah, ia tidak akan mampu lagi bersikap sama pada Ellen, ia ….
Takut.