Liu membasuh tangannya berkali-kali di klinik, bahkan ia hampir menambahkan alkohol ke dalam wastafel saking mualnya aroma yang menempel di tangannya. Ia sudah berdiri selama satu jam dan sabun cuci tangan di dalam botol sudah berkurang setengahnya.
Ia masih merasa kotor, aroma yang menjijikkan itu membuatnya tidak nyaman di mana-mana.
Klinik Liu berada di pinggiran kota, hanya ramai di siang hari. Jika malam tiba, tempat ini akan menjadi sepi layaknya kuburan, apalagi Liu tidak memiliki kebiasaan untuk menyalakan semua lampu ketika malam hari, ia terbiasa gelap.
Mata hitam laki-laki itu memerah, tiba-tiba ia muntah.
"Hoek!" Liu menyalakan keran dan air langsung mengalir dnegan deras, seandainya ia punya waktu lebih lama lagi tadi, ia akan mematahkan satu atau dua tulang rusuk Elmer.
Aroma tubuh Elmer terlalu busuk, Liu tidak tahu apakah itu karena Elmer terlalu banyak minum alkohol dan hal rusak lainnya atau memang karena ….
Di samping Elmer ada seseorang yang sama seperti dirinya.
Tapi itu adalah kemungkinan terkecil, Liu tidak pernah lagi bertemu Ksatria yang masih hidup di dunia manusia. Kalaupun ada, biasanya mereka akan lebih memilih menjauh dari para Ksatria Naga karena merasa terancam.
Liu menarik napas dalam-dalam, mengingat apa yang telah ia lakukan hari ini, membuatnya merasa kalau ia sebenarnya terlalu gegabah hanya karena seorang wanita.
Apalagi wanita itu adalah Ellen.
Liu sendiri tidak habis pikir sebenarnya apa yang telah ia lakukan?
Ia pasti sudah gila.
Laki-laki bernama Elmer juga, ia terlihat sangat aneh, di antara semua wanita cantik di kampus, kenapa harus mendekati Ellen?
Mencurigakan.
"Sudahlah, aku akan muntah lagi kalau mengingatnya terus." Liu menghentakkan tangannya di wastafel, suara retakan langsung terdengar dan laki-laki itu langsung menatap wastafel yang runtuh.
"Gawat, pengendalian diriku mulai berantakan." Liu mengusap wajahnya dan mematikan keran air, ia menarik napas berkali-kali dan akhirnya memperbaiki wastafel di tengah malam yang sunyi.
Liu lupa kalau Ellen menunggunya di depan pintu seperti orang kesurupan malam itu. Laki-laki itu merasa dirinya perlu ketenangan dan memutuskan untuk menginap di klinik. Tidur dengan tenang dan nyaman.
Tanpa gangguan Ellen.
***
Elmer berangkat ke kampus dengan perasaan tidak nyaman, malam tadi, alih-alih melewati malam yang menggairahkan, ia justru mengalami mimpi buruk tentang laki-laki kecil pemarah yang mencegatnya di toilet.
Elmer bahkan mengecek kamera pengawas untuk memastikan apa yang terjadi memang benar-benar nyata, tapi yang ia dapat malah dirinya yang tengah mencium cermin.
Laki-laki itu mengusap rambutnya, ia mendesah.
Apakah ia terlalu mabuk sampai-sampai berhalusina separah itu?
Elmer menggelengkan kepalanya, matanya tidak sengaja melihat sosok Ellen yang melintas di depan.
"E …." Perkataan Elmer terhenti, tiba-tiba saja ia teringat apa yang dikatakan laki-laki kecil pemarah.
Tapi Elmer tidak tahu wanita yang mana milik laki-laki kecil pemarah itu, ia tidak mungkin menanyakan hal aneh seperti itu satu persatu pada semua orang, bukan?
"Sudahlah, mungkin itu hanya halusinasi saja." Elmer terkekeh dan mengubah raut wajahnya menjadi ceria, ia berlari kecil mendekati Ellen.
"Hei, aku memanggilmu daritadi, kenapa tidak dijawab?"
Ellen mendesis, ia tidak tidur nyenyak karena Liu yang tidak kembali sepanjang malam, emosinya menjadi mudah tersulut, apalagi di pagi yang dingin ini, ia harus dicegat Elmer.
"Aku tidak ingin menjawab panggilanmu," sahut Ellen dengan ketus, ia mengangkat tangan mencoba menyingkirkan Elmer dari hadapannya. "Menjauhlah, aku ingin masuk kelas."
Elmer tertawa melihat wajah Ellen yang tidak senang padanya.
"Kau kenapa? Sedang datang bulan? Wajahmu sangat jelek."
Ellen memutar bola matanya dengan malas, ia menarik napas dalam-dalam. Tidak masalah kalau semua orang di kampus ini tidak mau menjadi temannya, tidak masalah juga kalau ia menjadi orang yang dikucilkan di kampus ini.
Tapi diantara hal-hal buruk, kenapa harus Elmer yang selalu ada di sekitarnya?!
Ellen benar-benar kesal, ia tidak tahu bagaimana lagi harus meberitahu laki-laki yang ada di depannya ini bahwa ia sangat tidak suka dengan segala bentuk keramah-tamahan Elmer.
Laki-laki yang ada di depannya ini terlalu bebal!
"Hei, kenapa kau lagi-lagi diam?" Elmer menyentuh bahu Ellen, tapi wanita itu segera menepisnya.
"Ayo kita kek kelas bersama-sama? Um … kau tidak benar-benar datang bulan, kan?"
"Ya. Aku hari ini sedang datang bulan. Perut dan kepalaku tidak nyaman, jadi tolong berhenti menganggu sebelum aku semakin marah padamu!" Ellen berkata dengan suara nyaring, menarik perhatian mahasiswa lain yang ingin masuk ke dalam kelas.
Mereka menatap Elmer prihatin dan menatap Ellen dengan jijik. Seakan-akan di wajah mereka tertulis kalau Elmer terlalu baik untuk mengajak Ellen yang tidak tahu diuntung itu.
Ellen mendecih, ia terbiasa dengan tatapan jijik orang-orang, tapi saat ini suasana hatinya sangat buruk karena Liu tidak pulang ke rumah. Dengan jengkel ia masuk ke dalam kelas, duduk di kursi paling pojok yang tidak mungkin dijangkau Elmer.
"Ah, kenapa kalian melihat Ellen seperti itu terus?" Elmer melambaikan tangannya dengan senyuman di wajahnya. "Ellen tidak seburuk yang kalian kira."
"Kau tidak bisa menyuruh kami menyukai orang yang tidak kami sukai, Elmer." Seorang mahasiswa yang merupakan teman Olive bergumam sinis. "Ellen adalah pemandangan yang tidak menyenangkan di kampus ini."
"Benar sekali, hanya nilainya saja yang membantunya ada di sini. Kalau tidak, ia tidak bisa bertahan."
"Kau juga sebaiknya jangan terlalu dekat dengannya, Elmer." Yang lain ikut menyahut, jelas sekali kalau ia tidak menyukai Ellen sedikit pun. "Jangan sampai kau bernasib sama dengan dia."
Elmer menggelengkan kepalanya, ia masuk ke dalam kelas dan melihat kalau Ellen ada di tempat duduk paling pojok, seakan sengaja mengisolasi dirinya dari dunia luar.
Ellen yang seperti itu seperti seekor berang-berang yang bersembunyi di sarang bawah tanahnya, imut dan menggemaskan.
Seandainya Elmer tahu kalau wanita itu adalah milik laki-laki kecil pemarah, ia mungkin harus berpikir ulang Ellen adalah orang yang menggemaskan.
Laki-laki itu terkekeh, ia duduk di tempat yang paling strategis, di depan dekat papan tulis dan di tengah-tengah semua orang, ketika mereka mulai duduk, sosok Olive yang tidak hadir beberapa hari terakhir muncul.
"Olive!" Teman-temannya langsung berseru. "Kenapa tidak bilang hari ini masuk kelas?"
"Iya, kenapa tidak bilang? Kami kan bisa menjemput …."
Teman-teman Olive berkeliling dan menggimamkan beberapa kata dengan nada kasihan, Olive tidak menyahut, ia duduk di kursi yang biasa ia tempati.
Wanita itu masih terlihat pucat, ia tidak memakai riasan seperti yang ia pakai seperti dulu-dulu, matanya melirik Ellen yang ada dipojok, lalu ia menunduk.