Mobil itu melaju dengan kecepatan yang sedang, sebab sang pengemudi ingat tengah membawa siapa di dalam mobilnya.
Di sampingnya, wanita cantik dengan hati penuh luka itu menatap lurus ke depan bersama tatapannya yang kosong, ke dua tangan wanita itu ada dia atas paha sang empu saling bertautan.
Sejak membakar rumah wanita yang merusak kehidupan rumah tangganya, Luna hanya bungkam dengan ekspresi yang sama.
Yang mana itu sangat sulit untuk Evans tebak, Evans jadi bingung harus melakukan apa.
Dia pun tak tahu apa masalah Luna sebenarnya, dulu saat membakar habis pabrik Sania. Luna tampak begitu lega dan bahagia, tapi. Kali ini tidak, apa yang salah? Pikir Evans.
"Ehem," dehem Evans berlagak tenggorokannya gatal, untuk menyakinkan Luna jika dia benar-benar batuk. Evans sampai memengangi tenggorokannya yang sebenarnya tak gatal.