Sania bangkit dengan cepat, dia menatap garang ke arah Kenzi karena ucapannya Sania tak bisa tenang.
"Kenapa semakin saya diam, Anda. Semakin membuat saya tidak nyaman? Pak Kenzi, kita berurusan karena saya ingin, Anda. Menguak pelaku pembakaran di apartemen saya, bukannya menyudutkan saya seperti ini," amuk Sania sudah tak tahan.
Sebab dia merasa semakin direndahkan dan jika dirinya diam, maka. Tak menutup kemungkinan Kenzi akan berpikir lebih jauh tentang apa hubungan dirinya dan juga Ekal.
Kenzi menatap Sania dengan kepalanya sedikit mendongak sebab wanita itu masih enggan untuk kembali duduk, alih-alih minta maaf karena sudah membuat Sania kesal.
Kenzi malah tersenyum, dengan gayanya yang selalu santai. Pria itu melipat ke dua tangannya di depan dada, dagunya naik bersama matanya yang tajam bak silet menghunus ke arah Ekal.
"Kenapa nona Sania, Pak Ekal? Apa, Anda. Tau jawabannya?"