"Cepatlah, kita tidak punya banyak waktu!", Ucap Zivanna. Kepribadian gadis dingin itu sedikit demi sedikit telah berubah seiring berjalan nya waktu. meski wajah datar dan kecuekannya masih mendominasi.
Sementara mereka bersiap, Rifky membantu Zivanna yang sedang membuatkan bekal makan siang untuk mereka. Rifky sendiri memang sering ikut ke sekolah sang kakak dan akan berada di belakang sekolah dan dititipkan pada bibi Jia dan suaminya Rehan. Bibi pemilik kantin dan tukang kebun sekolah. Mereka orang-orang yang sangat baik, bahkan selalu membantu beberapa anak yang ditindas jika mereka melihatnya. Dan Kenzie salah satunya, itulah kenapa saat Zivanna ada di taman belakang Kenzie juga ada di sana.
"Arka, lo udah ngerjain pr Bahasa?"
"Pr? Serius ada!"
"Iya, tadi malam kan udah gue kirim pesan. Lo gabaca?"
"Ponsel gue kehabisan batrei. Duh mati gue, bisa di gantung pak bule nih"
"Nanti salin punya lo aja ya, kita udah telat nih", ucap Arka sambil menunjukkan jam di ponselnya. 7:55, hanya tersisa empat menit saja.
Dengan langkah terburu, mereka berlari menuju sekolah yang hanya berjarak 50 meter. Beruntung gerbang sekolah masih terbuka dengan lebar, dengan cepat mereka semua berlari, semenit sebelum lonceng berbunyi mereka sudah berada di dalam sekolah.
"Kiki, berikan pada bibi Jia. Dan tunggu di sana sampai jam makan siang tiba", Ucap Arka pada adiknya itu sembari berlari menjauh menuju kelasnya bersama Kenzie, sementara Zivanna pergi ke sisi lain karena kelasnya ada di lantai dua. Dia sudah hafal sekali dengan sekolah ini, jadi tidak masalah jika dia harus berjalan sendiri ke tempat bibi Jia berada.
Hari sudah mulai siang. Lonceng istirahat pertama telah berbunyi, menandakan mereka sudah boleh mengistirahatkan otak mereka yang mengepul karena belajar. Sesaat setelah lonceng di bunyikan, beberapa siswa dan siswi bergegas keluar kelas dan menuju kantin. Sisanya mungkin makan siang di kelas, atau mencari teman mereka di kelas lain.
Sebelum makan siang, Zivanna, Arka, dan Kenzie harus menjalani hukuman mereka terlebih dahulu karena terlambat masuk kelas. Zivanna pergi ke perpustakaan, untuk membersihkan beberapa buku yang baru saja tiba kemarin, Sementara Arka dan Kenzie pergi membersihkan lapangan basket indoor.
sekolah begitu ramai di jam-jam istirahat seperti ini. Suasana di sana begitu berbeda setelah hari dimana Hyerin dan pacarnya terbaring tak berdaya di tanah dan kehilangan harga diri mereka. Tak ada lagi aktivitas pembullyan sejak Hyerin dan Mike yang tidak kunjung datang ke sekolah. Para anak-anak miskin yang terbully juga sudah mendapatkan tempat yang baik di sekolah itu. Ini semua berkat Zivanna, keberanian gadis itu sudah merubah semua hal yang telah terjadi bertahun-tahun di sekolah itu. Dimana setiap anak miskin di tindas sedangkan anak orang kaya di sanjung dan di hormati. Tapi sekarang berbeda, semua nya sudah di pandang dengan cara yang sama. Berterima kasihlah pada Rifky yang saat itu cedera kecil dan Zivanna yang tak terima. Kalau itu tidak terjadi, mungkin sekolah ini akan tetap sama.
Fokus Zivanna teralihkan saat mendengar dering telepon yang berasa dari ponselnya. Tertera nama si Konyol sebelum akhirnya Zivanna menekan tombol hijau untuk menjawab telpon itu.
"Dimana?"
"Perpus"
"Kau belum selesai, mau kami bantu?"
"Tidak"
"Baiklah, kami akan pergi ke taman belakang duluan. Cepatlah, atau kau akan kelaparan nanti"
"Hmmm"
Zivanna kembali meletakkan ponselnya ke atas tumpukan buku setelah sambungan telponnya di matikan. Dia masih belum bisa pergi, masih ada lumayan buku yang masih harus ia tata.
'Kimia.....bahasa.....seni, kerajinan.....musik.....', Zivanna berguman kecil sambil mengingat-ingat letak lemari buku-buku tersebut. Otaknya pernah mengalami cedera ringan yang membuat nya mudah lupa dengan sesuatu.
Selesai dengan bukunya, Zivanna kemudian melangkah kaki nya keluar perpustakaan. Dia lapar dan harus makan, kebetulan mereka tidak sempat sarapan tadi pagi.
"H-heyy...", Panggilan seorang gadis mengalihkan perhatian nya. Zivanna menoleh ke samping kanan, disana berdiri seorang gadis bername tag Karin yang menatap takut-takut ke arah Zivanna.
Zivanna menaikkan satu alisnya sambil menyilakan tangannya di dada, menanti ucapan yang akan keluar dari mulut gadis manis itu.
"A-anu....k-kau diminta untuk segera pergi ke lapangan utama.....", Ucap karin dengan sedikit terbata. Dia salah satu gadis yang sering dibully, bahkan lebih parahnya salah satu dari anak buah Mike ingin memperkosa gadis polos itu, jika saja mereka tidak tau kalau ayahnya adalah seorang kepala polisi.
Karin menghela nafas lega sesaat setelah Zivanna pergi seperti nya dia tidak bisa bernafas saat Zivanna berada di depannya tadi. Gadis itu tidak bicara apapun setelah Karin selesai. Dia langsung pergi meninggalkan Karin.
Sesampainya di lapangan utama, Zivanna melihat beberapa orang berjas hitam, orang tua Hyerin dan Mike begitu juga dengan Hyerin dan Mike. Kedua anak bajingan itu menatap remeh pada Zivanna yang berjalan santai menuju mereka. Tidak ada rasa takut sedikitpun karena dia memang tidak bersalah.
Ibu Hyerin atau kita sebut saja Ny.park, dengan cepat menghampiri Zivanna yang masih berjalan santai. Lalu beliau langsung melayangkan satu tamparan keras yang mampu membuat pipi putih Zivanna memerah.
"Berani sekali kamu memukul anak saya?! Dasar anak miskin, punya nyali sebesar apa kamu sampai berani memukul kepala putri kesayangan saya?!!", Dengan nafas yang memburu dan amarah yang terpendam lama, Ny.Park akhir nya kembali menampar Zivanna untuk yang kedua kalinya. Gadis itu tidak melawan, dia masih tau sopan santun pada yang tua meski orang lain tidak tau sopan santun padanya.
"Kamu tau apa yang yang harus saya lewati pas tau anak saya koma?! Dia koma berhari-hari dan kamu di sini malah enak-enak an, dan malah nggak ada niat buat minta maaf gitu? Kamu tau nggak berapa mahalnya biaya pengobatan dia, bisa ganti rugi nggak?", Ny.parn kesal. Sejak tadi gadis itu hanya diam. Walau seperti apapun wanita tua itu memakinya, dia tetap diam. Seakan semuanya sudah sangat biasa baginya.
"Dasar bajingan!!", Ny.Park menjambak rambut Zivanna dan menyeretnya lebih dekat pada sang suami dan besannya yang hanya berdiri diam melihat drama picisan yang terjadi. Lalu langsung mendorong Zivanna hingga terjerembab ketanah, mengakibatkan kedua tangan dan lututnya lecet.
Ny.park benar-benar tidak terima pada kenyataan bahwa anaknya di lukai oleh seorang gadis miskin. Doa benar-benar tidak suka hal itu, apalagi pada orang miskin yang kerjaannya hanya meminta-minta.
"Gimana??", Tanya Hyerin, terselip smirk yang terlihat sedang meremehkan Zivanna. Sementara si gadis tetap bersikap tenang.
"What a bunch of dumb family ", Ucap Zivanna dengan nada yang tidak biasa. Membuat seringai tajam itu memudar dari wajah Hyerin. Zivanna tau, bahwa mereka berani hanya karena memiliki dukungan orang tua mereka yang kaya.