Chereads / MIRACLE (Our Magic Shop) / Chapter 6 - bab 6

Chapter 6 - bab 6

"Maafkan aku...maafkah aku baru mengunjungi mu sekarang", Arka menatap sendu pada makam di hadapan nya. Sudah begitu lama sejak terakhir kali dia kesini. Dia rindu, tapi rasa bersalah masih menghantui nya dengan hebat.

"Ma, Sekarang kau tidak perlu khawatir lagi", Ucap Arka pada makam sang ibu. Dan di sebelah kanan nya ada makam sang ayah. Arka sengaja meminta mereka berdua di makamkan bersebelahan.

"Aku sudah berhasil masuk sekolah elite, dan memiliki dua teman di sana. Mereka berdua sangat baik meski aku baru mengenal mereka selama beberapa hari"

"Kau tau, Rifky selalu bersikap manja dengan Zivanna. Dia bahkan tidak mau lepas dari tangan gadis dingin itu, aku sampai cemburu di buatnya. Dia selalu merengek pada Zivanna, dibandingkan diriku. Apakah aku akan tergantikan? Ternyata benar kata orang kalau adik laki-laki akan selalu dekat dengan kakak perempuan dibanding kakak laki-lakinya", Arka terkekeh sambil mengingat hari, Dimana Rifky merengek meminta di buatkan Cookies. Arka sudah menyarankan membelinya saja, tapi Rifky tetap merengek meminta di buatkan cookies dengan tangan Zivanna sendiri.

Zivanna yang tidak bisa menolak Rifky. Mau tidak mau dia harus membuatkannya. Dan hasilnya separuh dari cookiesnya gosong karena ulah Arka yang tidak sengaja menaikkan suhunya. Suara gelak tawa jelas sekali memenuhi rumah kecil itu, suasana hangat selalu ada di dalamnya. Zivanna dan kenzie menjadi pelengkap keluarga Arka yang belum utuh sejak orangtuanya meninggal. Arka bahagia, karena sebelumnya dia hanya bisa iri pada orang-orang diluar sana yang memiliki teman dan kehangatan keluarga.

Tapi sekarang tuhan berpihak padanya, mengirimkan dua orang malaikat yang mampu membuat rumah kecil mereka terasa seperti rumah dengan keluarga lengkap.

Meski masih ada beberapa hal yang menyakitkan terjadi. Contoh nya Zivanna yang selalu datang kerumahnya dengan beberapa lebam dan luka, dan Kenzie yang selalu menghilang di tengah malam. Arka ingin bertanya, tapi dia tidak berani. Mereka baru kenal beberapa hari dan Arka tidak ingin membuat mereka berdua jadi tidak nyaman jika dia berusaha masuk ke dalam kehidupan pribadi mereka. Meski mereka sudah dekat, tapi Zivanna dan Kenzie masih membuat batasan yang tidak bisa di tembus oleh Arka.

"Ma, maaf aku harus kembali pergi sekarang. Rifky sendirian di rumah. Aku akan mengunjungi mu lain kali, dan membawa mereka bertiga bersama ku. Tolong, doakan kami", Tangan besar Arka terulur untuk mengelus batu nisan sang ibu. Dia juga berdoa untuk ketenangan dan kebahagiaan mereka di surga.

Setelah menaruh buket bungan putih di atas makam kedua orangtuanya. Dia pun pamit untuk pulang. Tentunya karena adiknya Rifky pasti sudah menunggunya. Anak itu akan menangis kalau sang kakak tidak kunjung pulang. Dia masih trauma dengan kejadian meninggalnya Ayah dan Ibu mereka.

Hari sudah mulai sunyi, jam juga sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Dinginnya angin malam juga mulai menusuk ke dalam kulit. Lampu jalan remang-remang menambah suasana malam itu menjadi begitu mencekam. Sudah seperti film horor saja.

"Aish...ayolah Arka hantu itu tidak ada!!!", Arka memukul kepalanya sendiri. Saat otaknya terus memutar film-film horor yang sering ia tonton bersama Zivanna dna Kenzie. Bayangan hantu-hantu itu dengan bangsatnya tiba-tiba bermunculan.,

"Hantu tidak ada, hantu tidak ada, tidak ada", arka terus merapalkan kalimat tersebut seperti sebuah mantra. Dia tidak tau kenapa malam ini begitu menakutkan baginya, apalagi dia baru saja pulang dari pemakaman.

Arka terlonjak kaget saat sebuah tangan besar menyentuh bahunya sempitnya. Lengkingan nyaring terdengar dari mulut nya.

"Kenapa teriak?!"

"Bangsat, ngagetin aja lo!", Arka memukul pelan lengan Kenzie.

"Lo darimana aja? Di tempat kerja kok nggak ada?"

"Emang kenapa nyariin gue?"

"Katanya janji mau ngajak Rifky main ke Arcade, mereka udah nungguin lo dari tadi sore", Arka menepuk dahinya. Ia benar-benar lupa dengan janji nya tadi sore dan malah mampir ke rumah orangtuanya.

"Bodoh di pelihara sih", Ucap Kenzie, menyentil dahi mulus Arka. Anak ini udah ceroboh, Bodoh pula. Paket komplit pokok nya. Arka mempout kan bibir seperti cocor bebek. Dan tangan Kenzie gatal ingin menggeplak mulut sok kecakepan itu.

"Habis darimana emang?", Tanya Kenzie sembari memimpin jalan, dan diikuti Arka di belakangnya.

"Cuman nyari angin aja"

"Stress? Overthinking tentang apalagi?"

"Zivanna"

"Dia? Kenapa?"

"Takut aja, akhir-akhir ini Hyerin sama Mike itu nggak kedengaran lagi gimana nasib mereka. Takutnya mereka nyiapin rencana buat ngeluarin Zivanna atau mungkin ngancurin idupnya yang bahkan udah berantakan....

.....lo tau sendiri kan mereka gimana? Apalago kalo sampe orang tua mereka tau, pasti Zivanna bakal kena masalah besar"

Kenzie merenung. Perkataan Arka ada benarnya, beberapa hari ini kedua anak bajingan itu memang tidak pernah menampakkan wajah mereka lagi bahkan seluruh sekolah sampai tidak ada lagi yang berani membuat masalah atau mengejek Zivanna bahkan mereka berdua.

Kenzie juga memiliki ketakutan yang sama. Takut kalau kedua anak bajingan itu melakukan sesuatu yang diluar dugaan. Mereka bukan anak orang kaya biasa, mereka anak-anak dari pengusaha terkaya dan paling berpengaruh di kota itu. Mereka masuk dalam urutan ke dua pebisnis paling kaya dan berkuasa.

Kenzie tersenyum tipis kemudian dia merangkul bahu sempit laki-laki berambut biru di sampingnya itu."ayo kita menjadi kuat bersama, kita akan melindungi nya sama seperti dia melindungi kita waktu itu"

Arka merasakan perasaan hangat menjalari hatinya. Dia bahagia, ini adalah persahabatan yang sejak dulu ia inginkan. Meski orang lain di luar sana tidak peduli betapa indahnya ini, tapi Arka akan selalu menghargai nya. Karena membangun sebuah kepercayaan tidak lah mudah apalagi pada orang yang hatinya sudah hancur berkeping-keping.

"Iyaa, ayoo!!!"

∞∞∞∞∞∞∞∞∞

Pagi menyambut. Bulan yang tadinya menerangi malam kini telah berganti pada terangnya sinar matahari. Jam sudah hampir menunjukan pukul delapan tapi Arka dan Kenzie masih nyaman bergelung dengan selimut tebalnya.

Rifky sudah mencoba untuk membangunkan mereka. Tapi nihil. Mereka tidur nyenyak sekali seperti seekor babi. Dua ekor babi lebih tepatnya.

Zivanna memelototkan matanya saat melihat kedua sahabatnya itu masih asyik bergelung dengan mimpi indah mereka. Tanpa rasa kasihan, Zivanna membawa seember air dan langsung menyiramkan nya pada kedua pria itu.

"Hujan!!"

"Ka, atap lo bocor ya?!"

Dengan nyawa yang masih belum terkumpul sempurna mereka saling memaki satu sama lain. Kenzie yang terima kebasahan dan Arka yang kebingungan. Padahal atap mereka selalu baik-baik saja selama ini.

"Bangun!", satu kalimat dari suara khas milik Zivanna langsung menyadarkan mereka. Mereka menyengir seperti seekor kuda karena tahu pasti mereka sudah bangun terlambat.