Chereads / Pembalasan Sang Nyonya / Chapter 15 - Buat Dia Kehilangan Muka!

Chapter 15 - Buat Dia Kehilangan Muka!

"Nah, beres! Tinggal mengajak makan malam spesial!" ucap Kresna begitu girang ketika dirinya hendak keluar dari sebuah toko baju. Di mana salah satu tangannya pun tampak menenteng paperbag yang berisi gaun incarannya sejak lama.

Ada harapan besar yang tak luput mengisi relung hati Kresna saat ini. Rencana untuk makan malam yang mewah bersama seseorang yang spesial di dalam hidupnya. Beruntung sekali, hari ini Kinara tak memintanya tinggal lebih lama untuk membahas kasus yang sedang dihadapi. Setidaknya perasaan senang itulah yang Kresna miliki selama beberapa waktu, sebelum akhirnya sebuah nomor telepon mendadak membuat ponselnya berdering keras.

Kresna mengernyitkan dahi. Ada apa? Jangan-jangan aku diminta untuk datang lagi? Pikir Kresna menduga-duga ketika membaca beberapa huruf yang berbunyi 'nomor kantor Nyonya CEO'.

Perasaan bahagia yang sempat melanda kini harus mendadak sirna dan tergantikan oleh kecemasan yang telah tercampur dengan kekesalan. Namun, mau bagaimana lagi, Kresna tetap harus profesional sebagai seorang pengacara yang bisa dibutuhkan kapan saja, selama kerja sama masih berlangsung sampai kasus itu selesai.

"Ya, halo. Selamat siang!" ucap Kresna memberikan sapaan.

"Halo, Tuan Kresna. Mohon maaf jika sekiranya saya mengganggu kegiatan Anda saat ini. Saya Isabela," sahut Isabela dari kejauhan.

"Oh, hai, Nona Cantik! Mm, bagaimana? Apa ada yang terjadi dengan Nyonya CEO?"

"Sepertinya memang begitu, Tuan Kresna. Beliau meminta Anda untuk datang ke kantor secepatnya. Keadaan beliau tampak tidak baik-baik saja, bahkan beliau telah meminta saya untuk membatalkan meeting yang akan berlangsung sebentar lagi. Tampaknya memang ada sesuatu yang penting, yang hanya bisa beliau katakan pada Anda. Karena saya pun tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Saya begitu fokus mengerjakan pekerjaan yang Nyonya Kinara berikan untuk menggantikan beliau, Tuan."

"Oke, oke. Saya akan segera ke sana, Nona!"

"Terima kasih, Tuan Kresna."

"Sama-sama."

Kresna langsung mematikan panggilan tersebut secara sepihak. Namun, mungkin saja Isabela juga meletakkan gagang telepon bersamaan dengan sikap yang diambil oleh Kresna tersebut. Memang tidak ada waktu lagi untuk bersantai. Kinara tak mungkin memintanya datang, setelah sempat mengatakan tak butuh jasa Kresna lagi untuk hari ini. Jika memang ada yang terjadi, sepertinya masih berkaitan dengan Abimana.

"Apa Tuan Abimana datang ke kantor Nyonya?" gumam Kresna dan lantas memasuki kabin mobilnya di bagian pengemudi. Ia memang tidak pernah memakai jasa seorang sopir. Ia menyukai penyelidikan yang bebas, yang tidak diikuti oleh beban rasa tidak nyaman. Dan kesendirian membuatnya selalu merasa bisa melayang tanpa hambatan.

Detik setelah menyalakan mesin dari kendaraan pribadinya itu, Kresna pun segera melaju. Sialnya, keadaan jalan raya lebih padat daripada sebelum dirinya mampir ke toko pakaian tersebut. Mungkin karena jam makan siang hampir habis, para karyawan yang memilih makan di luar kantor sudah bergegas untuk kembali ke tempat kerja mereka masing-masing.

Keadaan padat tersebut tentu saja membuat Kresna merasa tidak tenang. Ia khawatir keterlambatannya akan membuat Kinara marah. Fatalnya, jika dugaannya tentang kedatangan Abimana terbukti benar, bisa-bisa ada masalah baru yang akan memperpanjang keadaan mereka. Lebih sial lagi, ketika Kinara justru tak mengangkat panggilan darinya.

"Apa yang sebenarnya terjadi sih?! Pria tukang selingkuh itu masih tidak tahu malu untuk menganggu Nyonya Kinara, begitu?! Benar-benar deh!" gerutu Kresna.

Tidak ada celah untuk menerobos kemacetan. Di sisi lain, Kresna pun tidak mungkin meninggalkan mobilnya di tengah jalan raya. Ia harus bersabar setidaknya sampai keadaan lebih lengang dengan berharap bisa secepatnya berangkat lebih cepat. Mau bagaimana lagi, jalan itu bukan miliknya pribadi.

***

Kinara sudah bisa duduk di kursi kerjanya setelah sekian menit terkungkung kenestapaan yang tidak bisa ia lampiaskan. Persendian yang sempat lumpuh sementara, kini sudah bisa berfungsi lagi. Jika soal hati, tak mungkin Kinara mendapatkan kesembuhan begitu cepat. Kedatangan Abimana justru semakin membuatnya marah dan dendam. Rencana untuk menghancurkan pria itu pun semakin besar.

Suara ketukan di pintu yang begitu keras dan terburu-buru sukses membuyarkan lamunan Kinara. Ia sampai tersentak karena kebisingan yang terjadi di luar sana. Suara Kresna pun terdengar sedang meneriaki namanya. Membuat Kinara harus mengambil napas dan menepuk dahinya. Sudah terlambat, datang-datang bikin gaduh saja! Keluhnya dalam hati.

Meski kesal dengan setiap tingkah Kresna yang cenderung menyebalkan, Kinara tetap bangkit dari duduknya. Beruntung, sendi-sendinya sudah berfungsi, sehingga ia tidak harus bersusah-payah lagi. Ia segera mengambil langkah yang tegas dan elegan yang disertai suara benturan ujung highheels-nya untuk menuju pintu yang masih ia kunci rapat itu.

Sesaat setelah membuka pintu, Kinara mendapati Kresna yang tampak terengah-engah. Keringat bercucuran membasahi wajah tampan Kresna, seolah pria itu telah berlari maraton sepanjang satu kilometer.

"Ma-maaf, maafkan saya. Saya terlambat!" ucap Kresna meminta ampunan atas kesalahan yang sejatinya tidak ia sengaja. "Tadi macet dan—"

"Saya benci pada orang yang tidak tepat waktu," sahut Kinara begitu cepat. Detik berikutnya, ia lantas memutar badannya, lalu bergegas menuju sofa-sofa tamu di dalam ruangan itu.

"Ta-tapi kan saya tidak sengaja, Nyonya!"

"Ya, beruntungnya Anda sedikit berguna, jadi saya akan mencoba memberikan maaf untuk Anda. Dan segera masuk saja, jangan menambahi rasa kesal saya!"

"Cih ...! Seharusnya aku yang kesal setelah diberi harapan palsu. Padahal aku sudah sampai memiliki rencana sendiri," lirih Kresna. "Baik, Nyonya CEO yang cantik! Saya akan datang!"

Kresna tak hanya berjalan, melainkan langsung berlari untuk masuk ke dalam ruang kerja milik klien CEO-nya tersebut. Sikapnya tentu saja kembali membuat Kinara tak habis pikir dan bahkan sampai menggeleng-gelengkan kepala. Namun, Kresna tetap tidak peduli. Ia nyaris tidak pernah bersikap formal pada siapa pun. Akan tetapi bukan berarti tingkahnya melebihi batas norma kesopanan. Ia tetap menghormati orang lain dengan baik.

"Duduklah," pinta Kinara setelah dirinya mengambil sikap duduk di salah satu sofa tamu.

"Baik, Nyonya!" sahut Kresna. Tanpa pikir panjang, ia segera mematuhi perintah wanita cantik yang lebih tua darinya itu. "Apa Tuan Abimana sempat datang kemari?"

Kinara menatap Kresna dengan perasaan tertegun. "Anda sudah mendengar kabar itu?"

"Mm, belum. Memangnya Tuan Abimana benar-benar datang? Ini hanya sekadar dugaan saya saja."

"Benarkah? Tak ada satu pun karyawan yang memberitahukan fakta itu pada Anda?"

Dengan polos, Kresna menggelengkan kepala. "Tidak ada. Saya menduganya sendiri."

"Lantas, bagaimana Anda bisa menduga jika pria itu akan datang kemari?"

"Tatapannya."

"Apa?" Dahi Kinara mengernyit. "Tatapan?"

"Tatapan penuh amarah, seolah beliau ingin melabrak Anda pada saat itu. Namun, berbuat keributan di pengadilan bukan sesuatu yang pantas, bukan? Tuan Abimana akan mengalami kerugian jika tetap melampiaskan amarahnya di tempat itu. Dan Anda sendiri bukan seseorang yang mudah menarik kata-kata. Pasti ada sesuatu yang penting sampai Anda harus memanggil saya kembali dan bahkan membatalkan meeting penting Anda pada jam ini. Jika dihubungkan dengan ekspresi Tuan Abimana yang sempat saya lihat, sepertinya memang benar beliau berniat melampiaskan kekesalan di kantor Anda saat ini. Dan ternyata dugaan saya benar."

Kinara memberikan tatapan yang lebih tajam dan mengkilat bagai mata pisau yang baru diasah. "Kalau begitu bantu saya untuk membuat pria itu jera, Tuan Kresna. Hadiri konferensi pers dan katakan pada para wartawan bahwa Abimana telah berselingkuh, ungkap semua bukti yang telah kita miliki. Buat pria itu tak memiliki muka lagi!"

"Jika saya melakukan hal itu, privasi Anda pun akan terganggu, Nyonya," ucap Kresna mencoba berdiskusi agar Kinara berkenan untuk mencari cara terbaik.

"Tidak! Saya tidak peduli! Perceraian saya pun sudah menggangu privasi saya sejak mencuat ke media!" sahut Kinara cepat. Wajahnya semakin tegas dan tampak geram. "Semuanya akan saya korbankan demi membuat pria itu hancur dan kehilangan wajahnya! Anda hanya perlu mengikuti perintah saya dan jangan pernah berniat untuk mengurungkan niat saya, Tuan Pengacara!"

Kresna sangat terkejut dengan apa yang Kinara ucapkan, disertai mata memerah dan ekspresi yang sangat marah di wajah cantik wanita itu sendiri. Bibir Kinara juga tampak memiliki luka baru, seolah habis digigit dengan sekuat tenaga. Tampaknya wanita itu memang sangat emosional. Namun, satu hal yang Kresna sadari saat ini adalah adanya sebuah penderitaan pada diri wanita itu.

Tak mungkin Kinara bisa semarah itu jika tidak ada luka yang besar di dalam hatinya. Wanita itu hanya sedang menahan diri untuk tetap bersikap seolah tidak peduli.

***