Dhita mengulum senyum, "see? Sakit kak chat sama panggilan gak direspon?"
Zayyan tersentak, ternyata Dhita sedang membalasnya.
"Dhit sorry ya? Gue ngaku salah." Melas kali suara Zayyan, bukannya kasian malah lucu.
Menarik napas lalu membuangnya pelan, Dhita menutup buku paketnya dia menatap Zayyan. "Ulangi?"
Zayyan menggeleng kuat, "gak bakal gue ulangi, janji!" Serunya.
Dhita mengangguk pelan, dia tersenyum kecil. "Yaudah gue maafin." Ucapnya.
Zayyan mendesah lega.
"Gimana kaki lo?" Tanya Dhita, dia melirik sekilas kaki Zayyan. Pemuda itu memakai sendal karna masih harus menggunakan perban elastis.
"Udah mendingan, tega banget lo baru nanyak sekarang." Ucap Zayyan,
"Yaudah mau jalan nanti? Eh tapi kaki lo masih sakit, hmm kemana ya enaknya?" Dhita tampak diam sejenak, berpikir akan kemana mereka sepulang sekolah nanti.
"Kaki gue udah baik baik aja kok, lo mau kemana emang?" Tanya Zayyan, kakinya emang udah baik baik aja walau pun masih agak pincang.