Tentu aja Zayyan langsung menautkan alis sambil menatap tajam langit langit dikamarnya.
Dia udah berusaha lho ya biar gak emosi, tapi jawaban anak itu selalu mengacaukan air yang berlumpur.
Udah bagus bagus lumpurnya berendap biar airnya jernih, eh malah di obok obok.
"Nggak ada apa apa sih, gue minta maaf karena sebelumnya gak ngangkat telpon lo," udah agak males ni Zayyan tapi untung masih punya kesabaran, dikit!
"Oh gak apa apa, gak penting juga," jawab Dhita sambil mengedikkan bahu, nada bicaranya datar tapi ngeselin bagi yang denger
"Kenapa tadi emang?" tanya Zayyan sekali lagi dan intonasinya juga udah mulai kesel.
Dhita yang mendengar itu tambah kesel dong pastinya, kan ni posisinya Zayyan yang nelpon masak dia marah sih?
"Lo masih ngegame? lanjutin dulu kali! ntar marah marahnya ke gue!" ketusnya.
Entah dari mana masalah ini timbul dan dimulai, tapi sekarang mereka udah saling tidak senang satu dan yang lain di telepon ini.