Bagas memperhatikan Kamilia yang masih tertidur. Lelaki itu berharap saat terbangun nanti Kamilia sembuh dan ingatannya kembali pulih.
"Saiful? Siapakah lelaki itu?" pikir Bagas. "Adakah lelaki itu dari masa lalu Kamilia?"
Kamilia terbangun dari tidurnya. Dia tampak segar dan siap untuk pulang. Cedera di kepalanya memang tidak parah, tidak ada luka di kepalanya. Namun, dampaknya sangat memprihatinkan
Bagas tidak berani bertanya tentang Saiful. Lelaki itu tidak mau kalau sampai Kamilia kumat lagi. Tentu kepulangan akan tertunda lagi. Bagas akan bertanya kalau Kamilia sudah pulih kesehatannya.
Waktu berjalan begitu cepat. Kamilia masih tidak ingat dengan masa lalunya. Wanita itu tetap meneruskan profesinya sebagai seorang model. Dia tinggal bersama Bagas dan bapaknya. Dia sudah tidak ingat lagi kepada ibunya, tidak juga kepada adiknya. Kamilia benar-benar sudah lupa dengan mereka.
"Besok ada pemotretan di Bali," kata Bagas. Sekarang Bagas bertindak sebagai manager Kamilia, menggantikan Hendra. Entah kemana Hendra kini, sejak kecelakaan itu laki-laki itu tidak pernah muncul lagi.
"Siap!" kata Kamilia sambil menghormat. Dia tertawa sambil berlalu.
"Ah, Mila." Bagas selalu berharap rasa di hatinya berubah. Rasa bersalah itu selalu muncul saat dia sedang sendiri. Untung saja Kamilia tidak hamil. Kalau seandainya hamil, Bagas tidak bisa membayangkan petaka apa yang akan terjadi.
Kamilia berbaring sambil menatap langit-langit kamarnya. Dia selalu mencobanya menghadirkan kenangan demi kenangan dari masa lalunya. Hasilnya, dia tidak ingat apa-apa. Wanita itu mengelus cincin di jari manisnya.
"Oh Tuhan, aku tidak ingat apa pun. Siapakah pemberi cincin ini? Mengapa dia tidak datang kini kepadaku?" Kamilia bergumam sendiri.
Jauh di lubuk hatinya, Kamilia selalu berharap pemberi cincin ini muncul. Melanjutkan lagi kisahnya yang terpenggal. Harapan tinggal harapan, orang yang bernama Hendra itu tidak muncul.
"Apakah dia meninggal?" pikir Kamilia. Namun, tidak ada beritanya kalau Hendra meninggal. Lelaki itu hanya menghilang, dan lenyap dari hidupnya. Bersamaan dengan ingatannya yang hilang.
Kamilia mencoba sekali lagi menggali ingatannya. Tidak ada nama Hendra berkelebat dalam ingatannya itu. Ada satu nama baru yang tiba-tiba muncul dalam pikirannya … Saiful.
"Siapa pula Saiful?" batin Kamilia.
Wanita itu selalu bermimpi bertemu dengan seorang lelaki yang bernama Saiful. Entah di mana, dia tidak mengerti. Akan tetapi nama itu sangat mengganggu pikirannya.
**
Matahari senja bersinar keperakan di Pantai Kuta, Bali. Kamilia dengan anggunnya berdiri membelakangi pantai. Topi lebar, kaca mata hitam, serta kain pantai yang berkibar tertiup angin. Semakin menambah kecantikannya yang kian bersinar. Senyum paling menawan sudah dia pamerkan berulang-ulang kali.
"Angkat tanganmu, kainnya biarkan berkibar di belakang punggungmu, sip!" Teriakan penata gaya tersebut memecah kebisingan ombak. Dia mengacungkan kedua jempol tangannya pertanda puas dengan gaya Kamilia. Menghasilkan bidikan yang luar biasa.
"Selesai!" Teriakan fotografer mengakhiri pekerjaan Kamilia.
Dua hari di Bali membuatnya merasa penat. Malam ini dia ingin mencari hiburan dengan Bagas. Pergi ke suatu tempat yang menyenangkan. Di ajaklah Kamilia ke tempat hiburan malam.
Suasana tempat ini mengingatkan Kamilia dengan sesuatu. Dia merasa akrab dengan kehidupan seperti ini. Namun, selama ini Kamilia tidak pernah pergi ke tempat seperti ini.
Suara musik yang menggelegar serta asap rokok membuatnya seperti dejavu. Membawa ingatannya kepada sesuatu. Kamilia berusaha mengingat-ingat, tetapi tidak berhasil. Dia merasa penasaran pikiran dengan perasaannya ini.
"Bagas, apakah sebelumnya aku sering ke tempat hiburan malam?" tanya Kamilia.
"Sesekali," jawab Bagas.
"Sepertinya aku punya kenangan dengan tempat seperti ini?" tanya Kamilia lagi.
"Mungkin kau bertemu Hendra di tempat seperti ini," kata Bagas menerka-nerka.
"Aku masih belum ingat siapa dia," tukas Kamilia.
Kamilia memandang berkeliling sambil mempermainkan minuman di gelas. Dia tampak senang. Senyumnya terukir di bibirnya yang indah.
Dukk.
Seorang wanita muda tiba-tiba menabrak Kamilia. Gelas yang dipegang Kamilia terjatuh dan pecah. Wanita muda itu cepat-cepat minta maaf. Sesaat kemudian dia melongo saat melihat muka Kamilia.
"Kau … kau …." Dia menunjuk dengan gugup.
"Ya, Nona tidak apa-apa?" kata Kamilia. Kamilia heran melihat perempuan itu begitu kaget melihat dirinya. "Oh, mungkin dia tahu kalau aku seorang model," pikir Kamilia.
"Kau tidak apa-apa, Sayang?" tanya seorang laki-laki. Rupanya ia datang bersama dengan wanita muda tadi.
"Kau … kau?" Lelaki itu juga sama, seperti terkejut melihat Kamilia.
Kamilia hanya mengangkat bahu. Dia memanggil Bagas. Bagas juga terkejut melihat perempuan muda tadi.
"Calista!"
Perempuan itu hanya memandang sekilas ke arah Bagas, kemudian menarik kekasihnya menjauh. Bagas hendak mengejarnya, tetapi Kamilia menahannya.
"Sudahlah, mengapa harus dikejar? Aku tak apa-apa," kata Kamilia.
"Dia Calista," kata Bagas.
"Pacarmu?" tanya Kamilia heran.
"Kau tidak ingat siapa Calista?" tanya Bagas. Lelaki itu malah balik bertanya.
"Mana kenal aku dengan Calista." Kamilia berkata sambil ngeloyor pergi.
Bagas melihat kepergian Kamilia. Lelaki itu sempat melihat betapa terkejutnya Calista saat melihat Kamilia tidak mengenalinya.
"Tunggu, Mila! Lelaki yang bersama dengan Calista? Siapakah dia gerangan?" tanya Bagas. Bagas masih memandang ke arah mana mereka pergi.
Kamilia tertawa kecil sambil berlalu. Tentu saja dia tidak tahu.
**
Kembali Kamilia harus mengakrabi panas dan macet Ibukota. Dia mendengarkan musik dari radio mobilnya saat sedang meluncur menuju sebuah hotel. Ada pemotretan di sana.
Tiba-tiba Kamilia mendengar musik kesukaannya. Unstoppable, dia begitu suka lagu ini. Entah mulai kapan, tiba-tiba dia seperti punya kenangan dengan lagu ini.
"Lagu ini seperti mengingatkanku kepada seseorang, tapi siapa?" pikir Kamilia.
Akhir-akhir ini, wanita ini memang sering tiba-tiba teringat sesuatu. Namun, tidak jelas apa yang diingatnya. Kamilia berusaha mengingat-ingat, tetapi selalu berakhir nihil. Memorinya belum mampu mengingat dengan baik.
Wanita itu duduk di kursi yang sudah disediakan crew. Kali ini dia harus berpose di tepi kolam renang. Berbagai pose menantang, arahan penata gaya dia jalani. Tentu saja semakin berani dalam bergaya, semakin gendut rekeningnya.
Kamilia duduk beristirahat setelah selesai pekerjaannya. Ada seseorang yang memperhatikannya dari kejauhan. Lelaki tampan dengan kacamata hitam. Penampilannya sangat macho. Mulanya Kamilia tidak tahu, tetapi lama-kelamaan dia menyadarinya.
Kamilia melempar senyum tipis untuk membalas tatapan mata orang itu. Merasa mendapat respon, ia berdiri dan menghampiri Kamilia.
"Hai!" sapa lelaki itu. "Masih ingat aku?" tanya lelaki itu lagi.
Kamilia mengernyitkan keningnya. Dia berusaha mengingatnya. Ingatan yang baru terbentuk di memorinya kadang begitu lama juga untuk diingat.
"Kita pernah ketemu di Bali," ujarnya lagi. Lelaki itu menjelaskan dengan pelan-pelan agar Kamilia bisa mengingatnya.
Perlahan-lahan Kamilia teringat dengan lelaki ini. Entah mengapa dia seperti merasakan ada kedekatan dengannya. Padahal bertemu juga baru sekarang. Kamilia tersipu-sipu saat pandangan mata keduanya bertemu.
"Kenalin namaku … Hendra," kata lelaki itu. Dia mengulurkan tangannya kepada Kamilia.