Mata Randy dan Ira saling bertatapan satu sama lain.
Mereka berdua terdiam dan tak berani mengambil inisiatif untuk mengatakan sesuatu.
'Sial... Kenapa Ira ada di sini?!' Randy menatap ke mesin kasir yang ada di depannya dengan gigi yang menggeser bibirnya. 'Tunggu, apakah maksud dari perasaan ada yang menyayat tadi berasal dari Ira?! Bila iya, maka... Selamat tinggal, hidupku yang indah...!'
Randy langsung berpikir ke hal yang terburuk dalam hidupnya.
"A-anu..." Ira tidak mau diam terus, dan lebih memilih menghadap orang yang ada di depannya.
"Mau pesan apa?" Ucapnya sambil memegang kertas dan pensil, matanya menutup paksa, mulutnya tersenyum kecut, dan seluruh tubuhnya bergetar.
Seketika, pemuda cemen tadi tersentak kembali kesadarannya dan menatap pacarnya dengan wajah yang memerah.
"Aku mau..."
Dengan begitu, Randy membeli makanan-makanan yanh dipilih oleh Farida, dan Ilham.
Ada perasaan malu saat dia ingin saling bersentuhan dengan pacarany saat menerima pesanan itu.
"Selamat menikmati!" Setelah memberikan 3 set makanan itu, Ira mendekatkan wajahnya ke arah kekasihnya. "Aku memberikan sedikit tambahan buatmu..." ucapnya lirih.
Setelah itu, dia menjauhkan wajahnya kembali dan memberi senyuman manis pada sang kekasih.
Sontak, senyuman itu membuat wajah laki-laki itu merah bagaikan tomat yang segar di sawah.
"Hehehe, thank you..." Kepala Randy seperti ban yang dikempeskan dan mundur kembali ke belakang(mejanya) seperti tertekan oleh angin yang keluar.
Saat di meja, Ilham dan Farida menatap curiga temannya yang meleleh itu.
"Kenapa kau, Dy?" (Ilham)
"Kau mesem-mesem seperti orang bodoh..." Farida memasang wajah jijik.
Tanpa menjelaskan apa-apa, Randy langsung memberikan set-set yang mereka pesan ke depan mereka.
BUK!
Randy duduk tanpa menghilangkan mukanya yang kempes itu.
"Sungguh, kau kenapa?" Ilham menanyai sahabatnya yang bersifat aneh itu.
"Sepertinya... Aku tahu dimana kenapa penyebabnya!" Farida menatap ke arah kasir dengan tatapan seperti garis yang tengahnya dihapus.
Mendengar itu, Ilham mencoba melihat apa yang dilihat oleh Farida.
Wajahnya yang tadi khawatir berubah lega setelah melihat wajah familiar di kasir itu.
"Astaga, rupanya hanya seperi itu..." Ilham menatap gadis itu dengan memangku kepalanya dengan tangannya.
"Aneh sekali, kenapa Ira ada di sini?" Farida menatap tajam gadis itu.
Dia curiga kalau gadis itu punya rencana jahat untuk memata-matainya.
Tapi itu bila dia tidak memiliki hal lain untuk dikhawatirkan selain Time Fracture, saat ini Farida berpikir...
'Apakah dia sengaja ambil kerja sampingan hanya untuk memata-matai Randy?' Farida menatap bodoh gadis itu.
Mungkinkah kecemburuannya sangat besar? Lagipula tidak mungkin buat Randy untuk selingkuh, dia terlalu pengecut untuk melakukannya.
"Sudahlah, aku tidak peduli dengan itu..." Farida memindahkan pandangannya kembali ke makanan di depannya.
Matanya bersinar terang, dan liur di lidahnya terlihat mengalir turun ke bawah saat menatapi makanan itu.
"Dengan menyebut nama tuhan... Amm!" Farida memakan kentucky-nya dan melupakan semua masalahnya.
"Ah(menghela nafas)... Dasar cewek..." ucap Ilham mendekatkan kepalanya ke Randy yang sedang memompa kepalanya kembali. "Suka makan tanpa memikirkan yang bayar!" Mata Ilham terlihat berkaca-kaca.
"Te-nang-lah(Randy mengisi kepalanya)... Ji-ka ka-u menghiraukan dompetmu- dan lebih memilih gadis yang kau traktir, mungkin kau akan menjadi pacarnya..." Randy memberi saran.
"Benar juga, mungkin aku bisa melakukannya pada anak baru itu!" Ilham mendapat akal bulus dari hasutan Randy. "Jika aku bisa mengajaknya makan-makan, mungkin dia akan..." Dalam pikirannya, dia sudah memikirkan 1000 kemungkinan yang tidak akan pernah terjadi pada dirinya.
"Hah?! Kaw maw mwelakukwan hwal sweperti itu?!" Menelan makanannya. "Bukannya dapat sebuah cinta, kau malah jadi dompet berjalannya!" Farida menghina temannya yang sudah mentraktirnya itu.
"Lihatlah, betapa kejamnya dia!" Ilham menatap Randy yang sudah terisi penuh(kepalanya) dengan mata yang berair-air. "Aku malah jadi kehilangan semua kepercayaan diriku!"
"Yah, tapi bukannya itu memang hal yang tidak mungkin?" Randy tiba-tiba berlagak seperti ahli cinta.
Telapak tangannya dinaikkan ke atas, kepalanya lebih tepatnya bagian dagunya diistirahatkan di telapaknya itu.
"Jika kau ingin menaklukkan wanita, pertama kau harus..."
Randy membuat dua orang yang bersamanya ikut tertarik dalam permainan bodohnya itu.
"...Good looking!" (Randy)
Mendengar tahap pertama yang diberikan Randy, Ilham meluruskan rambutnya seperti sedang di-pomet.
"Kedua, kau harus berduit..." (Randy)
Mendengar tahap kedua, Ilham melihat isi dompetnya. Isinya tebal, namun penuh dengan pecahan 5000-an. "Yang penting tebel!"
"Ketiga, kuat!"
Arti kuat yang dikatakan Randy mengarah ke sesuatu yang ambigu.
"Kuat apa yang kau maksud?" Farida menatap aneh temannya itu sambil memainkan kaleng minuman yang ada padanya.
Randy membuat senyuman yang optimis dan terlihat meyakinkan.
"Tentu saja, kuat ototlah...! Emangnya kau pikir apa?" Tapi jawaban yang diberikan Randy membuat Farida kecewa.
"Cuman gitu?!" Farida menghela nafas bahkan suara KRAK terdengar dari kaleng yang sudah diremas oleh gadis itu.
"Ya, emangnya mau apalagi? Cewekkan suka kalau cowoknya berguna, apalagi soal kekuatan..." Randy menyendenkan badannya ke kursi plastik itu.
Farida memasang wajah cemberut dan menyilangkan kedua tangannya, wajahnya tidak mau menatap pemuda yang memberi harapan palsu itu.
"Asal kau tahu, ya! Tidak semua cewek suka dianggap lemah, ada juga cewek yang ingin dianggap kuat!"(Farida)
"Tapi bukannya kalau si cewek yang kuat, maka yang si cowok akan dianggap berlindung di balik punggung gadis?!" Ilham menyela pendapat Farida. "Hal itu malah akan merobek-robek harga diri si cowok! Hehehe... Seorang pria yang berlindung di balik punggung perempuan adalah pecundang!" Ilham tertawa lewat hidungnya, suaranya meledek keras para cowok yang seperti itu.
Tapi...
BAK!
"EMANGNYA KENAPA KALAU BEGITU?!" Farida memukul keras meja itu.
Para pengunjung yang lain langsung melihat mereka bertiga.
Baik Ilham maulun Randy tak tahu apa yang harus dia katakan saat ini, suasananya sangat kacau.
"A-anu..." Randy menempelkan telapaknya dan diarahkan ke pengunjung yang lain untuk meminta maaf.
Senyum kecutnya terlihat memalukan, dia bahkan kehabisan kata-kata.
'Aku ingin meng-eject memori ini dengan segera!' (Randy)
"Fa-Farida... Kau kenapa?" Ilham tampak cemas, dia tidak tahu apa yang dia perbuat, tapi dia harus segera minta maaf.
"Jika kata-kataku tadi membuatmu tersinggung, maka aku minta maaf..." (Ilham)
Tak lama setelah mendengar kalimat lemas dari Ilham, Farida mencoba mengembalikan kesadarannya kembali ke waktu saat ini.
"Maaf... Aku pergi dulu...!" Gadis itu pergi dari restoran ini.
Tapi sebelum itu, dia seperti menaruh sesuatu di bawah kotak set makanannya.
Dengan begini, kini di atas meja itu hanya ada Randy dan Ilham yang saling menatapi bingung.
TAK TAK TAK!
Suara langkah keras dan cepat melesat kemari.
"Apa yang terjadi?!" (Ira)
"Bukan apa-apa... Hanya masalah-" Randy ingin bilang 'Hanya masalah sifat cewek!' Tapi karena yang dia ajak bicara saat ini jugalah perempuan, maka Randy takut itu akan terjadi pada Ira.
Ya meskipun Randy bisa menenangkannya menggunakan kekuatannya, tapi itu akan terdengar tidak baik baginya.
"Ini soal pribadi, mungkin..." Randy langsung mengganti kalimatnya.
"Apakah aku seharusnya mengejarnya?" Ilham yang masih terduduk diam mencoba meminta saran.
"Sebaiknya jangan, bila cewek sudah seperti itu, sebaiknya biarkan saja sendiri... Pantau dari jauh!" Ira menceramahi Ilham dengan buku menu yang masih ia pegang, tapi saat dia bilang 'Pantau dari jauh!' Buku itu di hadapkan ke arah Randy.
'Kode ya?' Randy nampaknya paham maksudnya.
Tapi saat ini, mata Randy tertarik oleh sesuatu yang lain.
Apa yang ia pandangi saat ini adalah apa yang ditinggalkan Farida di bawah kotak set makanannya.
Saat angkat, dia menemukan sesuatu...
"Uang..." itu adalah apa yang pemuda itu katakan.
Seketika, dua orang yang bersamanya(Ilham dan Ira) menatap terkejut apa yang Randy temukan.
"Ah(membuang nafas)... Kenapa anak itu?" Ilham menatapi meja merah itu dengan bingung.
"Ini mau kita apakan?" Ucap balik Randy sambil memperlihatkan uang yang ditinggalkan Farida itu.
"Entahlah... Aku sudah janji akan mentraktir kalian, jadi aku tidak berhak soal itu..." Ilham saat ini sedang buntu.
Tapi, gadis yang berdiri di sebelahnya memberi tatapan lain pada uang itu.
Dia perlahan berjalan mendekat ke arah pacarnya itu, kepalanya di dekatkan satu sama lain, bibirnya kembali meniupi lubang telinga itu dengan angin berbunyi. "Bagaimana bila kita tunggu Time Fractur saja? Aku akan mengembalikannya dengan paksa..."
Mendengar saran itu, Randy mengangguk setuju.
"Apa yang kalian bisikan?" Ilham melongo tak paham dengan tingkah sepasang kekasih itu.
DAM!
Tepat setelah Ilham bertanya, suara kaca pecah terdengar.
Suara itu menandakan satu kemungkina, yaitu awal dari Time Fracture.
"Berjuanglah, Ira!" Randy tersenyum pada gadis itu.
Melihat senyuman hangat itu, Ira hanya berjalan mundur dengan pelan ke belakang.
"Tunggu di sini! Kita akan berburu bersama, kan?!"
Randy mengangguk dan melihat siluet gadis itu semakin hilang.
Sesaat setelah ucapan itu, mereka berpisah.
"MIMIKRI!" (Randy)
"Sayang sekali aku tidak bisa bergerak di Time Fracture saat ini..." Randy kembali duduk dengan sihir penyamarannya yang masih aktif.
Dia bukan tidak bergerak karena masalah Farida, tapi kini dia merasakan ada banyak hal di atasnya.
Sepertinya akan terjadi perang besar yang berkelanjutan lagi...