Chereads / Jadi Pengacau Dunia Gadis Penyihir / Chapter 20 - Bab 20.Murid baru?! Yang benar saja?!

Chapter 20 - Bab 20.Murid baru?! Yang benar saja?!

Randy duduk di rumahnya dan menatapi buku pelajaran itu di dalam kamar.

Hari ini adalah ujian Matematika wajib, Penjaskes, dan Religi.

Randy harus memfokuskan belajarnya dalam religi. Karena pelajaran matematika lebih cenderung rumus, dan pelajaran penjaskes lebih cenderung ke teknik.

Penjaskes baginya adalah pelajaran mudah, sedangkan matematika lebih mirip seperti bendera putih buatnya.

Dia tidak belajar mata pelajaran itu karena menguasainya, melainkan karena sudah menyerah bahkan sebelum bertarung.

Meskipun berapa kalipun dia mencoba, tidak pernah sekalipun dia berhasil.

"Seandainya kemarin Dian tidak bikin aku kewalahan, mungkin aku bisa dapat waktu belajar..." Randy merinding setiap kali mengingat apa yang terjadi tadi malam.

Dia bahkan sampai ditelpon berkali-kali oleh Ira karena keberadaannya yang tiba-tiba hilang.

Pada akhirnya, Randy hanya bisa minta maaf dengan mengatakan ada urusan penting.

"Aku sampah sekali... Bahkan menggunakan Justice of Word untuk membodohinya!" Perasaan bersalah kini juga menghantuinya.

Waktu berjalan dan Randy melupakan kalau dia sedang belajar.

Di sekolah, Randy disambut oleh Ilham tepat di gerbang sekolah itu.

"Randy! Bagaimana yang kemarin? Apa kau merasakan keenakan?!" Ilham menyindir kejadian dimana Randy diundang oleh para gadis OSIS.

Saat mengingat itu, yang ada dipikiran Randy bukanlah memori yang enak.

Ingatannya saat terbanting ke meja dan pingsan selama berjam-jam menghantuinya kembali.

Tapi Randy mengalihkannya hanya dengan menatap temannya layaknya orang bodoh.

"Dari tatapanmu... hehehe... sepertinya tidak berjalan dengan baik?" Ilham peka soal ini.

Dia tidak mencoba membicarakannya lebih jauh. Dia tidak tahu kejadian apa yang menimpa temannya kemarin, tapi dia tetap tidak boleh membuatnya merasa tidak enak.

Perasaan sedihnya masih terasa di dalam anak laki-laki kekar itu.

"Hey Randy, mau kutraktir makan setelah pulang sekolah? Kemarin aku tidak jadi karena aku jadi lampu teras... hahahaha!" Ilham kembali mengundang temannya meskipun dia teringat kejadian saat dia tertendang oleh Celicia sampai menancap ke langit-langit.

Randy yang mendengar kata makanan seakan terhipnotis oleh kata-katanya. Dia akan melakukan apapun untuk makanan gratis.

"Tentu, tapi kali ini.... sebaiknya kau berhati-hati saat berjalan. Kalau tidak kau akan menjadi lampu teras lagi!" Randy memperingati temannya.

Dia melakukan ini karena khawatir pada temannya, tapi khawatir kesempatannya ditraktir gagal lagi oleh mereka.

Kelicikan Randy kalau sudah dalam urusan makanan bahkan melewati kelicikan Sangkuni.

"Baik baik baik, aku kali ini akan hati-hati saat melangkah. Lagipula, aku juga tidak mau jadi lampu teras. Kemarin saja aku butuh dibantu 5 orang untuk menarikku turun dari sana." Ekspresi yang beragam dari terkekeh sampai merengek dia keluarkan saat mengingat-ingatnya.

Saat merasa sudah tak ada lagi yang dibicarakan, mereka berdua mulai masuk melewati gerbang sekolah itu.

"Oh ya Randy, ngomong-ngomong... Aku dengar tiba-tiba sehabis ujian kita akan kedatangan murid baru!" Ilham kembali membuka obrolan.

"Murid baru, seperti apa dia?" (Randy)

"Entahlah, aku juga tidak tahu... tapi dia dirumorkan adalah siswi dan lebih hebatnya..." Ilham menahan kata-katanya sambil memerah hebat.

"...Badannya, ehmmm!" Sambil mengekspresikannya dalam bentuk gerakan tangan.

Kedua tangannya bergerak lurus kebawah lalu dia menggerakannya secara bergelombang.

Dari apa yang dia buat, Randy mengambil kesimpulan kalau yang Ilham maksud adalah body mantap.

"Mantap?!" Randy memastikan jawabannya.

"100 buatmu!" Ilham memberi jempol pada temannya yang menjawab dengan tepat.

Tiba-tiba bulu kuduk Randy berdiri saat mengingat kata 'body mantap'. Dia masih takut soal kejadian kemarin.

Kerakusan Dian membuatnya tidak bisa berpikir jernih saat malam itu.

'Aku harap itu bukan dia, kan?' Randy berdoa dalam dirinya.

'Lagipula itu mustahil, presentase-nya terlalu kecil. Jika dibandingkan dengan seluruh penduduk di Kota Gakroh, maka akan mendapatkan skala: 0,8%. Itu terlalu kecil untuk didapat. Lagipula keberuntunganku hari-hari ini selalu buru, jadi tidak mungkin itu terjadi,' keluhnya dalam hati.

Tak lama dalam obrolan, Farida mendatangi mereka dan berdiri diantara mereka.

"Yo! Kalian, pagi-pagi sudah bicarakan yang tidak-tidak..." Farida berkacak pinggang saat menatap wajah merah Ilham.

"Kami bicarakan hal yang normal, sungguh, kan Dy!" Ilham yang memerah meminta bantuan temannya.

Untuk Ilham saat ini, mustahil buatnya untuk mengelak meskipun dia dalam posisi benar. Dia kalau sudah urusan yang membuat dirinya birahi dia tidak bisa berpikir jelas.

"Cuman bicarakan soal murid baru, kok. Gak usah memikirkan yang tidak-tidak..." Randy memasang senyum manisnya untuk mengalihkan perhatian Farida.

Namun yang disebut sahabat pasti tahu kemunafikan temannya.

"Randy berhentilah membuat senyum itu! Kau sama menjijikkannya dengan Ilham!" Farida menatap jijik mereka berdua.

Randy terdiam menjadi batu dan hancur bagaikan debu.

Dikatain jijik pasti sudah menyakiti hatinya.

"Wahh! Randy hancur terkena jentikan makhluk getuk ungu!" (Ilham)

"Biarkan saja, nanti juga balik!" (Farida)

"Hmm(mengangguk)."

Dengan begitu, mereka berdua pergi meninggalkan Randy yang telah menjadi debu.

"Dasar teman sialan!" Randy merasa dikhianati dan mengejar mereka kembali.

"Hoi! Kejam sekali kalian!" Rengeknya.

"Tuh kan, dia balik!" (Farida)

"Hmm(mengangguk)..." (Ilham)

Ilham tidak bisa berkata apa-apa, dia bagaikan anjing penurut karena ikut hancur oleh kata-kata Farida.

"Ngomong-ngomong... Soal murid baru itu..." secara tiba-tiba, Farida membuka obrolan.

"Kenapa dengan murid baru itu?" Ilham kembali seperti semula.

"Dia sebenarnya bukan murid baru... Melainkan murid yang sudah lama tidak masuk sekolah dan baru akan kembali sekolah saat ini." Farida menjelaskan status murid itu.

"Jadi, dia lebih mirip murid tidak naik kelas begitu?" Ilham memegang dagunya seperti orang yang sedang berpikir.

"Ya, anak itu tidak masuk sekolah karena alasan yang aneh..." Farida tanpa sadar mengepal kuat tangannya.

Randy yang menyadari kepalan itu langsung menyimpulkan kalau siswi yang dimaksud adalah...

Berbuhungan dengan Dunia Time Fracture.

Bulu kuduk nya yang tadi sudah normal kembali berdiri.

Perasaanya semakin tidak enak dan keringat mulai membasahi wajahnya.

"Kenapa kau, Dy?" Ilham menatapi Randy yang ketakutan.

"Eh?! Bu-bukan apa-apa kok!" Senyum yang penuh bohong ia lontarkan.

Badannya yang gemetar sedang dia coba sembunyikan.

"Bila kau sakit, sebaiknya pergi ke UKS... Mumpung masih ada waktu." Farida memberinya usul.

"Tenang saja, itu bukan karena sakit!" Senyumnya terlihat meyakinkan.

"Kalau begitu, ya sudah."

Mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka dan masuk ruangan ujian.

"Matematika, ya? Aku bahkan tidak belajar sepeserpun..." Randy mengeluh dengan lirih di mejanya.

Tak lama kemudian, pengawas masuk dan memulai ujian.

Hasil ujian:

Nilai Matematika Wajib (KKM: 70):

Randy Aditya: 32 (gagal)

Farida Ayu Putri: 98 (lolos)

Ilham Darmono: 50 (gagal)

Hannah Kumila Dzakri: 88 (lolos)

Ira Mana Sari: 68 (gagal)

Celicia Ambarwati: 100 (lolos)

Windy Renata Maulydia: 84 (lolos)

Naura Batu Langit Tak Mungkin Itu: 90 (lolos)

Nilai Religi (KKM: 70):

Randy Aditya: 76 (lolos)

Farida Ayu Putri: 65 (gagal)

Ilham Darmono: 100 (lolos)

Hannah Kumila Dzakri: 90 (lolos)

Ira Mana Sari: 77 (lolos)

Celicia Ambarwati: 100 (lolos)

Windy Renata Maulydia: 43 (gagal)

Naura Batu Langit Tak Mungkin Itu: 70 (lolos)

Nilai Penjaskes (KKM: 70):

Randy Aditya: 86 (lolos)

Farida Ayu Putri: 70 (lolos)

Ilham Darmono: 82 (lolos)

Hannah Kumila Dzakri: 76 (lolos)

Ira Mana Sari: 80 (lolos)

Celicia Ambarwati: 100 (lolos)

Windy Renata Maulydia: 70 (lolos)

Naura Batu Langit Tak Mungkin Itu: 70 (lolos)

Ujian hari ini berakhir dengan damai, meskipun terdengar beberapa tangisan para siswa yang melihat layar merah mereka di monitor.

"Hey semuanya! Ada yang mau ikut denganku melihat wajah anak baru?! Dia cewek cantik lo!" Salah seorang siswa laki-laki dari ruangan yang sama datang kekelasnya kembali untuk memberi tahu hal itu.

"Yang benar?!"

"Aku ikut!"

"Secantik apa siswi itu?!"

Seketika para siswa laki-laki, termasuk Ilham berlari mengikuti orang itu.

Randy berjalan mengikuti mereka. " Aku melihatnya hanya untuk memastikannya, oke?! Tidak ada maksud lain..." Randy mencoba tidak terbawa suasananya.

Momen mendebarkan akan dia lihat, siapakah murid baru itu?