"clak" suara air hujan yang mulai turun. Arth dan yang lainnya masih berjalan di tanah para iblis tanpa ada hambatan apapun. Namun, tiba-tiba hujan turun dengan deras sehingga mereka kehujanan hingga basah kuyup.
"Kita harus mencari tempat untuk berteduh!" Ujar Shivi yang basah kuyup.
"Aku setuju!..rer-rer...dingin sekali! Rasanya hidungku akan tersumbat!" Ujar Arth yang menggigil kedinginan.
"Ya!...bajuku juga menjadi transparan akibat basah kuyup, aku tidak ingin tubuhku kelihatan oleh orang lain!" Jawab Shivi sembari menutup tubuh dengan kedua tangannya. "Semuanya!!..kita harus mencari tempat untuk berteduh!.." teriakan Shivi kepada seluruh pasukannya.
Tak lama, datang prajurit Shivi yang melaporkan bahwa ada sebuah gua yang ada di balik bebatuan. "Tunjukan jalannya!" Perintah Shivi kepada prajurit yang melaporkan tersebut.
Mereka semua kemudian mengikuti prajurit itu untuk melihat gua yang dimaksud olehnya. Tak lama setelah itu, kami tiba di luar gua yang memang sepertinya tidak ada kehidupan apapun di dalamnya. "Apakah di dalam gua cukup aman?" Ujar Shivi yang tidak terlalu yakin Karena gua itu cukup gelap dan cukup menyeramkan.
"Tapi ratu! Kita berjumlah sangat banyak disini! Kenapa kita harus takut?" Ujar komandan pasukan Shivi.
"Ada benarnya juga. Kalau begitu, ayo kita masuk ke dalam gua itu, sebelum bajuku sudah sepenuhnya transparan"
"Tunggu!" Ujar Arth sambil menggigil kedinginan. Arth kemudian menggambil batu kerikil dan melemparkannya kedalam gua tersebut.
"Ada apa Arth? Apakah ada sesuatu di dalam?" Ujar Shivi yang merasa heran.
"Tidak...aku cuman ingin melemparkan batu! Itu saja" jawab Arth sambil bersin-bersin.
"Ayah! Kurasa kamu akan sakit jika tidak menemukan kehangatan. Ingat! Ayah itu manusia, manusia harus menjaga kesehatan untuk kelangsungan hidupnya!" Ujar Mine sambil terus memeluk kaki Arth.
"Iya aku tahu...rer-rer...dingin sekali. Ayo masuk! Tunggu apa lagi" jawab Arth dengan keadaan sangat kedinginan.
Mereka semua kemudian memasuki gua tersebut. "Ternyata cukup dalam juga gua ini" ujar Shivi sambil melihat-lihat apa yang ada di dalam gua tersebut. Tak lama kemudian, mereka menemukan tempat yang bagus, dimana tempat itu sangat kering dan sunyi. "Tempat ini cukup bagus untuk istirahat! Buat api unggun secepatnya!!" Teriakan Shivi kepada pasukannya.
Semua pasukan Shivi pergi mondar-mandir sembari mencari ranting kering yang bisa di pakai untuk bahan api unggun. Tak lama kemudian semua pasukan Shivi berhasil mengumpulkan ranting kering hingga bertumpuk-tumpuk.
"Ratu! Bagaimana cara kita untuk menyalakan api? Apakah kita harus melakukan cara tradisional?" Ujar komandan pasukan.
"Serahkan saja pada ku" jawab Arth sambil menghampiri tumpukan ranting-ranting kering tersebut. "Bakar lah" tiba-tiba tumpukan ranting itu dilahap oleh api yang berkobar sangat besar. "apakah api ini cukup berlebihan?" Arth merasa telah berlebihan karena telah memanggil api yang cukup besar.
"Tidak...ku rasa api itu cukup pas untuk mengeringkan baju ku dengan cepat" jawab Shivi sambil menghangatkan dirinya. "Hah?...!!" Shivi keheranan melihat Arth yang sedang menghangatkan dirinya. Yang membuat Shivi heran adalah Arth menghangatkan dirinya di tengah-tengah kobaran api unggun yang begitu besar.
"Emm...apa kau baik-baik saja Arth?" Ujar Shivi dengan raut wajah kebingungan.
"Ya...aku lebih baik duduk di tengah-tengah kobaran api supaya tubuhku cepat panas!" Jawab Arth.
"Ayah memang begitu! Ayah ku mempunyai kekuatan khusus yaitu tidak bisa dibakar oleh api, bahkan api Dark Of Naraka atau api yang lebih panas daripada itu" ujar Mine yang menjelaskan semuanya pada Shivi.
"Apa benar bahwa ayah mu adalah raja Arthous?" Shivi masih begitu penasaran dengan hal itu.
"Sebenarnya aku juga tidak tahu, walaupun ingatan aku dan ayahku saling terhubung, akan tetapi aku cuman bisa melihat ayah ku lahir dari sebilah pedang yang bercahaya" jawab Mine sambil tersenyum dan melihat kepada Arth. "Tetapi aku yakin bahwa ayah ku tidak berbohong pada ku karena aku melihat kekuatan ayah ku yang begitu aneh dan kuat. Setiap ada yang menyerang ayah ku dengan sihir, pasti ayahku juga mempunyai sihir itu. Yang anehnya lagi, aku tidak bisa melihat atau mengingat kapan ayahku belajar semua sihir-sihir itu"
"Begitu ya! Memang aneh sih. Tapi siapa yang peduli? Yang penting Arth berpenampilan keren, apalagi ketika memakai topeng yang ku beli...rasanya degdegan...hihi" ujar Shivi yang terpesona sendiri.
************
"Boom" es yang di keluarkan oleh Silvanus hancur akibat panasnya sihir api yang dikeluarkan oleh Nekara. "Hahaha...kalian tahu? Es ini begitu mudah untuk dicairkan, akan tetapi apakah ada sihir api Dark Of Naraka yang bisa dipadamkan oleh es? Jika ya! Maka tunjukan itu pada ku" ujar Nekara sambil mengeluarkan sihir api Dark Of Naraka di kedua tangannya. "Sihir api Dark Of Naraka diciptakan oleh dewa Arthous dan aku. Dulu kami menciptakan sihir api ini bersama-sama. Namun, entah kenapa dewa Arthous berhasil membuat dirinya kebal terhadap semua sihir api. Itulah kenapa dewa Arthous lebih menyukai sihir api dari pada elemen yang lainya"
"Hiuga! Kau lebih baik menyusul Siestina dan yang lainya, aku minta kepada mu untuk melakukan itu dan bawa mereka ke tempat yang aman dan tersembunyi. Dimana pun itu, asalkan Nekara tidak bisa menemukan kalian!" Ujar Silvanus sambil mengeluarkan sihir ke dalam pedangnya.
"Tapi" Hiuga tiba-tiba menyadari akan kelemahan dirinya. "Baiklah! Aku akan segera menyusul mereka dan membawa mereka ke tempat yang jauh dan tersembunyi" jawab Hiuga sambil langsung meninggalkan Silvanus sendirian.
"Haha...kenapa dia melarikan diri? Apakah dia takut?"
"Bukan! Tapi akulah lawan mu satu-satunya disini" jawab Silvanus dengan begitu yakin.
"Kalau begitu mari kita akhiri ini!" Ujar Nekara sambil berlari dengan kecepatan normal dan menghampiri Silvanus.
"Huooo" Silvanus kemudian berlari dengan kecepatan kilat es dan langsung menebaskan pedangnya dengan target menebas kepala Nekara.
"Syuut" tebasan Silvanus tidak mengenai target karena Nekara langsung merunduk sambil memukul Silvanus dengan pukulannya. "Bruggh" Silvanus terpental oleh pukulan tersebut. Akan tetapi Silvanus masih bisa bertahan dan berdiri.
Nekara kemudian berlari menghampiri Silvanus sambil mengeluarkan sihir api yang muncul dari kedua tangannya. "frozen ice" Silvanus kemudian menusukan pedangnya ke dalam tanah. Tiba-tiba semua tempat yang ada di sekitar Silvanus ter-beku termasuk Nekara yang berada dekat dengan Silvanus.
"Huooo" melihat ada kesempatan, Silvanus kemudian mengangkat pedangnya dan berlari dengan cepat untuk menebas kepala Nekara yang dalam keadaan ter-beku. "Mati kau!" Silvanus kemudian menebaskan pedangnya yang sudah diselimuti oleh sihir energi miliknya.
"Heh...burn!!"
"Boom" tiba-tiba ada sebuah ledakan api hitam di sekitar Nekara sehingga es Silvanus seketika meleleh. Nekara kemudian bergerak dengan cepat dan langsung memegang pedang Silvanus. "Hehe...lihat ini!" Setelah itu, Nekara kemudian memukul Silvanus sambil melepaskan pedang dari genggamannya.
"Kau lihat! Es tidak bisa membekukan api! Karena api membawa dendam yang membara, sedangkan es membawa kedinginan dan kesepian...hahahaha..."