Puarr... Sebuah tamparan mendarat di pipi Zahra. Tamparan itu memberikan luka hingga mengalirkan darah melalui sudut mulutnya. Zahra merasa kesakitan dan dia juga merasa sangat marah tetapi apa yang bisa dilakukannya. Wanita itu memegang pipinya yang terasa sakit. Dia tak mampu melawan wanita itu.
"Apakah kamu sudah lupa tentang ibumu?" tanyanya. Zahra mengangkat wajahnya menatap wajah wanita paruh baya itu. Tentu saja dia tidak akan lupa. Dia memutuskan untuk melanjutkan studinya juga demi menyelidiki ibunya.
"Tidak Nyonya," jawabnya dengan suara yang pelan.
"Lalu, kenapa kamu berani menerima tawaran mereka untuk sekolah. Kenapa kamu tidak menolaknya. Apakah kamu ingin menghindari aku?" pertanyaan itu berlanjut.
"Bukan seperti itu maksudku," jawab Zahra.
"Lalu," tanya wanita tersebut.
"Maafkan aku Nyonya! Tolong maafkan aku!" ucap zahra memohon pengampunan dari wanita itu.
"Maaf? Aku akan memaafkan kamu. Aku juga akan memberikan kesempatan kepadamu dan juga ibumu untuk tetap hidup di dunia ini tetapi aku hanya akan melakukan semua itu jika kamu berjanji untuk menghentikan rencanamu sekolah lagi. Apakah kamu mengerti!" wanita itu berkata kepada menantunya. Zahra hanya bisa terdiam diri mendengar kata-kata ibu mertuanya. Tidak tahu apa yang bisa dilakukan yang saat ini saya berada dalam situasi yang paling buruk dalam kehidupannya. Dan tidak mampu menguasai dirinya sendiri keinginannya untuk melanjutkan sekolah ini akan terputus karena wanita itu.
Wanita itu pergi begitu saja membiarkan zahra sendirian. Kemudian zahra mulai melangkahkan kaki masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Dia tidak mungkin bisa berangkat ke kampus karena sang ibu mertua ada di sana. Dia juga tidak tahu apakah semua ini bisa diceritakan yang kepada suaminya atau tidak. Zahra benar-benar bingung dengan keadaan yang sedang dihadapinya sekarang.
Tubuhnya sangat lemah akibat mendapatkan siksaan dari sang ibu mertua hingga membuat wanita itu tertidur. Dia membiarkan dirinya beristirahat dengan tenang mencoba mencari jalan dari semua masalah yang sedang dihadapinya. Karya pulang dari kantor dan dia langsung mencari keberadaan zahra karena pemuda tampan itu sudah mengetahui bahwa zahra tidak berangkat ke kampus pada hari itu.
Saya ingin bertanya alasan istrinya tidak berangkat ke kampus, karena dia mengetahui maho wanita itu sangat bahagia ketika dia mengatakan bahwa mereka akan berangkat ke kampus bahwa zahra sudah boleh memulai pendidikannya tetapi melihat zahra tidak harus di kampus membuat hati Arya terus bertanya-tanya.
Namun ketika pemuda tampan itu tiba di dalam kamar dia melihat tubuh istrinya yang sudah lelah terbaring di atas ranjang mereka. Bukan hanya itu tetapi terdapat beberapa berserat darah di tubuh zahra. Arya mendekati wanita itu dan mulai memeriksa keadaan tubuhnya seperti prediksi nya tubuh sang istri dipenuhi oleh luka luka yang begitu banyak. Pemuda tampan tersebut mengerutkan keningnya. Dia tidak mengerti apa yang terjadi di hadapannya.
Setiap hari dia selalu ditunjukkan dengan sesuatu yang tidak wajar di matanya. Arya tak bisa percaya dengan semua yang dilihatnya. Dia mendekati wanita itu, melepaskan dasi yang dia kenakan menggulung lengan kemejanya dan mulai mengobati setiap luka di tubuh Zahra. Merasakan sentuhan dari seseorang membuat wanita itu terbangun. Dia terkejut melihat suaminya ada dihadapannya.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" zahra bertanya kepada pria itu. Di tangannya masih terdapat sebuah tisu yang menggunakan untuk membersihkan luka Zahra.
"Kenapa tubuhmu penuh dengan luka?" Arya mengajukan sebuah pertanyaan dia mengabaikan pertanyaan yang diajukan oleh istrinya. Zahra terkesiap, wanita itu berusaha menutupi luka yang ada di tubuhnya. Kemudian dia bersembunyi di balik selimut.
"Bu, bukan apa-apa," jawabnya berbohong. Ingin sekali zahra menceritakan yang sebenarnya. Ingin sekali wanita itu mengatakan ma hadiah dipukuli oleh sang ibu mertua. Dan semua itu terus terjadi sejak dia berada di rumah itu. Tetapi mendengarkan ancaman yang diajukan oleh wanita paruh baya tersebut membuat Zahra kembali mengurungkan niatnya. Membuat Zahra kehilangan keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya. Dia hanya bisa menundukkan kepala.
"Aku hanya terjatuh di kamar mandi," ucapnya.
Arya mengerutkan kening, dia tidak percaya dengan alasan yang dikatakan oleh istrinya. Dia tidak percaya jika berulang kali wanita itu mengatakan alasan yang sama. Bagaimana bisa zahra selalu saja terjatuh di kamar mandi. Semua ini semakin mencurigakan.
"Zahra, apakah kamu sedang berbohong kepada ku?" tanya pria itu. Zahra mengangkat wajah, sejak bersama dengan pria tersebut ini adalah kata-kata yang paling lembut yang pernah didengar nya. Dia masih terpana sehingga tak menjawab kata-kata suaminya. Arya juga merasa heran dengan sikapnya. Mengapa dia tiba-tiba begitu peduli dengan wanita itu. Bukankah dia adalah pria yang cuek dan tidak pernah peduli kepada perempuan. Dan kenapa dia bersikap lembut kepada zahra sementara selama ini dia selalu bersikap kasar kepada setiap wanita.
"Apa yang kamu lihat?" baru saja pemuda tampan itu menunjukkan sisi lain dari kepribadiannya selamat tiba-tiba suara kerasnya kembali terdengar. Dia berteriak dengan kasar kepada istrinya.
"Huf... kirain udah baik, ternyata masih aja kasar dan suka marah," ucapnya pelan.
"Apa yang kamu katakan?" tanya pria itu sambil menatap wajah zahra dengan tatapan yang sangat tajam.
"Bu, bukan. Aku tidak mengatakan apa-apa. Tolong maafkan aku!" wanita itu memohon di hadapan pria tersebut. Dia tidak mau membuat pria itu marah- marah lagi.
"Sudah, tidak perlu dibahas. Tetapi ada yang harus aku tanyakan kepadamu. Kenapa kamu tidak datang ke kampus? Apakah kamu sedang berusaha mempermalukan aku dengan sengaja tidak berangkat ke sana?" Arya tampak marahin kecewa karena zahra tidak menepati janji untuk pergi ke kampus.
"Maafkan aku!" ucap wanita itu hanya bisa menundukkan kepala.
"Aku tidak butuh maafmu. Aku hanya butuh penjelasan jujur darimu," lanjut pria tersebut. Zahra tidak tahu jawaban jujur apa yang harus diberikan-nya. Haruskah dia mengatakan kebenaran dengan mengorbankan ibu kandungnya. Wanita itu menunduk semakin dalam.
"Maafkan aku! Aku tidak bisa lagi berbohong kepadamu. Tetapi aku juga tidak bisa berkata jujur karena kejujuran itu akan membahayakan kehidupanku. Jika aku bales meminta, aku ingin membatalkan studi ku." Zahra berusaha menyampaikan isi hatinya dengan cara yang terbaik kepada suaminya. Sesungguhnya dia ragu apakah sang suami akan mengerti atau tidak dengan kata-katanya. Tapi tidak ada lagi yang bisa dilakukannya selain berkata seperti itu karena dia tak ingin lagi menambah kebohongan kepada pria tersebut.
Arya mengerutkan kening mendengar penjelasan dari istrinya. Dia semakin penasaran tahu siapa sebenarnya yang disembunyikan oleh wanita itu. Kemarin saat dirinya membawa Zahra untuk meninjau kampus tempatnya melanjutkan pendidikan terlihat sangat jelas bahwa wanita itu begitu bahagia. Apakah sebenarnya yang terjadi hingga tiba-tiba Zahra memutuskan untuk membatalkan nya.